31-cenderung murung

36 36 19
                                    

di pinggir jalan sana, nampak seorang lelaki memberhentikan motor honda cb-100. helmnya tak dilepas, tetapi terlintas dengan jelas bahwa lelaki itu memberikan kantong kresek logo alfatart itu ke arah gadis yang antara sungkan dan tak sungkan menerimanya.

"loh, kak, ini apa?"

"ini terima. dimakan, ya? roti, susu, sama cokelat buat kamu."

"tapi kan kak.. nggak seharusnya kamu ngebeliin aku ginian segala?"

lelaki itu mendorong kantong kresek yang akhirnya pindah tangan. dibalik helmnya, ada mata yang menyipit karena sebuah decak senyuman yang ditutupi oleh masker.

"makasih ya, ra, sudah mengizinkan aku buat ketemu kamu lagi. maaf nggak bisa lama-lama, lain kali kita ketemu lagi."

"makasih banyak, ya, kak."

lelaki itu mengangguk sampai akhirnya melaju pergi. meninggalkan seorang gadis yang sedang membuka ikatan plastik berwarna putih itu. lantas berbalik dan membawanya seolah tidak ada beban. sementara, tak jauh dari sana seorang lelaki dengan jaket lepisnya memperhatikan. ada deru sesak yang menghujam dadanya, sebab yang dia lihat barusan adalah kekasihnya yang sedang bertemu dengan pria lain tepat di depan matanya.

sebelum gadis itu mendekat, dia berlari dan jauh meninggalkan. isi kepalanya berisik dengan pemikiran-pemikiran yang pasti membuat siapapun berpikir negatif kalau seorang kekasihnya bertemu dengan pria lain. apalagi diberikan sesuatu yang entah isinya apa.

kabar buruknya dia tidak bisa mengabarkan kinara pagi ini dikarenakan kuotanya habis. dan kabar baiknya, dia seharusnya bersyukur dan tak perlu beli kuota setelah melihat kejadian hari ini. karena ketika hati teriris, maka yang dibutuhkan adalah waktu yang pasti untuk kembali utuh seperti semula.

dengan raut yang tak seperti biasanya, lelaki itu membuka pintu kelas yang tampak tertutup karena jam masuk sudah tiba lima menit yang lalu. dilihatnya mark yang antusias menyambutnya dengan penuh senyuman. sebagi lelaki profesional, bibirnya sedikit bergerak sekilas menunjukan sabit meski itu sangat ketara kalau hanya senyum memaksa.

tak heran janu dan junet saling pandang. seolah mata mereka paham bahwa sang teman sedang tidak baik-baik saja. lalu dengan entengnya mark berbisik di sela-sela dosen sedang menulis di papan tulis.

"kinara tadi sempet ngobrol-ngobrol sama kita, mau nemuin lo tapi lo tumben banget telat hari ini, dan dia nitipin lo sesuatu."

milo natap mark sekilas. kemudian membuka resleting ranselnya dan mengeluarkan buku catatannya.

"nanti aja, sekarang fokus belajar."

mark noleh ke belakang. natap janu dan junet yang lagi bisik-bisik. dan apa yang dia pikirkan sudah pasti benar, pagi ini ada yang berbeda dengan lelaki itu. seperti tidak ada semangat hidup. biasanya jika nama kinara sudah tersebut, maka bola matanya membulat dalam sekejap, senyumnya amat sumringah. tetapi justru hari ini mukanya tertekuk, cembetut yang di dapat. dan mereka bertiga, sudah menduga-duga di dalam kepalanya masing-masing; pasti ada sesuatu yang nggak beres.

....

jam sudah berganti, tetapi dosen yang lain belum kunjung datang. maka dengan sigap mark menyodorkan sebuah kotak makan yang entah isinya apa.

"titipan dari sang kekasih."

dia memperhatikan mata milo yang memusat ke kotak makan yang ada di hadapannya. lelaki itu menarik napas dalam, memegang kotak itu dengan kedua tangannya, diperhatikan, dibalik-balik. entah datang dari mana, mark spontan nyeletuk.

"awas keinget rea, mentang-mentang dia sering bikinin lo bekal!"

jauh dari sana, milo justru tersenyum kecut. entah apa yang ada di dalam pikiran mark, justru tak terjadi di dalam isi kepalanya. dia sama sekali tidak terpikirkan rea, tetapi karena mark berkata begitu, sekelibet bayangan astrea justru spontan muncul.

someone like you | HAECHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang