Seren memandang rumah di hadapannya dengan tatapan nanar. Ada perasaan rindu yang sangat menggelora di dadanya. Sudah berapa lama ia tidak pulang ke rumah yang menampungkan dirinya semenjak kecil sampai ia memutuskan pergi dari rumah ini.
Semua kenangan selama ia di rumah yang tidak banyak perubahan ini berlimba lomba muncul di kepalanya. Mata Seren berkaca kaca. Ia sungguah amat merindukan rumah dan orang -orang yang bernaung di dalamnya.
" Ayo Kak!"
Elang berdiri di samping Seren setelah mengeluarkan koper. Grace menengadah melihat Ibunya dan Elang bergantian.
" Mami kenapa badannya tegang?"
Elang langsung menatap Seren setelah mendengar perkataan Grace.
Seren tergagap lalu menatap Grace. Ia merubah raut wajahnya supaya nampak biasa.
" Nggak. Mami santai kok. Mungkin karena udah lama nggak pulang ke rumah ini, sayang."
Grace mengangguk. Sedangkan Elang mendesah pelan. Ia paham dan sangat mengerti apa yang dirasakan oleh kakaknya sekarang.
" Semua akan baik-baik saja. Ada aku, Kak."
Elang mengusap bahu sang kaka. Grace menatap Elang dan mengangguk pelan.
" Jadi, ini rumah Grandpa dan grandma?"
Grace melarikan mata nya ke segala penjuru halaman depan.
" Iya Sayang."
" Rumahnya besar sekali. It' s beautiful."
Decak Grace memperagakan kekagumannya.
Elang membunyikan bel rumah. Biasanya ia langsung masuk karena rumah sendiri. Namun, sekarang keadaan berbeda.
Seren mematung kaku di samping Elang. Dada nya berdegup kencang sembari menunggu pintu besar di hadapannya di buka.
Perasaan takut, cemas, tak diterima, dimarahi berkecamuk di kepalanya.
Pintu di buka, namun bukan orang tuanya melainkan pembantu.
" Eh Den Elang, mbok kira siapa. Biasa nya Aden langsung masuk "
" Iya Mbok. Elang datang sama tamu kita, Mbok."
Mata perempuan paruh baya itu bergerak kepada Serenada dan Grace. Butuh beberapa detik sebelum si Mbok terpekik sembari menutup mulutnya.
" NON SEREN!"
Seren tersenyum lembut menatap perempuan tua yang sejak kecil sudah mendedikasikan hidupnya pada keluarga ini.
" Apa kabar, Mbok?"
Si Mbok menatap Seren dengan pandangan berkaca. Ia sungguh merindukan Nona muda nya.
Seren memeluk tubuh si Mbok yang bergetar.
" Non Seren." Si Mbok masih tidak percaya.
Serenada tersenyum lembut kemudian melepas pelukannya.
" Sudah, sudah. Kangen kangenannya di lanjutkan nanti saja. Mending sekarang kita masuk!" ujar Elang.
Si Mbok mengangguk cepat. Ia menarik koper di tangan Elang.
" Mari masuk, Non. Mbok sampai lupa dan terharu."
Mereka masuk. Hawa kerinduan kembali menyeruak di benak Seren.
Grace menggoyangkan tangan ibunya.
Kenangan Seren buyar dan melihat ke arah Grace yang berbisik.
" Siapa dia, Mom?"
" Kamu boleh panggil dia Mbok. Orang yang ikut merawat Mami semenjak kecil."
" Dia bukan Grandma?"
" No."
Grace mengangguk paham. Lalu tubuhnya terhenti saat tidak ada pergerakan dari maminya.
Ternyata Seren sedang bertatapan dengan sosok yang melahirkannya.
" Mama." bisiknya pelan.
Sinta menuruni tangga dengan cepat. Ia tersenyum lepas dan memeluk tubuh Seren.
" Akhirnya kamu pulang juga, Nak. Mama senang sekali." ucap Sinta bahagia dan terharu.
Seren membalas pelukan Ibunya. Elang sudah duduk di sofa sembari menatap pemandangan di depannya yang masih aman, menurutnya. Tetapi, entahlah nanti setelah ini.
" Mama kabarnya gimana?"
" Baik. Semakin baik setelah kamu kembali pulang."
" Mama," Serenada menatap Sinta lalu Grace.
Sinta mengikuti pandangan Seren. Sinta melupakan sosok gadis kecil yang menatap nya dengan pandangan berbinar saat ini.
Ia baru sadar ternyata ada tamu yang di bawa anaknya.
" Oh hai. Gadis ini siapa?" Sinta menatap Grace dengan raut wajah yang nampak berpikir.
" Grace, Grandma?"
" Grandma?" Ulang Sinta.
Sinta menatap Seren lalu kembali ke Grace yang tersenyum lebar.
" Oh hai Grace. Nama yang bagus." Puji Sinta.
" Wajah kamu nampak tidak asing. Seperti siapa ya?" Gumam Sinta. Seren menegang kaku lalu menatap Elang yang terdiam juga di tempatnya.
" Kamu anak siapa, Sayang? Orang tuanya mana? Kenapa bisa sama anak Grandma?"
Grace bingung dengan pertanyaan Sinta. Ia merasakan genggaman kuat tangan ibunya.
Namun, Grace tetap menjawab dengan senyum yang masih terpatri di wajahnya.
" Aku anaknya Mami, Grandma."
" Oh kamu panggil Mami. Sekarang Maminya dimana?"
Pertabyaan itu kembali terlontar. Seren tidak berdaya dan berkutik sedikitpun.
" Of course, Mami Serenada." tunjuk Grace dengan bangganya tanpa beban sedikit pun.
Tbc!
27/06/22
Haii sudah lama tidak menyapa pembaca garis batas.
Bagaimana kabarnya semua?? Kita berjumpa lagi setelah sekian lama tidak melanjutkan cerita ini. Hehehe. Sekarang aku comeback lagi nih.
Doa in ya semoga cerita ini berjalan lancar dan cepat selesai. Heheh....
Ayo vote dan komennya dong. Terserah apa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Batas (Salahkah Aku mencintaimu)✓
RomanceAku tak bisa memilih kemana hatiku berlabuh. bukan mau ku memilih dirimu. salahkah Aku mencintaimu??? andai aku bisa, Aku akan memilih laki-laki lain yang bisa ku cintai dan mencintaiku. namun apalah daya, logika terpatahkan oleh hatiku yang terj...