39-bunda kecewa

41 33 16
                                    

PADAHAL ABANG SAYANG ADEK!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PADAHAL ABANG SAYANG ADEK!!



tadinya milo berniat mengajak bunda makan di pertigaan komplek rumah junet & janu. biasa... makan mie ayam langganan terenak sepanjang masa. tetapi di lain hal, cilo justru ingin makan steak di salah satu mall di jakarta. bunda yang kebingungan sebab ketika mereka disuruh bersuit, justru cilo berkata begini, "jadi abang kok nggak mau kalah?" hal itu ngebuat bunda terbayang akan kejadian dirumah. dadanya mendadak sesak, itu sebab bunda memilih untuk makan steak, dan milo pun tak masalah.

"harusnya first dinner ini pakai konsep yang sederhana tapi bahagia, seengganya, apa salahnya makan mie ayam mang adi? bukannya lo juga sukak kan mie ayamnya?"

cilo yang sedang memotong daging sapi itu melirik milo sinis. "males gue, ntar gue jadi kambing conge," ujarnya kembali melanjutkan memotong daging kecoklatan empuk itu.

bunda melirik milo bergantian dengan cilo, kemudian mengusap lengannya lembut. anak itu fokus mengunyah.

"loh... kok gitu, dek? kan ada bunda sama abang?"

milo cengengesan, dan itu membuat cilo geram. ia melirik abangnya menahan kesal.

"ya paling ada temen-temennya yang nggak bermutu itu, marki kan?"

milo hampir melemparkan garpu ke wajah adiknya itu. "mark oy!"

"ya. yang dari kanada itu. sama janu. mereka bukan muslim loh bunda," ujar cilo serius natap bunda.

sejujurnya, dalam hati bunda ingin tertawa. sebab perkataan yang cilo lontarkan seperti bocah sekolah dasar yang baru meletus beranjak dewasa.

"toleransi." milo nyeletuk.

bunda berdehem, ngebuat cilo tak berani membuka suara lagi. ia biarkan kekesalan itu berpendam di dadanya, lantas, milo pun sebenarnya geram dengan adiknya. meski di lubuk hatinya ingin sekali berdamai dengan adiknya yang sudah lama menganggapnya mungkin tak berada.

"tadinya bunda ingin menikmati malam yang bahagia, tetapi ada hal yang jauh lebih penting,"

lelaki itu menatap bunda serius, tak seinchi pun ia lengah.

"maksud bunda?"

"bunda nggak bisa nyalahin abang atau adek, atau siapa di antara kalian yang paling salah. bunda yang selama ini jauuuh sekali dari kalian, itu penyebabnya. penyebab ada banyak hal yang terlewat, yang bunda nggak tahu. tapi sekarang bunda tahu."

cilo dan milo saling menatap serius. tatapannya seakan menduga-duga, tetapi anak pertama itu sudah memiliki jawabannya. bunda pasti sudah tahu mengenai dirinya dan adiknya yang sejak lama tidak baik-baik saja, bahkan hari ini cilo terang-terangan bersikap acuh kepada milo.

mereka hanya diam. menduga-duga jawaban apa yang pantas untuk menjawab argumen bunda, atau.... bertanya-tanya, apakah benar bunda sudah mengetahui semuanya? lantas siapa yang harusnya disalahkan?

milo memegang jemari bunda, dibalut dengan jemarinya yang hangat. sedangkan jemari bunda terpaut pada cilo, barusaja bunda meyakinkannya dan memberikan kehangatan. tujuannya, supaya hatinya semakin menghangat dan tak membeku lagi.

"sebenarnya apa yang terjadi sama kalian? apa yang kalian tutupin dari bunda selama ini?"

suaranya terdengar seperti seorang ibu yang berusaha mati-matian memendam kecewanya. terlebih kecewa pada dirinya sendiri yang terlampau jauh meninggalkan anak-anaknya.

milo memandang cilo yang juga memandangnya, kemudian tautan jemari dari bunda seakan diperkuat, seolah menuntut jawaban yang benar dan pasti atas pertanyaannya barusan. maka bola mata itu berpusat pada bunda, menatap matanya yang menutupi kekecewaan.

"abang..... abang nggak tahu sebenernya apa salah abang, bunda."

alis bunda menjinjit, tidak mengerti dengan jawaban yang milo lontarkan. itu bukan jawabannya, bahkan lelaki itu pun tak tahu apa salahnya. bunda menatap mata cilo yang menunduk, matanya kosong, seolah tersirat kejadian beberapa tahun lalu.

"dek? kamu nggak mungkin bohongin bunda lagi, kan?"

anak itu menghisap bibirnya sendiri. matanya terpejam. sejujurnya ia menyadari bahwa dia adalah satu makhluk egois di muka bumi. kekesalannya berpusat pada milo dan itu yang ngebuatnya balas dendam dan membenci abangnya sendiri. anak itu sangat mencintai astrea jauh sebelum milo memilikinya, dan rasanya masih semakin dalam ketika ia tahu ia tak bisa mempermainkan astrea. justru lelaki itu semakin jatuh cinta pada gadis itu.

"kalau cilo nggak bisa ngomong sekarang nggak apa-apa,"ucap bunda lirih.

dan pada saat itu pula cilo memberanikan diri menatap bunda, memperhatikan mata seorang ibu yang menatapnya penuh cinta seakan-akan takkan membiarkan dirinya terluka dan menahan beban sendirian. bahkan rasanya lelaki itu ingin segera menangis karena selama ini sudah membohongi bunda, karena yang bunda tahu mereka selalu baik-baik saja.

dan cilo menyesal, ia menyesal karena malam ini ia tak bisa menahan amarahnya. kesal setiap hari kepada abangnya sendiri adalah rutinitasnya. cilo hanya diam, tatapannya kembali menunduk, tetapi seakan bunda sadar, bahwa cilo membutuhkan waktu untuk cerita segalanya.

milo menghisap bibir dalamnya, ia pun ikut merasa bersalah hingga akhirnya kata maaf pun terucap.

"maafin abang bunda.."

tetapi cilo hanya diam.

"maaf udah bohongin bunda selama ini, kita memang nggak baik-baik aja selama empat tahun ini, dan kita berlagak baik-baik aja ketika bunda pulang kerumah. tujuannya nggak mau bikin bunda kecewa, nggak mau bikin bunda tambah capek," jelas lelaki itu.

bunda menarik napas. rasa terkejut, marah, kecewa, sedih, seketika bercampur menjadi satu layaknya es campur yang dibuat dengan buah busuk. bunda mencoba menerima meski belum mendapatkan penjelasan apa-apa.

"kebohongan tidak ada yang baik, bang. sepahit-pahitnya kejujuran, itu yang terbaik."

milo mengangguk dalam, bunda memandang keduanya penuh arti. sebelum akhirnya seorang ibu itu menarik napas dalam dan kembali mengambil sebuah pisau dan garpu.

"udah. ayo makan lagi anak-anak bunda."

entah datang dari mana, lelaki itu justru memiliki hasrat untuk membuang air kecil. sebelum berpamitan, ia memilih untuk meminum setengah gelas air putih, lalu berdiri kemudian.

"toilet dulu, abang, nggak apa-apa? kebelet!"

bunda ketawa renyah. "jorok! jangan lama-lama, bang!"

"buang air kecil, bunda, bukan beol."

cilo membuang tawanya yang tak bisa tertahan. tetapi dia bersyukur karena milo sudah pergi menjauh, ngebuat dia ketawa lepas sama bunda. ngebuat bunda merasa senang karena akhirnya melihat anak keduanya tertawa jelas di hadapannya. bunda menyayangi anak-anaknya, meskipun mereka telah mengecewakannya.

someone like you | HAECHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang