BAB 3 : ISI PIKIRAN PANGERAN JEVAN

671 63 5
                                    

Jinan masih merasakan kepalanya pusing. Terlebih lagi kekuatan misterius yang dia dapatkan setelah membentur tiang listrik. Jujur saja ini kekuatan yang merepotkan, tapi cukup berguna. Selama jam pelajaran, dia sama sekali tidak memperhatikan guru mengajar dan sibuk mencoba kekuatannya.

Dia merasa seperti tukang ngintip!

Mengintip pikiran orang sangat tidak sopan, tapi Jinan harus mencoba memahami kekuatannya. Setelah melakukan percobaan selama jam pelajaran, Jinan memahami satu hal.

Kekuatannya seperti saklar otomatis. Ketika dia menatap mata seseorang dan memusatkan pikirannya, maka suara itu akan terdengar. Terkadang ketika dia tidak menatap orang pun, ia masih bisa mendengar beberapa pikiran yang tidak perlu.

Beruntung suara-suara itu tidak muncul secara bersamaan. Kalau itu terjadi, betapa ribut isi kepalanya?! Suara itu muncul satu persatu, bergantian seperti mengantri dengan tertib.

Jinan, cewek yang biasa saja menjadi tidak biasa. Seseorang yang bisa mendengar pikiran.. jika ada orang yang mengetahui ini, siapapun tidak akan ada yang berani mendekat! Jinan merasa frustasi, dia seperti bisa membongkar kejahatan dan rahasia dunia sekaligus.

"Nan! Woi Jinan! Budek ya?" Teriak Fany di sebelahnya. Jinan menoleh.

"Ha?"

"Lo mau nunggu jemputan apa nebeng Kila?" Tanya Fany sementara Akila menggoyangkan kunci motor nya.

Saat ini sudah pulang sekolah dan mereka berada di depan gerbang sekolah. Ada yang menunggu jemputan, naik angkot, ojol, atau bawa kendaraan sendiri. Biasanya ketika Jinan tidak di jemput mama nya, dia akan nebeng dengan Akila atau naik ojol. Tapi hari ini mama nya sudah berkata kalau dia bisa menjemput, jadi dia menolak tawaran temannya.

"Gue di jemput, kalian duluan aja." Ucap Jinan membuat kedua temannya mengangguk 'oke'. Akhirnya Akila pulang dengan motornya, sementara Fany pulang bersama kakaknya, Bian. Jinan berdiri di depan gerbang sekolah, melirik murid-murid yang lewat di depannya.

Mendengar suara-suara yang muncul membuat agak merasa terhibur. Sesekali ia mulai tertawa pelan sendiri seperti orang gila. Dibandingkan bermain ponselnya untuk menghabiskan waktu, mendengar pikiran orang ternyata cukup menyenangkan.Walaupun dia tidak tahu darimana kekuatan itu datang.

"Jinan." Panggil seseorang tiba-tiba berdiri di samping Jinan.

Jinan tanpa beban langsung menoleh. Kaget ketika mendapati siapa orang itu. Lagipula, siapa orang yang memanggil nama nya secara langsung kalau bukan orang yang dia kenal? Jadi Jinan tentu saja tidak pernah menyangka bahwa orang itu adalah Jevan!

"Eh..." Jinan akhirnya mengeluarkan suara yang tidak jelas.

Dia Jevan kan? Jevan yang itu kan?! BENERAN JEVAN!?

Seakan mereka sudah lama kenal, Jevan menyapanya dengan memanggil nama. Tentu saja Jinan heran dan bingung. Mereka tidak pernah mengobrol atau berkenalan sebelumnya.

Jangan-jangan...

Muka gue di tandain gara-gara ngintip dia waktu itu?!

"Sorry, gue sok kenal. Oh ya, kalo Lo gak tau, nama gue Jevan." Kata Jevan sambil menyodorkan sebelah tangannya, mengajak untuk berkenalan.

Gue tau! Lagian siapa orang di sekolah ini yang gak tau elo?! Yang lebih penting.. kok Lo tau nama gue?!

Jinan masih syok tapi berusaha tetap kalem. Dengan gagap dia menerima uluran tangan Jevan. "Yah.. gue tau elo kok. Salam kenal." Kata Jinan canggung.

Mereka berjabat tangan sebentar. Ngomong-ngomong soal berjabat tangan.. mereka lebih terlihat seperti kolega perusahaan. Satunya tersenyum ramah, satunya canggung. Tepat seperti atasan dan bawahan.

DOUBLE [tamat✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang