22-pesan singkat yang mencekat

29 36 17
                                    

"gue berdoa pada tuhan ; buatlah aku ikhlas dengan segala yang terjadi padaku, pada hatiku, pada isi kepalaku."

jawaban itu sangat kontras dengan pikiran-pikiran yang berkecamuk di kepala lelaki itu. doa-doa itu memiliki keterhubungan antara satu dan lainnya. lalu, terlintas pertanyaan di dalam kepala milo saat itu.

apa yang selama ini lo pikirin?

lalu mereka sampai di tukang nasi goreng. bapak-bapaknya lagi ngegoreng nasi di atas kuali berukuran lumayan besar dengan api besar. kemudian kinara memesannya.

"pak, nasi goreng dua, ya?"

"yang special apa yang biasa, neng?"

kinara tak menjawab. gadis itu mengalihkan pandangannya kepada milo, yang kini justru mengambil ancang-ancang untuk menjawab pertanyaan si bapak.

"apa bedanya yang biasa dan yang spesial, pak?"

"kalau yang special ditambahkan bumbu-bumbu yang tak biasanya, racikan saya sendiri. tentu dengan cita rasa yang berbeda, kebanyakan orang mesen yang special karena mereka percaya dengan rasa yang khas dari saya, dek. tapi kalau mau mesen yang biasa, bukan berarti nggak enak ya rasanya."

si bapak itu tertawa begitupun dengan milo. kemudian dia bergumam.

"bapak tau nggak, pak? mau nasi goreng biasa atau yang spesial sekalipun. bapak di mata orang lain lebih spesial dosis tinggi."

"hahahahaha..... si bapak tertawa spesial dari mananya, dek? saya cuma orang biasa," jawabnya sembari menuangkan nasi goreng ke atas piring.

"karena sudah memberikan nasi goreng buatan bapak untuk orang-orang yang perutnya lagi keroncongan. bapak sudah menyelamatkan mereka semua, termasuk kita nih, ya nggak, ra?"

kinara mengangguk dengan senyum yang sama sekali tak memudar di bibir merah muda itu. diam-diam memperhatikan milo yang berbicara panjang lebar kepada bapak si penjual nasi goreng yang bahkan belum ditemui sebelumnya. tetapi rasa-rasanya, sudah sangat dekat seperti beberapa kali bertemu.

"jadi, saya mesen nasi goreng biasanya satu, yang spesialnya satu, ama teh angetnya dua. adil kan, pak?"

si bapak mengangguk. bibirnya membentuk seulas sabit, kemudian mencentong nasi dari mejikom.

"siap, silakan duduk di belakang, dek."

"makasih, pak."

"sama-sama."

lantas mereka berdua duduk. kinara melontarkan pertantaan untuk lelaki yang ada di hadapannya sekarang.

"kenapa pesen yang beda?"

"ya- biar adil aja."

kinara mengangguk-angguk mengerti. kemudian milo membuka suara lagi.

"tapi point-nya bukan itu,"

kinara memberikan tatapan antusias, sementara milo menatapnya alih-alih akan memberikan jawaban antara mengesankan atau justru menyebalkan.

"karena yang satunya buat orang yang special,"

"siapa?"

"buat bapak-bapak yang buat nasi goreng itu, nah kita makan sepiring berdua aja."

"oh, boleh."

kinara agak malu, sejujurnya dia sudah sangat percaya diri milo akan mengatakan begini ; buat elo yang specialnya. ah, justru asumsi itu membuat dirinya harus menahan malu dengan dirinya sendiri. lalu lelaki itu tertawa, menimbulkan tanda tanya oleh gadis itu tersendiri.

"ya elo lah yang special. lagipula, bapak-bapaknya pasti udah gumoh kebanyakan makan nasi goreng buatannya sendiri."

kinara memajukan bibirnya sebal. gadis itu seperti terjebak di lingkaran yang tak memiliki celah sama sekali untuk keluar. kemudian nasi goreng dengan teh hangat itu datang, mereka menikmati makan malam mereka di antara gelapnya malam, di antara kenadaan di jalan raya yang berlalu lalang, dan di antara lampu-lampu jalan yang terpampang.

someone like you | HAECHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang