🌹4🌹

3.5K 371 59
                                    

" Apa kabar Seren?"

Serenada terkejut ketika keluar dari kamar mandi ternyata sudah berdiri Azef di hadapannya.

Mereka saling berpandangan. Menyelami tatapan masing-masing.

" Apa kabar?" Suara bariton Azef kembali menyapa.

Seren tersenyum manis.

" Seperti yang Mas lihat."

Azef memandang kedalaman mata Seren. Perlahan tatapan Azef nemindai wajahnya. Hening tidak ada yang bersuara setelah Seren menjawab.

" Sudah selesai memandang wajahku?" tanya Seren tersenyum miring. Azef membelalakkan matanya tidak menyangka dengan ucapan yang di lontarkan Seren.

" Bisa minggir ke samping?"
Lagi, Azef masih tidak percaya. Tatapan Seren terlihat sangat berbeda. Perempuan yang semakin cantik di depannya ini terasa berbeda.

" Rasanya sudah lama sekali kita tidak bertemu. Sekalinya bertemu Mas melihat kamu berubah."

Seren mengepalkan tangannya di samping tubuh.

" Setiap orang akan mengalami perubahan bukan? Jadi tidak heran bukan? Tolong minggir sedikit. Saya mau lewat!" Seren tidak menatap Azef.

" Saya?" Beo Azef mengangkat alisnya.

Seren mendongak. Tinggi badannya cuma sebatas dada Azef. Padahal ia sudah termasuk perempuan yang tinggi.

" Ada masalah?" tanya Seren balik.

Azef terdiam. Ia beringsut sedikit memberikan jalan untuk Seren. Sekilas terlihat raut terkejut di mata Seren.

Dengan langkah mantap. Seren meninggalkan Azef sendiri di lorong toilet.

Azef menyandarkan tubuhnya di dinding. Kepala nya tengadah sembari menutup mata.

" Ya, semuanya sudah berubah." bisik Azef pelan. Ia tertawa masam.

Azef melirik ke samping tempat tubuh Seren menghilang. Azef menghirup nafas dan menghembuskannya dengan pelan.

Azef merapikan jas dan meninggalkan lorong toilet menyusul Seren yang sudah dulu.

***

" Ma, aku pulang dulu ya." Izin Seren dengan suara lumayan keras.

" Acaranya kan belum selesai. Kita bareng deh pulangnya."

" Capek ma."

Sinta mendesah.

" Oma, Seren pulang dulu ya."

" Loh kok cepat toh?"

" Iya ada perlu di luar juga, Oma."

" Yasudah nggak papa. Hati-hati kamu."

Seren bangkit dari kursinya.

" Dek, Yok." Ajak Seren. Elang mengangguk.

Langkah Seren terhenti karena mendengar ucapan Tante Maya.

" Nah lihat kan. Acara belum selesai sudah pergi saja. Nggak hormat."

Seren menatap Maya dengan alis terangkat.

" Seren acaranya kan belum selesai. Tunggu sebentar lagi ya," kali ini Laras ikut nimbrung bertepatan dengan kedatangan Azef. Azef dan Seren bertatapan sebentar.

" Sorry. Saya tidak bisa lama-lama. Selamat untuk acara pernikahan kalian. Semoga lancar."

Laras mengangguk tersenyum seraya mengucapkan terima kasih. Entah kenapa Seren sangat muak melihat wajah cerah Laras.

" Dan oh ya. Untuk tante Maya. Saya tidak perlu hormat sama orang yang suka mengomentari hidup orang."

Skak mat.

" Kamu---,"  geram Maya dengan wajah memerah.

" Duluan semuanya."

Seren meninggalkan suasana acara yang sudah tidak enak dan kondusif.

" Sinta tolong anak kamu di ajari sopan santun sama orang yang lebih tua." marah Maya.

" Sudah sejak kecil Mba. Mungkin dia nggak suka sama Mba. Makanya dia berperilaku seperti itu." Jawab Sinta santai. Maya semakin marah dengan wajah merah padam nya.

Sedangkan di tempat duduknya. Azef masih memikirkan sikap Seren barusan.

Seren benar-benar terlihat berbeda.

" Sayang kamu kenapa?"

Azef tersentak dari pikirannya. Laras memperhatikan. Azef tersenyum lalu menggeleng.

" Nggak ada kok. Kamu udah selesai?"

" Udah kok."

" Abis ini aku antar pulang!"

Laras mengangguk seraya tersenyum lebar.

***

" Kaka keren!" Puji Elang sambil menyetir.

" Maksudnya?" Seren menatap adiknya dari samping.

" Aku nggak nyangka kaka udah berani melawan nenek lampir itu." Elang memukul stir dengan raut wajah senang.

" Sesekali harus di gitukan."

" Betul. Jangan di diemin. Nanti tuh nenek lampir makin merasa di atas."

" Belajar dari siapa kak?"

" Dari situasi dan kondisi."

Elang tercengang mendengar jawaban Seren.

" Seriua kak. Serius."

" Serius." tegas Serenada.

Elang tiba-tiba merinding.

" wah perubahan yang wow sekali." Gumam Elang.

Seren menatap lurus ke depan. Teringat pertemuan dan pembicaraan ia dan Azef tadi. Setelah beberapa bulan tidak bertemu tidak ada yang berubah. Masih sama. Bahkan dengan hatinya sekalipun.

Azef yang pura-pura sedangkan ia yang merasa lelah dan putus asa.

Kemana lagi arah ini akan di belokkan. Belum cukup luka yang lama terobati sekarang datang lagi luka yang baru.

Aku harus bagaimana?

Tbc!

21/09/21

Hallo...,

Satu kata untuk serenada?

Satu kata untuk Mas Azef?

Vote dan komentarnya jangan lupaa ya gaes😍😍

Garis Batas (Salahkah Aku mencintaimu)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang