"posisi?"
"mie ayam mang adi!"
"meluncur!"
sehabis maghrib, milo, mark, janu, dan junet lagi nyantap mie ayam langganan mereka mang adi. dulu sewaktu masih berjualan di kantin fakultas mie ayam mang adi sudah menjadi langganan mereka tiap hari, tapi sekarang mang adi sudah tidak berjualan di kampus lagi melainkan memilih berjualan keliling atau paling tidak mangkal di pertigaan perumahan janu.
"apa kabar, mang?" tanya milo yang baru aja tiba, disaat ketiga temannya masih menunggu pesanan, dirinya justru milih buat ikut bantuin mang adi, udah biasa katanya.
"baik atuh alhamdulillah, kamu teh jarang keliatan, saya seringnya liat janu sama junet dua-duaan wae,"
mark yang lagi duduk, denger ucapan mang adi jadi ikut nyeletuk. "ya kan janu dan junet rumahnya satu perumahan, bedanya janu ke kanan, junet ke kiri. nah mang adi di tengah-tengah."
mang adi ketawa, semuanya pun begitu. mark beringsut bangkit ketika tukang rujak mangkal tepat tak jauh dari sana.
"bang iman!"
bang iman, penjual rujak. dia kesini pasti nemuin mark. karena mark suka mesen semangka yang udah dipotong-potong dan di bungkus plastik. walaupun sama aja seperti semangka di tukang buah, tapi bagi mark, semangka bang iman tak ada duanya. mungkin karena orangnya sangat beriman, kata mark.
"alhamdulillah nongol juga bang mark, mau berapa bang?"
"mau beli semuanya, berapa bang?"
"semua?" bang iman memastikan.
mark ngangguk. dia nunjuk semangka. "bukan semua buah, ya. semua semangka."
"waduh, saya bersyukur. saya itung dulu, ya."
mumpung bang iman lagi ngitung, mark milih buka dompetnya, milih-milih duit yang pantas di keluarkan. dari kejauhan, milo teriak sembari membawa dua mangkuk mie ayam buat janu dan junet.
"mau dong mangga mudanya, mark! beliin! pake sambel!"
mark noleh ke belakang. "beli sendiri, ya, lo bukan bayik, lo bagong!" ucapnya ngebuat bang iman ngakak.
"satu semangkanya lima ribu, total ada 7 semangka. jadi 35 ribu."
mark ngangguk-ngangguk. bang iman sudah menyiapkan potongan-potongan semangka itu dalam satu plastik.
"tau nggak bang kenapa saya milih-milih uangnya dulu?"
junet yang asyik mantap mie ayam, teriak dari belakang. di sampingnya ada milo.
"gue santap abis mie ayam lo serius, mark!"
"junet, diem, ya, tolong!" ucap mark kemudian menunggu jawaban bang iman.
"karena apa, ya?"
mark ngeluarin uang berwarna biru selembar. terus di pantaunya, dan di berikan pada bang iman.
"karena bang iman pantas dapat uang good looking, selamat! soalnya ada beberapa uang yang nggak bagus mulus, biasalah di jajanin di warung!"
bang iman nerima uang itu dengan baik sambil mesem-mesem. mark langsung pergi ninggalin bang iman yang lagi nyiapin kembalian.
"bang mark, kembaliannya ini!" teriaknya.
"eh-gapapa kembaliannya ambil aja bang,"
janu mendelik. dia meletakkan mie ayamnya di atas meja, nyamperin bang iman.
"janu mau kedondong sama nanas, gratis. kan mark udah bayar?"
bang iman ketawa. dia ngangguk-ngangguk, mark yang geram dengan janu segera nyamperin bocah itu dan mengolok-olok kepalanya.
"dasar lu ya bener-bener, bang maklumin janu, ya? dia emang malu-maluin. dikit aja bang buahnya,"
milo yang lagi asyik nyantap mie ayam, dihadapkan oleh argumen junet yang tiba-tiba saja.
"tadi gue liat temen-temen adek lo ke arah rumah chenji,"
milo natap junet serius. junet sudah mengira, persoalan ini pasti milo tak main-main. dia berhenti makan, dan itu ngebuat junet juga berhenti makan.
"serius? siapa aja yang lo liat?"
"rame sih, gue nggak liat cilo tapi."
"dia sama rea, lo yakin nggak liat dia?"
"yakin."
milo diam sejenak. "lo jam berapa liat mereka?"
junet memutar otak, dia mengira-ngira. milo akhirnya menebaknya duluan.
"ada nggak tiga puluh menitan setelah balik kuliah?"
junet gelengin kepala, dia natap milo tenang. "pas banget balik kuliah, chenji juga pada pake baju yang dipake di kampus."
"berarti cuman cilo yang ganti baju?"
"yakali adek lo nggak ganti baju, kan dia bawa rea. ntar rea kebauan, mil,"
milo mendengus geli. nggak kebayang kalau cilo tidak mandi, benar juga yang dikatakan junet. namun setelahnya, milo diam, karena dia tak salah sudah berada di tempat ini, tempat yang tak jauh dari rumah chenji.
"mang adi, jadi lima belas, kan?" tanya milo yang lagi ngubek-ngubek kantong jaket karena nggak bawa dompet.
junet nepuk paha milo karena ngeliat tingkahnya yang lucu. "tumben nggak bawa dompet?"
dengan polosnya, milo ngegaruk kepalanya yang tak gatal. "et anjir, gimana, ya?"
mang adi nyamperin milo dan junet tiba-tiba. "ini mie ayam udah di pesen semua sama junet, mil, jadi kalau ada orang makan disini, gratis."
milo terperangah, dia natap junet yang lagi asyik makan. "wah, lo superman! boleh nambah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
someone like you | HAECHAN [END]
Romance"ra, lo nggak perlu jadi astrea untuk jadi sempurna. di mata gue, lo sempurna dengan kinara yang apa adanya." "tapi-, astrea itu indah untuk dikenang kan, mil? bahkan lo aja nggak mampu buat lupain dia dari hidup lo." .... "gue berharap lo liat lang...