38-ternyata.....

51 35 17
                                    

usai keluar dari kamar mandi dengan harum tubuh yang menyeruak, puji memiliki ide untuk segera keruang tamu. aslhasil yang dia temukan adalah cilo yang sedang main game, dengan pintu rumah yang terbuka.

"dek, abangmu mana?"

"gatau."

puji mengernyit. sudah jelas-jelas anaknya itu sedang main game online, mana mungkin dia memperhatikan abangnya melangkah kemana. maka dia berniat melangkah keluar rumah.

benar. dilihat dari sisi kirinya didapati anak laki-laki pertamanya sedang beringsut duduk di kursi sembari meminum secangkir teh disana. tangannya memegang handphone, tentu dengan mata yang berpusat ke layar.

"bang? sibuk, ya?"

tentu saja anak itu langsung menoleh ke sumber suara. didapatinya bunda dengan kaos kebesaran dan handuk membuntal di atas kepala.

"mana ada sibuk, bunda? cuma lagi periksa notif aja. biasa, anak muda," ujarnya ngebuat bunda cengengesan.

bunda ikut duduk dikursi sebelah milo. ditengahnya ada sebuah meja kecil dihiasi vas bunga, teh hangat, dan juga keripik singkong. bunda memperhatikan itu lekat-lekat, meskipun anaknya semakin bertumbuh, tetapi tetap saja camilan kesukaannya tidak berubah.

"gini... ini kan baru jam tujuh, bunda mau kita dinner diluar. gimana?"

milo mencebik. "cailah bunda.... kayak anak muda aja!"

bunda melengos, membalas candaan itu. "heh! bunda ini masih muda!"

"iya deh hampir lima puluh, masih muda bunda,"

bunda nyengir. "bunda cantik nggak?"

milo merhatiin bundanya lekat-lekat, kemudian matanya menyipit. "mmmm....."

"jelek ya? uda keriput bunda?"

milo gelengin kepalanya cepat. "bunda itu awet muda. cantik lahir batin. tapi secantik-cantiknya perempuan, tua-nya ya peot juga bunda... tapi mau bagaimanapun bunda, abang dan adek tetap sayang bunda kok."

bunda terharu. dia membuang napas panjangnya. kemudian bersuara lagi.

"kita naik taxi online aja, ya?"

milo tampaknya setuju. "abang setuju2 aja. adek gimana?"

bunda gelengin kepalanya. "bunda nggak enak, dia lagi main game online."

milo menatap bunda serius. "kebiasaan bunda! jangan dibiarinin harusnya. bikin dia makin males."

bunda menarik napas pelan, kemudian menoleh ke belakang, mengintip dari jendela yang sempat terbuka sedikit. cilo masih fokus memainkan game online. alih-alih bangkit, bunda justru ingin ke kamarnya dan menginstruksikan milo supaya mengajak adiknya itu untuk makan malam diluar. tak ada pilihan lain bagi milo selain menuruti perintah bunda.

milo berdiri di dekat kepala adiknya, tanpa aba-aba merebut langsung handphone adiknya itu. langsung close gitu aja. ngebuat cilo makin naik darah.

"bangsat!"

"apaan sih lo bang? nggak ada kerjaan selain gangguin gue?"

handphone itu sudah pindah tangan. milo menatap cilo dengan tenang.

"bunda mau kita dinner. prepare sekarang. kapan lagi dinner sama keluarga? masih mentingin game lo itu?"

cilo menarik napas jengah. "ya tapi cara lo salah!" anak itu berbalik. menaiki tiap-tiap tangga. yang cilo katakan memang benar, seharusnya milo berbicara baik-baik. tetapi justru milo mempunyai pikiran yang lain.

"ya kalau gue omongin baik-baik juga lo nggak mudeng. cuma itu satu-satunya cara."

argumennya berhenti sampai disitu. milo pun melangkah pergi, ikut mengganti pakaian untuk makan malam bersama bunda dan adiknya itu. padahal di sisi lain, bunda mengintip kejadian tersebut. rautnya berubah terluka, dia membenak, jadi selama ini.... mereka nggak baik-baik aja? mereka menyembunyikan semua ini dariku? dari bundanya sendiri?








































 mereka nggak baik-baik aja? mereka  menyembunyikan semua ini dariku? dari bundanya sendiri?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




maafin abang udah bohongin bunda:)

-milo-

maafin adek bunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

maafin adek bunda... adek ngikutin abang😭

-cilo-

someone like you | HAECHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang