43-sabit yang kembali pulang

45 32 22
                                    

ditengah diperjalanan, lelaki itu baru ingat bahwa ia belum izin kepada bunda untuk pergi kerumah astrea. juga meninggalkan teman-temannya tanpa berkata apa-apa. tetapi lelaki yang sedang berkopyah itu yakin, cilo pasti akan mengamanahkan kepergiannya kepada bunda dan teman-temannya.

sepanjang jalan bibirnya lekat membentuk sabit, ditambah malam ini langit yang gelap itu seakan terang benderang, bulan purnama senantiasa menjadi saksi akan perjalanannya menuju rumah gadis yang sejak lama tak ia datangi. disana juga tertera lampu-lamu jalan seakan berkilauan. mungkin malam ini milo akan menggerutu jalanan ini macet sebab ia buru-buru ingin menemui hendrik dan menjelaskan semuanya dari awal.

jika saat itu milo tak mendapatkan kesempatan untuk berbicara, maka malam ini milo tidak akan menyia-nyiakan hal baik yang mungkin saja bisa merubah keputusan orang lain termasuk adiknya sendiri. entah ada angin apa, bagaimana bisa adiknya ; seorang cilo beberapa menit lalu meminta maaf pada dirinya sebab kesalahannya? meski suaranya terdengar sangat berat, milo yakin pasti adiknya itu sedang sangat kecewa.

tak lama, milo memasuki kawasan perumahan yang tak jauh dari jalan besar. suasananya adem-ayem, ada beberapa makanan yang mangkal, sebenernya terbesit dipikirannya untuk membelikan astrea dimsum sebab astrea sangat menyukainya, tetapi lelaki itu memiliki rencana lain.

sesampainya di halaman rumah astrea, milo memarkirkan motornya dibawah pohon mangga yang sudah berbuah kecil-kecil. ada sedikit keraguan yang muncul di dalam dadanya, kekhawatiran yang melanda serta rasa takut sebab ingatang yang dulu kala kembali muncul di dalam kepala. lelaki itu berdiri disamping motor scoopy nya. memperhatikan sebuah pintu rumah yang terbuka dengan lampu gantung warna putih terang, tak lama setelah itu ia memantapkan langkahnya dan berdiri tepat di depan rumah astrea.

warna rumahnya masih sama, pintunya masih kokoh dengan warna cokelat asli khas batang jati yang kuat. juga dengan lantai ruang tamu yang bersih dan dingin seakan-akan orang-orang yang menempatinya adem-ayem hatinya senantiasa, juga dengan sofa yang masih berbentuk sempurna. milo memberanikan diri untuk mengetuk pintu, sekali, dua kali, hampir ketiga kali tapi sudah muncul seorang wanita dengan kaos polosan dan celana panjang. rambutnya diikat setengah diletakkan diatas kepala kontras dengan kulitnya yang putih.

cantiknya sangat sederhana.

dan setelah malam itu, keduanya akhirnya bertemu lagi. senyumnya seolah menyambut kedatangan sang mantan kekasih yang tak pernah ia anggap mantan sekalipun sebab rasanya masih lekat terasa meski raga pernah tak ada.

"tadi cilo bilang, papa lo udah tahu kalau cilo penyebabnya, dan... dia bilang, papa lo suruh gue kesini," kata milo, mengatakannya dengan sangat berhati-hati karena ia meragu akan hal ini.

astrea kuat-kuat menahan senyumnya sebab laki-laki yang ia pikir takkan pernah kerumahnya lagi justru sekarang datang dan ada di hadapannya.

"bener. papa mau ngomong."

tak berselang lama, hendrik muncul di belakang sana membawa secangkir kopi. diuyupnya dan diperhatikannya siapa yang datang, lalu milo tersenyum tipis dan mengangguk, astrea meminggirkan langkahnya.

"eh, milo udah datang rupanya. kok rea nggak panggilin papa, sih?" ujar hendrik menatap astrea dengan menyelidik.

dengan senang, milo mengecup tangan hendrik. ia pun menatap hendrik lalu bilang.

"saya- minta maaf, pa, sebelumnya."

"heh- kok minta maaf? sini-sini duduk dulu," ajak hendrik menuntun milo untuk duduk di soffa ruang tamu, mengintruksikan astrea untuk menyiapkan minum untuk milo.

dengan semangat, anak itu menuju dapur. menghampiri sang mama yang sedang menyiapkan teh manis untuk tamu yang sudah lama sekali tak berkunjung, tetapi buru-buru gadis itu mengangkat tatakan dan cangkir, senyumnya sangat lekat tak bisa tertahankan, membuat sang mama tertawa renyah dan menyoel jahil pipinya.

someone like you | HAECHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang