7-kemacetan dan terik mentari

48 39 20
                                    

hampir jam tiga, kinara sudah sampai rumah. siapa pun pasti tahu, kota yang terkenal macet itu sudah berhasil menjebak dua manusia di perjalanan. bahkan, untuk ke kedai pun kinara urungkan, karena selain malas dengan kemacetan itu, dia lebih butuh kesendirian, sekali ini saja.

pulang adalah tujuan paling aman, dan rumah adalah tempat paling menenangkan. kinara membaringkan tubuhnya di kasur, kemudian meletakkan wajahnya diatas bantal. membiarkan kegelapan menyelimutinya, dan baginya, sesak sejenak karena bantal ternyata nggak bisa ngebanting sesak yang ada di dada gue sejak siang.

kinara membalikan tubuhnya menghadap langit-langit kamar. mengingat kembali moment perjalanan mereka sebelum sampai kedai. begini rekamannya,

[saat perjalanan menuju ke kedai, mereka terjebak kemacetan di bawah terik mentari]

"mungkin matahari lebih setuju gue balik lebih cepet, deh, mil," ujar kinara tiba-tiba.

milo yang lagi bawa motor, hrus berbicara agak lebih keras agar kinara mendengarnya. apalagi helm yang dipakainya, pasti mempersumbat pendengarannya.

"kok gitu, ra?"

"iya mil, kayak gitu,"

"lo masi marah?"

"emang daritadi gue keliatan marah?"

milo bungkam. dan kinara berhasil membuatnya diam. tetapi beberapa detik kemudian milo berkata lagi, lalu mengubah arah spionnya untuk memastikan apakah wajah pacarnya itu sedang manyun?

"jadi...... nggak jadi ke kedai eskrimnya?"

"pulang cepet bukan berarti nggak jadi beli eskrimnya, mil!" gereget kinara dengan mata mendelik.

milo tertawa. dan kinara tidak menyadari kalau ternyata milo berhasil melihat penampakan mimik paling seru di perjalanan. tetapi tawaannya berhenti ketika kinara melihat melalui spion dan menyadari spionnya yang berubah. milo buru-buru membenarkannya, karena kinara tidak mengizinkan milo untuk mengubah arah spionnya, alasannya agar taat lalu lintas, tetapi milo yakin, bukan itu alasannya.

"kenapa lo bisa bilang kalau matahari lebih setuju lo balik cepet?"

"karena macet dibawah matahari yang menyala, gitu,"

"dan lo nggak betah kemacetan?"

pertanyaan milo tak dijawab karena jawabannya benar. dan kinara berpikir bahwa tak ada manusia yang menyukai kemacetan. lalu mereka sampai di kedai, milo turun dari motor scoopy-nya, sebelum masuk kedai dia ngeliat wajah kekasihnya, dan menyingkirkan helai-helai yang menutupi kulit putih wajahnya.

"kalau lo nggak suka kemacetan, tapi justru gue bersyukur sama tuhan udah kasih macet siang ini,"

"lo itu emang aneh!" tukas kinara judes.

milo tertawa. "lo harusnya nanya kenapa, cepet!"

"iya.. kenapa?"

"karena menyita banyak waktu bersama-sama lebih banyak, bukannya lo suka itu?"

milo tersenyum simpul, kemudian beralih masuk ke kedai untuk memesan eskrim. di sisi lain, kinara memperhatikan kepergian milo dengan berkata dalam hati, lo bener, gue suka itu. tapi- waktunya nggak tepat, mil. dada gue terlalu sakit sekarang.

kinara noleh kanan, dia bangkit dari kasur dan berangasur pergi ke nakas, mengambil eskrim rasa matcha mix cokelat yang sudah sedikit mencair. disuapnya kedalam mulutnya dengan tenang.

tak sampai situ, kinara meminggirkan gordennya, dan silau mentari langsung menyilaukan matanya. dia bergumam dengan eskrim yang masih di genggamnya di cup tangan kanannya.

"macet dan terik sangat bersahabat kali ini, mereka saling terikat dan menyetujui gue buat balik lebih cepet. kadang-kadang, kalau lo pikir mereka selalu menyetujui kita buat sama-sama lebih lama gue setuju juga, tetapi kali ini nggak, mil, dan lo nggak menyadari ini semua."














































yaudadeh aku pulang, bye

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

yaudadeh aku pulang, bye

someone like you | HAECHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang