sebelum berangkat ke dokter, marsyla mahesti, mama kinara memberikan kinara baju ganti di atas kasur, lalu keluar dan menutup pintu kamar kinara. kinara beralih duduk, mengganti pakaian tanpa mandi kali ini tak masalah karena badannya memang tidak enak.
setelah berhasil memakai kaos polos, kinara menyisiri rambutnya yang kusut, dengan pikiran yang berlalu-lalang. lalu mengambil kunciran dan menguncir rambutnya, dan bersender sejenak dengan tatapan kosong ditambah matanya yang sayu.
manusia manapun takkan ada yang baik-baik saja jika dihadapkan oleh manusia yang pernah lebih dulu memasuki hidup lo, mil.
yang tahu segalanya tentang lo daripada gue, yang lebih kuat mungkin dari gue sekarang, dan yang pastinya masih berharga buat lo kan, mil?
buktinya, lo belum sepenuhnya ngehapus dia dari hidup lo. terlalu banyak pembelaan yang lo lakuin buat dia, terlalu banyak, mil.
marsyla membuka pintu, menghampiri anak gadisnya yang sedang melamun.
"kuat nggak buat jalan ke depan? masak mama harus gendong kamu turun ke bawah, ra?"
kinara mendengus geli, kadang-kadang marsyla memang kocak. dia sudah membayangkan marsyla encok, dan dia berharap tuhan tidak mengutuknya karena bayangan jahat yang tiba-tiba muncul di kepala. dia menyingkirkan selimutnya, dan beralih berdiri.
"kuat lah, masa harus ngerepotin mama nara yang cantik ini, ntar encoknya kumat gimana?"
marsyla mengambil lengan kinara untuk di tuntunnya. kemudian berjalan pelan-pelan keluar.
"pelan-pelan lama-lama sampai, santai aja," ujar marsya membuat kinara tertawa.
pintu terbuka, marsyla berhasil membawa kinara pulang dari dokter. bagi kinara, marsyla adalah mama paling tangguh sedunia, bagaimana tidak? saat sang papa banyak tugas di luar kota, marsyla tetap teguh merawat kinara penuh kasih sayang dirumah.
setelah minum obat, marsyla mengangkat selimutnya untuk menutupi tubuh kinara yang sedang kedinginan. tetapi berhenti ketika dering telepon rumah berdering, membuat marsyla segera bergegas, tetapi kinara sudah feeling.
sembari marsyla keluar kamar, kinara sedikit berteriak.
"ma, pintunya buka aja! kinara mau tau itu siapa dan ngomong apa!"
"ah, paling tamu papa, atau nggak papa!" tebak marsyla kemudian mengangkat telepon.
"assalamualaikum, dengan siapa ya?"
"alhamdulillah dijawab. waalaikumsalam.. tante, ini milo."
marsyla noleh ke kinara yang lagi merhatiin marsyla antusias. dia bergumam tanpa suaran, "milo!"
"oh, milo. ada apa ya, mil?"
"kinara ada dirumah tan? soalnya hape-nya nggak bisa dihubungin,"
"kinara sakit, mil. badannya panas dari semalem, ini baru pulang dari dokter."
"nanti milo jenguk, ya, tan balik kuliah."
marsyla meninggalkan teleponnya sejenak, kemudian menghampiri kinara.
"milo mau jenguk nanti, gapapa, kan?"
"jangan, ma, jangan!" mohon kinara.
"wah... ketauan, lagi berantem?"
"nggak, ma, pokoknya bilang kinara nggak mau ngerepotin milo, plis, ma sekalii..."
"hmmmmm.. uhm?"
"tan?"
"boleh banget ko, eh-hm.. cuma-,"
"cuma apa tan, ngomong aja gapapa."
"kata kinara gausa, dia gamau ngerepotin kamu katanya,"
marsyla merasa sangat bersalah saat mengatakan itu, terlebih milo memiliki niat baik yang dengan sengaja ditolaknya.
"serius tan, nggak ngerepotin sama sekali kok."
"ii t uhm-" (gresek - gresek)
kinara berbisik, "matiin aja udah, ini juga udah jam kuliah dia kok, nanti ganggu," ucap kinara yang langsung ditutup teleponnya oleh marsyla.
marsyla menghampiri kinara, sedangkan kinara menutup matanya dan menghadap kanan.
"nara mau istirahat dulu, ya, ma. sakit kepala nara,"
"yaudah tidur, nanti kalau milo dateng, mama suru masuk aja biarin!" ucap marsyla kemudian beralih pergi.
kinara yang mendengar hal menyebalkan itu mendelik dan bergedik. "susah banget ema-ema diajak kerja sama!!"
HUH
KAMU SEDANG MEMBACA
someone like you | HAECHAN [END]
Romance"ra, lo nggak perlu jadi astrea untuk jadi sempurna. di mata gue, lo sempurna dengan kinara yang apa adanya." "tapi-, astrea itu indah untuk dikenang kan, mil? bahkan lo aja nggak mampu buat lupain dia dari hidup lo." .... "gue berharap lo liat lang...