🌹27🌹

2.5K 316 47
                                    

Suasana makan malam di kediaman orang tua Azef nampak berlangsung santai.

Kali ini Azef menghadiri permintaan Mama nya makan malam bersama. Biasanya ia sering hengkang dengan alasan banyak pekerjaan.

Ia bosan jika di tanyai terus kapan bawa menantu ke rumah ini.

" Kerjaan gimana, Mas?"

" Lancar, Pa."

" Papa dengar kamu menang proyek yang di kalimantan."

" Iyaa. Bulan besok proyeknya akan di mulai. Aku mungkin akan bolak-balik kalimantan, Pa."

Andrew mengangguk seraya memasukkan suapan ke mulutnya.

" Mama mah nggak masalah kalau kamu bolak balik kalimantan sana buat kerja. Apalagi kalau ada yang menemani kamu ke sana. Pasti kamu nantinya juga tambah semangat." timpal Rinka menatap anaknya.

Azef cuma berdehem pelan.

" Mau nggak Mama kenalkan dengan anak teman Mama?"

Azef dengan cepat menggeleng. Rinka cemberut.

" Kamu kapan nikah nya sih nak. Lihat itu Airin udah punya buntut dua." Rinka menatap Airin sedang menyuapi anaknya.

" Aku sudah pernah nikah jikalau Mama lupa." balas Azef enteng.

" Mama nggak kan pernah lupa kalau kamu pernah nikah yang berujung perceraian."

" Mba laras saja anaknya juga sudah dua orang. Mas Azef jangan kan punya anak. Calon aja nggak ada." celetuk Airin.

" Bukan nggak ada sayang. Kalau cewe, ratusan mungkin kali ya dalam sepuluh tahun ini berusaha mendekati Mas Azef. Tapi, tidak ada satu pun yang berhasil menggaet hatinya." balas suami Airin.

Azef diam mendengarkan. Ia tidak menanggapi.

Dalam hati Azef menyayangkan dirinya yang tidak bisa punya anak. Orang tuanya tidak pernah tahu dokter sudah memvonisnya tidak bisa punya anak.

Sampai hari kiamat pun tidak ada anak yang berasal dari hasil spermanya, kecuali jika Tuhan sudah berkehendak.

" Sudah-sudah. Biarin Mas kalian makan dengan tenang. Jangan di cerca dengan kalimat yang sama terus. Kalau sudah waktunya, Mas kalian juga akan menikah lagi." Lerai Andrew menengahi.

Ia cukup kasihan juga kepada anak sulungnya yang terus di bombardir dengan pembicaraan yang sama.

Rinka menghela nafas pasrah. Rasanya mulutnya sudah berbusa meminta anaknya menikah lagi. Namun, ia juga tidak bisa memaksa. Ia takut jika Azef terpaksa menuruti keinginan. Ujung-ujungnya rumah tangga anaknya tidak bertahan lama dan akhirnya bercerai.

" Sebenarnya perempuan itu siapa sih, Mas? Aku penasaran sehebat apa dia bisa membuat Mas Azef tidak mau menikah di lagi?"

" Betul. Kamu bilang saja. Nanti Mama cari bantu. Masa depan kamu yang di pertaruhkan di sini, Nak. Mama takut kamu menyia-nyiakan hidup kamu sendiri. Waktu terus berjalan. Kita tidak tahu perempuan itu sudah menikah atau tidak. Tapi, Mama rasa ia sudah menikah. Mustahil rasanya. Sepuluh tahun kamu mencari perempuan itu, nak."

Seandainya saja Mama tahu siapa perempuan itu. Dan ia belum menikah.

" Sudah lah capek Mama menasehati kamu. Kalau masih sayang sama orang tua. Penuhi permintaan Mama. Dalam tahun ini kamu harus menikah."

" Ma," desah Azef tidak terima. Namu , Rinka mengangkat tangannya tanda tidak mau di debat lagi.

Azef mengetatkan rahangnya. Rasanya ingin marah, namun ia tidak bisa marah terhadap perempuan yang telah melahirkannya.

Garis Batas (Salahkah Aku mencintaimu)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang