Sudah lebih dari lima belas menit tidak ada yang bersuara. Baik itu Azef maupun Seren.
Mereka masih dalam mobil. Di tempat yang lumayan sepi oleh kendaraan. Cuma satu-satu yang lewat.
Azef menepikan mobil nya di pinggiran.
" Kalau tidak ada yang di bicarakan. Tolong antar aku pulang."
Azef melirik Seren yang masih menatap ke depan.
" Kita harus bicara dulu."
" Sejak tadi aku menunggumu untuk bicara. Waktuku sangat penting dan sekarang terbuang sia-sia tak berguna."
Azef menatap Seren dengan pandangan tak percaya.
" Kamu berubah." ujar Azef pelan.
Seren memalingkan wajah menatap Azef ke samping.
" Ya. Dan kamu juga tahu kenapa aku berubah. Atau perlu ku kasih jawaban?"
Mata mereka beradu. Sama-sama tajam. Namun mereka tahu rasa apa di balik semua itu.
" Kita sudah sepakat bukan?"
" Ya, itu dulu sekarang tidak."
" Apa maksudnya Seren?"
Azef tidak mengerti. Kenapa hubungannya dengan Seren bisa seperti ini." Sakit nya masih sama." jawab Seren lirih. Azef tersentak. Ia memejamkan mata. Hatinya ikut sakit mendengar ungkapan lirih Seren.
Azef memberanikan memegang tangan Seren. Namun Seren menolak. Ia menghempaskan tangan Azef.
Hati Azef terluka. Kenapa bisa sesakit ini.
Sebenarnya Seren juga tidak sanggup memperlakukan Azef seperti ini. Namun, ia bisa apa. Ia harus berusaha sekuat tenaga untuk melindungi hatinya. Kalau bukan ia siapa lagi.
Azef?
Berharap kepada Azef itu adalah hal yang paling mustahil bagi Seren untuk sekarang ini.
" Seren," bisik Azef lembut. Seren mati-matian menahan air matanya.
" Penolakan kamu,Mas. Rasanya masih sama. Disini---" Seren memegang dadanya.
" Di sini rasanya masih sakit, Mas."
Lepas sudah. Air mata Seren akhirnya tumpah juga. Azef tidak sanggup melihat.
" Itu sudah lama sekali, Seren. Mas mohon jangan diungkit lagi." pinta Azef lemah.
" Tidak bisa, Mas. Tidak bisaaa. Hiks."
Seren menangis.
" Kamu menolak cintakuu dengan alasan aku masih kecil. Aku masih seorang pelajar. Kamu menolak ku karena kita tidak bisa bersama. Kamu menolak ku karena kamu waktu itu ingin serius kuliah dan bekerja. Banyak alasan kamu, Mas. Lalu buat apa semua yang sudah kamu berikan kepadaku. Perhatian, kasih sayang. Bahkan kamu mengatakan kalau kamu cinta. Tidak sekali. Berulang kali. Buat apa semua nya. Buat apa??"
Azef terdiam. Seren mengeluarkan semua isi hatinya. Pipinya sudah basah oleh air mata. Hatinya sangat sakit.
" Buat apa janji mu selama ini, Mas. Kamu bilang aku harus menunggu. Bahkan sampai sekarang aku menunggu. Lalu apa balasannya sekarang. Kamu menyuruhku menunggu untuk melihatmu bersanding dengan dia, Mas? Iya?"
Azef menggeleng.
" Seren, dengarkan Mas dulu."
" Apa yang harus aku dengar Mas? Berita kalau sebentar lagi kamu akan menikah?" Seren memandang Azef dengan segenap kekecewaannya. Hati nya berdarah.
Seren menggeleng. " Semua nya tidak sama lagi, Mas. Kita sudah berada di jalan masing-masing. Aku tidak punya kuasa lagi. Bahkan cintaku saja tidak berarti apa-apa bagimu, Mas."
" Jangan bicara seperti ini. Mas mohon."
Azef benar-benar tidak berdaya. Apalagi melihat kesakitan dari perempuan yang menempati hatinya selama ini.
" Cintamu palsu, Mas. Setelah kau terbangkan aku lalu kau hempaskan aku sekuat-kuatnya. Sampai hancur sehancurnya. Hingga tak bersisa satu pun lagi. Lalu sekarang apa?
Kamu akan menikah, Mas. Dengan perempuan lain. Bukan aku. Bukan Serenadanya Azef. Aku harus bagaimana lagi hidup setelah ini. Hatiku benar-benar sudah kamu hancurkan, Mas. Apa kamu benar-benar ingin melihat ku hancur, Mas. Apa kamu benar---,"
Grep
Azef dengan cepat membungkam bibir Seren. Ia tidak sanggup mendengar lanjutan perkataan Seren lagi.
Seren terkejut tentu saja. Seren berontak. Namun kekuatan Azef lebih kuat. Azef mencium bibir Seren. Azef melumat.
" Uummm, le....pas,"
Bukannya melepaskan, Azef memanfaatkan kesempatan itu menelusuri lidah Seren. Bibir mereka saling bertaut. Azef seperti Setan. Ia mencium rakus bibir Seren.
Azef terdorong. Nafasnya tersengal-sengal. Begitu pun dengan Seren.
Plak
" Bajingan kamu, Mas."
Suara tamparan yang menggema dalam mobil itu tidak bisa di hindari.
Azef termangu setelah mendapat tamparan dari Seren. Apa yang barusan di lakukannya.
Azef menatap bibir Seren yang bengkak.
Apakah itu akibat perbuatannya barusan.
" Ser---"
"Stop Mas."
Seren mengangkat tangannya sembari menggeleng.
" De..dengarkan---,"
" Tidak ada yang perlu aku dengar lagi, Mas. Aku sangat membencimu." Air mata kesakitan Seren tumpah.
Azef panik. Azef merasa bersalah.
Seren segera keluar dari mobil dan langsung menyetop taxi yang kebetulan lewat. Tuhan membantunya.
Azef panik dan terkejut. Ia segera turun menyusul Seren.
" Seren. Tunggu!" teriak Azef.
" Jalan, Pak!"
Taxy yang membawa Seren segera melaju.
Azef menggedor-gedor kaca taxy. Seren masih menangis. Taxy semakin melaju kencang sehingga Azef tertinggal.
" AKKKHHHHHH.....,"
Azef berteriak keras. Ia mengacak rambutnya.
" Sialan."
Azef mengumpati dirinya sendiri.
" Maafkan Mas. Maaf." ujar Azef lirih. Perasaannya sangat bersalah. Ia pantas di benci Seren. Sangat pantas sekali.
Perasaannya hancur mendengar kata Benci dari mulut Seren sendiri. Ia benci dengan situasi dan kondisi seperti ini.
Tbc!
24/09/21
Hhuff hufft ikutan sesak nafas ku gaes...
Gimanaaa dengan bab ini???
Apa yang kalian rasakan??
Mau benci Azef. Yokk benci Azef rame rame. Hahahhaha🤣🤣🤣
Jangan lupa Vote dan komentar yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Batas (Salahkah Aku mencintaimu)✓
RomanceAku tak bisa memilih kemana hatiku berlabuh. bukan mau ku memilih dirimu. salahkah Aku mencintaimu??? andai aku bisa, Aku akan memilih laki-laki lain yang bisa ku cintai dan mencintaiku. namun apalah daya, logika terpatahkan oleh hatiku yang terj...