26-pada masa itu

40 36 21
                                    

ngomongin soal bunda, bunda adalah manusia paling menyenangkan yang mereka miliki. di antara rasa sepinya, tetapi bunda segalanya. pada suatu hari, ketika milo masih kelas satu SMA, dia sering kali meringkuk dan bertanya-tanya pada tuhan. karena hanya dengan bersujud dan menengadah dirinya mampu menangis dan berharap sebanyak-banyaknya.

karena baginya, kamu adalah tempatku untuk selalu pulang.

di antara murid-murid lain yang hidupnya senantiasa bahagia sentosa, milo harus tetap menerima bahwa yang mengambilkan raportnya adalah orang bayaran suruhan bunda. karena bunda kerja. dinas di lombok waktu itu.

dan bagi lelaki dengan pakaian lusuhnya dan celananya yang basah karena kecipratan air wudhu, dirinya tetap bersyukur tanpa marah sedikitpun pada bunda. hingga suatu hari ketika bunda pulang kerumah, dia lari memeluknya lantas memberitahukan isi raportnya yang mendapat peringkat dua. bunda tak marah, tangis haru mengisi ruangan ruang tamu dengan lampu remang yang belum diganti selama enam bulan belakangan ini.

lalu, lelaki itu bilang, "milo nggak marah bunda nggak sempat datang buat ambilin raport milo sama adek, milo tetep bersyukur. yang terpenting milo masih punya bunda walau jauh, dan bunda harus tahu satu hal," ucapnya dengan air mata yang mengembang.

bunda berlirih, "apa, bang?"

"milo suatu saat akan jadi lelaki sukses, lalu bunda nggak perlu kerja lagi. nanti saatnya bunda banyakin istirahat dirumah,"

seorang ibu yang melahirkan anaknya, pasti langsung mengeluarkan air mata ketika mendengar ucapan seindah itu. apalagi diucapkan oleh bocah yang barusaja mau naik kelas dua sma. yang dipikirnya, di masa-masa remaja anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-temannya. tetapi berbeda dengan milo, justru dia anak yang baik.

tetapi bunda tidak pernah membeda-bedakan anaknya, bagaimanapun dan karena apapun, cilo juga tetaplah anaknya yang lucu. meskipun ketika dia pulang barusan, cilo tak ada dirumah. dia tahu cilo sudah memasuki masa-masa remaja yang sedang menggebu-gebunya. di masa smp, anak itu sedang merasakan perbedaan hormon, perasaan dan pola pikir terhadap dirinya dan lingkungannya.

"bunda mau abang sama adek baik-baik terus," ucap bunda; seolah-olah nalurinya kuat bahwa sejak memasuki sekolah smp, anak itu sudah sering keluyuran.

milo menunduk dan menatap dalam mata bundanya, "abang sama adek baik-baik aja kok. bunda nggak perlu khawatir, ini cuma persoalan kesibukan masing-masing. cilo kayaknya lagi belajar bareng dirumah temennya, abang telepon mau? udah jam setengah sepuluh juga ini," ucapnya khawatir.

karena hampir setiap hari, anak itu pergi. bahkan pernah menginap tanpa pulang. sampai berludah-ludah milo berkata dan memberikan nasehat, justru adiknya tak mendengarkannya sama sekali.

dibalik telepon, dia bersuara. tetapi sebelum itu, dia justru mengambil ruangan sepi dan menjauh dari bunda, karena merasa bersalah sudah berbohong pada ibu yang melahirkannya itu.

apaan nelponin gue? suara disebrang sana begitu terdengar semrawut dan ramai. seperti berada di sebuah kafe.

"bunda pulang! lo bisa balik nggak sekarang?"

demi?

"terserah lo kalau mau bunda tahu kelakuan lo, nggak usah pulang lo!" ucapnya dengan kesal, lalu mematikan telepon itu sepihak.

hampir tiap malam, milo harus beradu mulut pada adiknya yang selalu keluar malam dan tak tahu aturan. tak segan-segan dia membilanginya mulai dengan cara baik-baik hingga kasar, meski hasilnya tetaplah sama.

tak lama dari itu, cilo masih belum juga pulang. milo dan bunda memilih untuk makan malam duluan, rekomendasi milo untuk makan sate yang ada di depan perumahannya.

