6-matahari yang nakal

55 37 23
                                    

sepanjang koridor kampus, tak lepas sama sekali pandangan kinara lekat pada genggaman tangan yang mengerat. beberapa mahasiswa dan mahasiswi pun tahu, keduanya adalah sepasang kekasih yang tak bisa dielakkan, terkadang keduanya menjadi bahan irian bagi para penjomblo atau pasangan lainnya, karena manusia bersifat tidak pernah puas dan selalu ingin yang lebih.

kinara tak pernah bisa bohong pada dirinya sendiri, sisi lain dia merasa marah, tetapi sisi lain dia percaya kalau perasaan yang milo miliki kepadanya tak pernah salah. sampai akhirnya di depan kelas kosong, kinara mencoba melepaskan genggaman tangan itu. sungguh terpaksa karena suara-suara yang sudah terekam tadi terus berputar dan membuat dadanya terasa sakit.

kinara cuma diam, tetapi begitu milo menyadari ada yang tak beres dengan diamnya kinara, dia membalikan tubuhnya menghadap gadis itu, dan menatap matanya.

"ra...."

satu.. dua.. tiga.. gue harus berani ngomong sama lo kenapa mendadak gagu, gue kan lagi marah sama lo!!

dan kinara menyadari bahwa disaat-saat menyebalkan seperti inilah dirinya sulit untuk diajak kerjasama. padahal, dia sudah menyiapkan banyak pertanyaan di kepalanya, tetapi justru sekarang semua itu mendadak hilang, bagaikan ditelan bumi tanpa diizinkan pemiliknya.

"kita jadi ke kedai eskrim, kan, ra?"

dengan percaya diri, kinara menengadah, memberanikan diri menatap kedua bola mata yang sudah membuatnya jatuh terlalu dalam itu.

"gue-, nggak nyangka aja, mil. kenapa orang yang selalu mengingatkan gue menanam kejujuran tapi justru malah nyuruh temen-temennya buat bohongin gue,"

itu bukan jawaban, justru melenceng perihal persoalan eskrim. kinara hanya sudah muak, dia tak bisa membohongi dirinya sendiri.

"bohong?"

kinara diam. matanya menatap ke arah lain, dan diamnya dia adalah supaya milo dapat berpikir tanpa perlu bertanya lagi.

"sumpah, gue nggak pernah nyuruh temen-temen gue buat bohong, ra, apalagi bohongin lo," ucapnya dengan tatapan meyakinkan sekaligus terkejut.

"tapi janu bilang lo beli minum sama sukro buat main ps, yang jelas-jelas lo di markas, mil. lo juga mana mungkin lupain janji buat ke kedai eskrim sama gue sore ini,"

milo merasa frustasi, dia ngacak-ngacak rambutnya.

"astaghfirullahaladzim, dengan rambut dan wajah yang kelewatan kusut, milo memegang kedua bahu gadisnya erat-erat, lo tahu janu itu kalau lagi panik suka halu. sumpah, gue nggak pernah ada ide sedikitpun buat bohongin lo, ra. kalau lo tanya, kenapa gue ke markas tanpa izin lo? karena gue nggak mau lo ikutan sama urusan pribadi gue sama cilo, ra,"

"urusan pribadi sama cilo? ngomongin rea, kan?"

milo menatap kedua mata gadis kecilnya itu silih berganti, melepas genggamannya pada bahu gadis itu. di sisi lain, kinara beralih menempelkan punggungnya di dinding kampus, membiarkan matanya terpejam dan berteman dengan kegelapan. kinara menahan tangis. meski hatinya berjerit krisis.

keduanya saling diam dengan pikiran masing-masing. di antara ujung jalan, kinara masih memiliki harapan. dan di antara harapan itu, salah satunya adalah mencoba mempertahankan kepercayaannya karena sikap milo yang membuktikan bahwa milo memang pantas di percaya. di sisi lain milo merasa bersalah, dan dia tau itu manusiawi. maka dari itu, dia beralih buat berdiri di hadapan kinara, meniup matanya yang tertutup.

hembusan angin hangat menyapu lembut bulu mata dan kelopak mata kinara yang terpejam, refleks membuat matanya terbuka, karena tahu sinar matahari akan menyilaukan matanya, maka milo kembali berdiri tegak di hadapannya, dan melindungi kinara dari sinarnya.

"maafin mataharinya yang nakal, ya, ra?"

kinara berharap matahari tidak menertawakannya karena bibirnya membentuk sabit dalam sekejap. dia berharap dalam hati supaya milo nggak merhatiin dia yang lagi nahan senyum sekarang.

tapi aneh, milo justru tertawa lebih keras dari apa yang dia duga, dan ngebuat dia hendak bertanya-tanya.

"hahahahahhahahahaha.."

kinara cuma diam merhatiin milo yang ngakak, terus lelaki itu berbalik dengan mimik amat tenang.

"bahkan, matahari pun nggak setuju kalau lo sedih, ra."

kinara cuma diam, tetapi sedetik kemudian dia berjalan duluan meninggalkan milo. ketahuilah, sekarang kamera sedang merekam dirinya yang membuka mulutnya lebar-lebar untuk mengambil asupan oksigen.

"ra, gue ditinggal?" teriak milo dari belakang.

"ayo ke kedai eskrim!"ajak kinara dengan senyumnya.

bibirnya ikut merekah, membuat lelaki itu bergegas menyusul kekasihnya. itu kinara, kekasihku. suka diem, suka manyun, suka marah, tapi aku sayang.









































 suka diem, suka manyun, suka marah, tapi aku sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hug u!!

someone like you | HAECHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang