Ketiga gadis itu berjalan ke arah tenda petugas untuk meminta perawatan medis. Bagas masih harus berurusan dengan Dika sehingga dia tidak bisa kabur. Jinan, Akila, dan Fany berjalan ke arah tenda yang jaraknya tidak terlalu jauh.
"Permisi.." kata Akila membuat petugas di tenda itu langsung menyambut mereka.
Ketika baru tiba di tenda, ternyata bukan mereka saja yang terluka. Banyak korban jelajah malam yang terlihat membutuhkan pengobatan, diantaranya kaki mereka ada yang lecet maupun keseleo. Tentu saja tidak heran mengingat betapa ricuh dan paniknya suasana di dalam hutan.
"Keseleo atau lecet?" Tanya si petugas.
"Ini lecet, terus yang ini kayaknya demam." Balas Akila menunjuk Fany dan Jinan bergantian
"Demam? Kok bisa?" Tanya petugas itu tampak bingung.
"Gue gak demam! Maaf kak, salah paham. Saya gak apa-apa." Kata Jinan menatap Akila dan petugas tenda itu bergantian
"Oh, tapi gak apa-apa. Saya kasi kamu obat buat jaga-jaga aja ya. Kalo ngerasa demam atau pusing, bisa minum ini." Si petugas itu berbalik dan merogoh tas besar di atas meja.
Ia mengambil sebuah kotak dan memberikan satu lembar tablet obat kepada Jinan. Gadis itu tidak menolak dan akhirnya menerima nya. Kemudian petugas tenda menyuruh Fany untuk duduk di kursi untuk memberikan perawatan kepada luka Fany.
Entah hanya perasaan Jinan dan Akila saja atau memang luka Fany tidak seberapa? Kenapa dia bertingkah seolah-olah seperti korban tabrak lari?! Oke, mereka hampir lupa bahwa Fany itu selalu berlebihan.
Tidak sampai 15 menit, si petugas selesai membalut luka Fany yang ada di daerah mata kaki dan lututnya. Setelah menerima perawatan, mereka keluar dari tenda beriringan.
"Jinan, Lo tadi kemana aja? Gue kira Lo jatuh ke tebing terus ilang." Kata Fany.
"Gak. Gue sibuk bertahan hidup." Balas Jinan seadanya.
"Oh ya! Btw tadi gue luka, tapi untung nya ada Gerry! Jodoh gak bakal kemana~ dia baik banget sama gue!"
"Itu mungkin cuma kasihan." Kata Akila.
"Hahaha~ gak mungkin. Dia pasti juga suka sama gue. Ya kan? Ya kan? Ya kan?" Kata Fany bersemangat.
"Iyain aja deh." Kata Jinan.
"Jangan gitu dong! Haaah~ gimana ya cara nya gue di tembak sama Gerry." Kata Fany berandai-andai.
"Jadi satwa liar." Balas Akila pedas seperti biasa.
"Ih gak gitu. Maksud gue di tembak pake cinta!" Sahut Fany membuat Jinan tertawa.
"Hahahahaha! Kalo gitu Lo harus extra berusaha, Gerry orang nya batu banget." Kata Jinan dan Fany mengangguk setuju.
"Ya, ya, ya. Tameng nya tinggi banget, gue yang pro dalam hal PDKT aja sampe hampir putus asa."
"Ya, anggap aja tantangan. Kan katanya Lo suka tantangan." Kata Akila.
"Iya hahahahaha~ liat aja ya Gerry!" Kata Fany bersemangat. Sepertinya dia sudah melupakan rasa sakit di kakinya
"Oh ya guys, ada yang mau gue bilang." Kata Jinan tiba-tiba berhenti berjalan. Kedua sahabatnya juga otomatis berhenti dan menatap gadis itu bingung.
"Kenapa Nan?" Tanya Fany.
Jinan terlihat sedikit gugup dan malu. Sebelum sampai ke tenda cewek kelas IPA 3, Jinan merasa waktu ini tepat.
"Jadi... Sebenernya..." Ucap Jinan terpotong-potong.
"????"
"Gue.. sama Jevan udah jadian." Kata Jinan membuat Fany dan Akila terdiam sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE [tamat✔️]
Roman pour AdolescentsJinan Feronia Nayaka, cewek yang hidupnya biasa saja, kini harus menanggung malu setelah dirinya pingsan akibat kepalanya terbentur tiang listrik saat jam pelajaran olahraga. Bangun dari pingsan nya, dia tiba-tiba bisa membaca pikiran orang-orang! E...