"bunda baru tahu loh, bang, ada sate di depan perumahan kita. sejak kapan?"

"nggak lama bunda ke lombok, ada pindahan baru, nah dia jualan sate. laku parah, milo kehabisan mulu kadang-kadang. ini alhamdulillah masih ada."

lalu hening. tak lama, bunda memilih untuk bersuara.

"bunda tahu.." ucap perempuan berkuncir satu itu, tanpa melanjutkan argumennya.

"hah? tau apa? bunda ngomong setengah-setengah," ucap milo sembari menarik sate dari tusukannya.

"cilo bukan belajar, kan? tapi main dengan temen-temennya?"

milo nggak tersedak. tetapi matanya mencekat. dia bingung harus menjawab apa.

"udah. nggak apa-apa kalau dia mau main dan nikmatin masa remajanya. tetapi satu hal yang harus kamu tahu, bang. nggak ada satu manusiapun yang suka di bohongin. di dunia ini, yang paling sulit dilakukan manusia adalah jujur. kalau ada bermiliyaran manusia di dunia ini suka berbohong, kamu harus jadi sisanya yang suka jujur."

cilo mengangguk ragu. dia merasa bersalah. "maafin milo, bun, nggak bermaksud. cuma takut bunda kecewa."

"jangan diulangi lagi, ya?"

milo tersenyum kecil. "siap bunda!"

nggak lama setelah itu, cilo pulang. bajunya agak basah karena diluar turun gerimis. ketika keduanya baru selesai makan, cilo justru datang. tak sungkan bagi dia buat salim kepada bundanya.

"bundaaaaaa!" histerisnya, lalu memeluk bunda.

bocah tengik yang menyebalkan seketika menjadi bocah manja polos ketika bertemu dengan bunda. bahkan bunda nggak habis pikir, senakal-nakalnya cilo, dia tetap pulang ketika mendengar kabar bahwa dirinya pulang. dan itu cukup ngebuat perasaannya lega, karena dia merasa sangat di hargai oleh anak-anaknya.

"maaf adek abis ngerjain pr dirumah temen adek, ardi. dia peringkat satu, bunda," ucapnya heboh seraya memberi tahu.

di antara ungkapannya, bunda dan milo sejenak saling tatap. sebelum akhirnya bunda mengelus kepala anaknya yang basah.

"kamu peringkat berapa?"

dia nyengir. "adik peringkat 15 bunda, maaf.."

bunda tersenyum kecil. "nggak apa-apa, tapi besok harus masuk sepuluh besar, ya?"

cilo mengangguk. "oke bunda!!"

bunda menggeser piring sate untuk anak itu. "sekarang kamu bersihin badan kamu dulu, terus nanti makan,"

"mmmm tapi aku boleh nggak lesnya sama temen aku yang peringkat satu?"

bunda menggelengkan kepalanya. "sama abangmu, ya?"

cilo menoleh pada milo yang menaikan alisnya meledek. dia bergidik ngeri ketika melihat abangnya seperti bocah tengil karena baru memenangkan pertandingan.

"kenapa hrus sama abang? dia nyebelin!"

"nyebelinnya kenapa?"

"suka melotot! marah-marah! tukang ngegas!" ucapnya dengan bibir monyongnya.

milo tak terima, dia melayangkan telunjuknya ke arah adiknya.

"heh! abang kayak gitu karena kamu susah dibilangin, padahal ini semua demi kebaikan kamu."

bunda memejamkan matanya sekilas. "udah. udah. pokoknya kamu les sama abang, nggak ada bantahan."

dan pada saat itu pula milo merasa bahagia. semenyebalkannya cilo, dia tetap ingin dekat dengan adiknya, karena dia menyayangi adiknya seraya dia menyayangi bunda. dan baginya, keluarganya adalah keutamaan yang paling berharga dalam hidupnya.

someone like you | HAECHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang