Indonesia
Setelah mempertimbangkan segalanya, Akhirnya Seren memutuskan untuk kembali ke tanah air, tentu saja dengan bujuk rayuan dan ancaman dari adiknya.
Saat ini mereka sudah berada di bandara soekarno hatta setelah menempuh berjam-jam perjalanan udara.
Saat menginjak tanah air, Seren memejamkan matanya menikmati udara dan semilir angin yang menyambut kedatangannya.
Sepanjang mata memandang sudah banyak yang berubah dari ibu kota sejak terakhir kali nya.
"Mom, udara nya sangat panas sekali," celetuk Grace sembari memakai kaca mata hitamnya. Kebetulan rambutnya juga di gerai. Tangannya tidak lepas dari genggaman tangan sang Ibu sejak turun dari pesawat. Sedangkan Elang menarik koper di samping mereka.
" Yeah. Mami juga merasakannya," jawab Seren pelan dan memberikan senyum.
" Kita makan dulu saja, Kak. Perutku sudah lapar." ujar Elang.
Grace memandang uncle nya dengan tawa lebar.
" Setuju. Aku juga lapar sekali uncle. Aku juga tidak sabar merasakan masakan indonesia. Kata Mami, it's delicious."
Seren dan Elang tertawa mendengar jawaban Grace apalagi melihat gerakan mulutnya mengecup ibu jari dan telunjuk menunjukkan rasa enak.
Elang mengacak rambut Grace. Gemas dengan keponakannya.
Sembari berjalan beriringan di tengah orang ramai lalu lalang. Mereka memutuskan untuk makan siang yang telat karena waktu sudah menunjukkan pukul tiga.
" Mau pesan apa?" tanya Elang ketika mereka membuka menu.
Grace yang sangat antusias membaca satu per satu menu yang tertera. Sedangkan Seren banyak tampak diam dan memperhatikan sekelilingnya. Jujur saja hatinya sangat tentram saat sampai di indonesia. Seakan akan jiwa nya yang selama ini berkelana kembali ke tempat asalnya.
Memang di sinilah tempat kehidupan yang sesungguhnya. Seren merasa sangat aman dan tidak asing. Walaupun sudah meninggalkan indonesia sepuluh tahun terakhir.
" Aku mau seafood, ikan bakar, rujak, gelato, sama jamur goreng ini," tunjuk Grace ke deretan menu.
Elang terperangah kemudian tertawa.
" Are you serious? Kamu nggak ingin makan makanan barat?"
Grace menggeleng.
" No. Aku sudah bosan. Aku belum mencoba makanan yang aku sebutkan tadi Uncle. Dari gambar nya sepertinya enak," jawab Grace lucu. Elang kembali tertawa dan mengangguk.
" Kaka pesan apa?" Kali ini Elang menatap Seren yang masih membuka buku menu.
" Kaka pesan lemon aja. Grace nggak bakal habis. Mubazir kalau nggak di makan."
Seren menutup buku menu. Elang mengangguk kemudian memanggil pelayan dan menyebutkan pesanan mereka.
Setelah kepergian pelayan, Elang mengambil handphone nya dan mengetik sesuatu.
" Aku belum kasih tahu Mama Papa kalau kita pulang dan sampai hari ini. Mereka pasti akan terkejut."
Seren diam menatap Elang.
" Jujur Kaka takut, Dek," ujar Seren pelan.
" Why Mami takut? Apa mereka jahat sama Mami. Apa mereka tidak suka bertemu dengan aku?"
Seren tersentak mendengar pertanyaan Grace. Dia lupa kalau Grace bisa memahami ucapannya. Elang pun ikut terkejut mendengar perkataan keponakannya.
" Bukan begitu, sayang. Grandpa and Grandma so kind," ujar Elang cepat.
" Lalu kenapa Mami takut?" Grace memicingkan matanya menatap Elang dan Seren.
Seren berdehem.
" Maksud Mami seperti ini. Mami kan sudah lama nggak pulang apalagi bawa kamu. Mami cuma takut nanti Grandpa sama Grandma terkejut dengan kedatangan kita yang tiba-tiba ini," jawab Seren terbata.
Grace terdiam lalu menelengkan kepalanya.
" Jawaban Mami tidak jelas." gumam Grace.
" Eh itu makanan nya udah datang. Nanti kita lanjut pembicaraannya lagi. Kita makan dulu."
Seren cepat-cepat mengalihkan perhatian anaknya. Terbukti Grace menatap takjub makanan yang disajikan di atas meja.
Seren dan Elang saling bertatapan.
Elang memberi kode semua akan baik-baik saja. Seren pun mendesah pelan. Mau tidak mau ia harus melalui semuanya nanti.
" Ayo mari kita makan," ujar Elang yang di sambut teriakan heboh Grace.
Grace langsung mencicipi satu persatu makanan yang terjadi. Ia mencoba meresapi makanan yang baru masuk ke dalam lidah nya untuk pertama kali.
" Wah. Mami tidak bohong. Semua makanan nya enaaak," pekik gadis yang beranjak dewasa itu.
Elang tertawa. Begitu pun dengan Seren.
" Tentu saja. Tidak ada yang bisa mengalahkan cita rasa masakan indonesia." jawab Elang bangga.
" Habiskan Grace!"
" Oke, Mom. Cacing di perutku tidak akan menolak makanan ini."
Grace tersenyum lebar menampakkan gigi rapi nya. Seren memutar bola mata nya. Lihat saja nanti, semua makanan ini tidak akan habis. Gayanya saja seperti itu. Porsi makan Grace pun tidak banyak.
***
Seren berbalik cepat menatap punggung seorang perempuan yang sangat di kenalnya. Walaupun sudah sepuluh tahun tidak bertemu, ia yakin ia tidak salah lihat dan mengenali perempuan yang berpapasan dengan nya.
Laras. Ya perempuan itu sedang berjalan di rangkul dan bermesraan dengan laki-laki lain yang tidak di kenal Seren.
Seren tidak mungkin salah lihat. Ia yakin kalau itu laras.
" Aku tidak mungkin salah lihat," gumam Seren pada dirinya.
" Tapi laki-laki itu bukan dia. Apa laras selingkuh? Tapi rasanya tidak mungkin. Lalu siapa laki-laki itu?"
Pertanyaan pertanyaan itu terus berkeliaran di kepala Seren.
" Ayo Kak. Itu taksi nya sudah sampai,"
" Hah?" Seren tersadar.
" Kakak kenapa?"
" Oh, Tidak. Tidak papa. Ayo!" Seren pun mendekati taxy. Ia tidak mungkin mengatakan kepada Elang apa yang barusan di lihat nya.
" Mami, Ayo!" teriak Grace yang sudah duduk anteng di dalam taksi.
" Iya, sayang," sahut Seren.
Jantung Seren tidak berhendi berdegup kencang selama dalam perjalanan. Ia cemas, khawatir, dan takut akan reaksi dari Mama Papanya nanti.
Apa yang akan mereka pikirkan tentang dirinya. Seren berusaha membuat dirinya tenang dan berpikir positif selama dalam perjalanan menuju kediaman orang tuanya.
Tbc!
29/03/22
Sebentar lagii orang tuanya bakal tahu gengs. Bagaimana ya reaksi mereka.
Ada yang tahuu???
Votee dan komentar yang banyak donggg!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Batas (Salahkah Aku mencintaimu)✓
RomanceAku tak bisa memilih kemana hatiku berlabuh. bukan mau ku memilih dirimu. salahkah Aku mencintaimu??? andai aku bisa, Aku akan memilih laki-laki lain yang bisa ku cintai dan mencintaiku. namun apalah daya, logika terpatahkan oleh hatiku yang terj...