🌹30🌹

4.1K 374 29
                                    


28 &29 ada di karyakarsa gaess!!
Silahkan melancong kesana dulu ya. Pertemuan Azef dan Seren setelah 10 tahun berlalu ada di sana.

Seren duduk terdiam setelah kepergian azef. Seren termenung.

" Mami."

Seren tersentak.

Ia menoleh menatap Grace mendekat.

" Ya, Baby."

Seren menyunggingkan senyum walaupun tidak sampai ke mata.

" He's my father?"

Mata Seren membola. Ia tercekat. Apakah Grace melihat dan mendengar percakapan mereka.

Seren menghela nafas sejenak.

" Iya. Pria barusan adalah Papi kamu."

Seren menatap wajah Grace yang datar. Tidak ada jejak ekspresi senang, bahagia. Atau apa. Seren bingung.

Apa yang sedang dirasakan anaknya sekarang.

Sejak mengetahui rahasia yang di simpan Seren. Grace melalui sedikit banyaknya perubahan dalam dirinya. Itulah yang di lihat Seren pada anaknya.

Grace tidak lagi menjadi anak gadisnya yang ceria dan periang.

Grace memilih menyembunyikan perasaannya. Seren merasa sangat bersalah.

" How do yoh feel?"

" I don't know, Mom."
Grace menggeleng. Ia berkata dengan lirih.

Seren mengusap rambut Grace.

" Kenapa tidak menyapa nya? Setidaknya kamu bisa bertukar sapa dengan Papi."

" Aku tidak yakin. Mungkin nanti."

Seren masih menatap Grace.

" Mami."

" Ya,"

" Apakah Papi percaya kalau aku anaknya?"

Seren terdiam. Ia belum mempunyai jawaban untuk pertanyaan Grace.

Ia juga bertanya apa Azef akan menerima Grace sebagai anaknya.

Apakah Azef akan percaya. Karena terakhir kali ia mengatakan kalau laki-laki itu tidak bisa punya anak.

Namun, takdir berkata lain. Tuhan menghadiahkan seorang anak yang cerdas dan cantik seperti Grace. Darah daging Azef sendiri.

" Mami tidak usah jawab. Aku sudah tahu jawabannya."

" Papi pasti menerima kamu sayang. Ikatan bathin seorang Ayah dan anak tidak akan pernah salah."

Grace mencari kebenaran di mata Seren.

Apakah betul . Apakah ia tidak akan di tolak. Apakah ia akan diakui tanpa banyak drama lagi.

" Apa Mami yakin?"

Seren mengangguk.

" Mami tidak bisa memberi harapan yang suatu saat tidak sesuai dengan apa yang mami katakan. Tapi percayalah, ikatan bathin itu tidak akan pernah berbohong, Nak.

" Mungkin Papi tidak akan menyadari kalau kamu anaknya jika bertemu nanti. Karena wajah kamu mirip sama Mami. Tapi tidak bisa di pungkiri juga jika orang-orang yang teliti dan cermat akan mengetahui kalau kamu anak Papi."

" Kalau begitu jangan katakan kepada siapa pun kalau aku anak Papi. Termasuk kepada Papi juga."

Seren terkejut.

Kenapa?

Bukankah anaknya sangat ingin diakui oleh Ayahnya. Apa yang sedang di pikirkan Grace. Bukankah Grace sangat merindukan sosok Papi nya.

" Maksud nya gimana. Mami nggak ngerti."

" Aku ingin Papi menyadari sendiri kalau aku anaknya."

Seren terdiam.

" Apakah kamu serius sayang?"

Grace mengangguk. Seren tidak bisa berbuat banyak. Grace sudah bisa menentukan pilihannya sendiri.

***

Azef memukul cermin dalam kamarnya hingga retak. Buku-buku jarinya pun sudah mengeluarkan darah.

Azef menatap pantulan dirinya dalam cermin retak tersebut. Wajahnya mengeras. Matanya merah. Giginya bertaut menahan amarah yang menggumpal di dada.

" Aku tidak akan membiarkan kamu bahagia dengan laki-laki manapun. Hanya aku yang berhak membahagiakan kamu sugar."

Azef tidak tahu apa yang akan terjadi jika ia masih berada di kediaman Seren tadi.

Ia marah, ia benci. Hatinya sakit dan terluka mengetahui fakta kalau perempuan yang di cintainya sudah punya anak.

" Lihat saja kamu akan kembali kepadaku. Aku tidak peduli jika kamu sudah menikah dan punya anak sekalipun, Serenada."

Suara Azef terdengar penuh ancaman.

Ia sudah menunggu sepuluh tahun. Ia tidak akan membiarkan waktu sepuluh tahunnya terbuang sia-sia.

Tidak ada yang bisa menghalangi keinginan Azef. Seren harus menjadi miliknya, titik.

Di lain tempat, Seren memasuki lobi perusahaan Papanya dengan langkah tegas.

Stiletto nya beradu dengan keramik yang menimbulkan bunyi berderap.

Kaki jenjangnya mengayun langkah. Jangan lupakan penampilan nya yang memukau. Membuat pegawai penasaran dengan first impression yang di tunjukkan Seren.

Seren menyugar rambut coklatnya yang bergelombang. Ia tidak peduli dengan tatapan pegawai di sini.

Seren memasuki lift dan berhenti di lantai tepat ruangan Papanya berada.

" Permisi, Apa Pak Dani ada di dalam?"

Seren berhenti di depan pegawai ber name tag Sari. Mungkin sekretaris Papanya.

" Ada Buk. Dengan Ibu Serenada?"

Seren mengangguk.

" Langsung masuk saja, Bu. Tadi Bapak sudah berpesan."

" Terima kasih, ya."

Seren langsung masuk ke ruangan Papanya.

" Pa!"

Dani menatap Seren yang langsung masuk.

" Kamu sudah datang, Nak."

Seren mengangguk. Ia langsung duduk.

" Maaf, Pa. Seren kesiangan." ringisnya.

Dani mengangguk.

" Tidak masalah. Lagian hari pertama. Kamu mau kerja di perusahaan kita saja Papa sudah senang, sayang."

" Sudah seharusnya aku bantu Papa. Sekarang waktunya untuk Papa menikmati masa tua. Barangkali Papa bisa pergi liburan berdua bersama Mama."

Dani tampak tersenyum kemudian mengangguk

" Ya, betul juga. Rasanya sudah lama Papa tidak pergi liburan berdua saja dengan Mama kamu. Nantilah. Papa akan cari waktu."

Seren tersenyum.

Jika bisa membuat kedua orang tua nya senang dan melihat mereka bahagia, Seren akan lakukan apapun. Saatnya ia menebus semua kesalahannya dan membanggakan kedua orang tuanya.

" Pa,"

" Ya."

" Papa silahkan berlibur dengan Mama. Tapi dengan satu syarat."

Seren tersenyum jumawa. Dani mengangkat alisnya.

" Aku tidak ingin punya adik lagi. Bukankah sudah cukup dengan adanya Grace. Papa cocoknya sebagai Grandpa bukan Papa bagi anak kecil."

Rahang Dani hampir jatuh mendengar perkataan anaknya. Lalu Dani tergelak keras.

" As you wish, Baby." Kekeh Dani. Seren tersenyum mengangguk.

Tbc!

14/07/22


Garis Batas (Salahkah Aku mencintaimu)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang