29-keluarga kecil dan kenangan pahit

42 36 23
                                    

tak pernah terpikirkan dalam benaknya bahwa apa yang ada di depan matanya sekarang begitu nyata. dua lelaki yang dulu sedang lucu-lucunya menikmati mainan kereta api justru sekarang sudah bertumbuh dewasa. bagi ibu yang telah melahirkan anaknya, mau sedewasa apapun anaknya, di matanya tetaplah seperti anak kecil yang akan selalu ia lindungi dan ia jaga.

"lo nggak minta maaf bang sama bunda udah balik kemaleman semalem?"

"udah kok, kebetulan gue balik pas bunda belum tidur. dan lo juga dikamar, kan?"

"its true. tumben balikin anak orang ampe jam sebelas? biasanya tahu waktu."

cilo dengan sengaja menekankan kata tahu waktu karena memang yang dia tahu, milo tak pernah memulangkan wanita lebih dari jam sembilan, kecuali ada hal lain yang menghambatnya.

"jangan suudzon! gue jam sembilan balikin nara, lo kayak nggak tahu aja macetnya jakarta kayak gimana."

"udah. nggak apa-apa. mau anak bunda pulang jam berapa juga asal jangan lebih dari jam dua belas. hidup kalau mau teratur itu dimulai dari diri sendiri, mendisiplinkan diri sendiri. bunda yakin kalian paham, tinggal belajar terapin itu pelan-pelan. bisa?"

keduanya menjawab serempak. 'bisa, bunda.' tiga piring tergeletak di atas meja makan dengan nasi goreng special buatan bunda. sehabis bangun tidur, di antara dinginnya pagi, milo masih tak menyangka bahwa bunda yang dia pikir masih di lombok ternyata sudah bersamanya dirumah.

"bunda nggak dinas diluar kota lagi kan untuk saat ini?"

"nggak, bang, bunda saat ini dinasnya dirumah dulu. bunda harap sih, kalau ada tugas ke luar kota lagi jangan sekarang-sekarang dulu, ya. bunda masih kangeeennn banget sama anak-anak bunda," ujarnya dengan senyum sumringah menampikkan sorot kerinduan di kedua bola matanya.

milo beringsut menghampiri bunda dan memeluknya. "milo juga kangeeeenn, rumah nggak seperti rumah kalau bunda nggak ada, makanya milo berharap sama tuhan supaya bunda cepet pulang kerumah. supaya bisa kumpul lagi," ujarnya panjang lebar.

tak lama kemudian, cilo ikut memeluk bunda. meski sempat melirik abangnya tajam. lelaki itu kadang heran, sampai kapan lo benci sama gue? bukankah seharusnya terbalik? milo yang membenci adiknya. tetapi dia mengurungkan segala kesalahan adiknya dan melapangkan hatinya untuk memaafkannya. mungkin pada dasarnya, cilo benar, selama ini sikap dirinya lah yang terlalu keras pada adiknya.

"milo, cilo, kalian udah pada dewasa. kapan mau bawa pacarnya kerumah?"

milo terhenyak. dia menggaruk kepalanya yang tak gatal. sebenarnya dia memang sudah berniat membawa kinara kerumah dan mengenalkannya pada bunda, hanya saja dia belum membicarakan hal ini kepada kinara dan takut kekasihnya akan menolak. jika cilo, dia harus berpikir keras untuk membawa seorang gadis kerumah. padahal, dia ingin sekali membawa astrea, sialnya, bunda sudah mengenal astrea selagi astrea menjalin hubungan dengan abangnya.

"ummm, milo udah ada rencana sih mau bawa kinara kerumah. nanti deh milo kenalin sama bunda."

bunda menatap milo penuh keyakinan. "bener ya, bang?"

milo menunduk yakin. "bener!"

lalu, kepalanya kembali menoleh menatap cilo. melihat anak itu sedang mengambil segelas air putih dan diteguknya.

"kalau adek?"

sebenarnya milo ingin sekali mengatakan, lo mau bawa astrea kerumah?

tetapi perasaan tidak enak lelaki itu lebih besar dan membuat dia mengurungkan niatnya itu. lagipula, bunda pasti kaget. bagaimana bisa cilo membawa seorang gadis yang pernah dipacari oleh abangnya? lalu, bagaimana nanti bunda bersikap? apakah bunda akan memarahi cilo?

someone like you | HAECHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang