BAB 23 : TAMU TAK DI UNDANG

214 30 2
                                    

Jevan baru saja di panggil oleh pak Bambang perihal kebutuhan tenda kelas nya. Dengan ramah ia pun menanggapi pembina itu walau di dalam hati nya dia sudah sangat begitu kesal.

Bagaimana bisa dia tidak kesal setelah membiarkan Alvian bersama dengan Jinan?

Setelah mendengar ocehan pak Bambang, Jevan kembali ke tenda nya yang berisikan anak cowok dari kelasnya. Tidak jauh dari sana, ia justru memergoki Gerry sedang di cekcoki oleh Fany.

"Gak. Sekarang balik ke tenda lo sana."

"Kenapa Gerry? Kamu malu buat jujur?"

"Gak." Ucap Gerry sambil berjalan pergi dan Fany tetap mengikutinya dari belakang sambil menggodanya.

"Kalo kamu malu, ayo ke tempat sepi! Kamu bisa ngobrol berdua sama aku."

"Ngomong apa sih!" Seru Gerry kesal dan Fany tetap merecokinya.

Jevan yang melihatnya tidak mau ikut campur apalagi ambil pusing. Ia sendiri lebih memilih pergi menemui Jinan, mungkin gadis itu sudah kembali setelah mencari kayu dan ranting.

Cowok itu berjalan ke arah tenda kelas Jinan dan hendak mencari gadis itu. Tapi yang dapatin justru Akila sedang duduk di rumput sebelah tenda bersama Dika. Jadi kemana Jinan dan Alvian?

Jevan hendak bertanya dan mendekat, tapi pembicaraan Akila dan Dika justru membuatnya berhenti.

"Gue gak tau kalo Alvian itu sama Jinan."

"Mm."

"Kil, kira-kira Alvian bakal di tolak apa di terima?"

"Gak tau."

"Gila sih, si Alvian berani banget. Mana nembak Jinan di depan kita."

"Mm."

"Kalo mereka jadian, gue harus minta traktiran hahaha!" Tawa Dika.

Jevan yang mendengarnya terdiam sejenak dan tidak tahan untuk berbalik kemudian pergi. Obrolan Akila dan Dika membuatnya agak kesal dengan dirinya sendiri.

Di sisi lain, setelah kembali ke area perkemahan dan meletakan kayu dan ranting, Jinan kembali ke tenda kelompoknya. Disana sudah ada Akila yang sedang duduk di rumput bersama Dika.

Melihat kedatangan Jinan, dua orang itu langsung berdiri dan mengelilingi gadis itu. "Nan, gimana gimana gimana?" Tanya Dika berturut-turut.

"Lo jawab apa?" Tanya Akila to the point.

"Ngomongnya pelan-pelan dong. Ntar di denger orang lain." Kata Jinan membuat dua orang itu langsung mengangguk.

"Gak gue terima. Lagian kan.." Jinan menggantung ucapannya dan melirik Akila. Ya, sahabatnya itu kan sudah tahu kalau Jinan menyukai Jevan.

Akila akhirnya mengangguk paham dan Dika menaikan alisnya. "Lagian apa? Lo tolak gara-gara dia terlalu kalem ya? Well.. gue juga kurang suka sama sifatnya sih." Kata Dika tiba-tiba.

"....."

Ini yang nolak gue apa Lo Dik?

Karena tidak ingin membeberkan rahasia kalau dia menyukai orang lain, Jinan mengiyakan ucapan Dika.

"Bagus Nan. Lain kali kalo mau nyari cowok, mending kayak gue atau Bagas. Yang humoris lebih menarik." Kata Dika membanggakan diri sambil menepuk bahu Jinan.

"Gak deh, makasi aja." Jawab Jinan.

"Dapet cowok kayak lo, Jinan bisa budek." Kata Akila.

"Lah kok budek?" Tanya Dika.

"Kebanyakan di jejelin omong kosong." Jawab Akila pedas membuat Dika mendengus.

Jinan tertawa ketika Dika mulai membalas ucapan pedas Akila. "Hahahahaha~ oh iya! Fany dimana?" Tanya Jinan.

DOUBLE [tamat✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang