🌹24🌹

2.4K 287 50
                                    

Bunyi dentuman musik yang dimainkan DJ memenuhi segala penjuru ruangan.

Suasana temaran yang dihiasi lampu sorot kelap kelip memberi pemandangan tersendiri bagi penikmat yang datang.

Sorak sorai gembira terdengar saling bersahutan oleh lautan manusia yang mencari hiburan. Melepas penat setelah seharian lelah bekerja. Atau hanya sekedar bermain-main dan menghamburkan-hamburkan uang yang berlebihan.

Di sudut ruangan terlihat Azef dan teman-temannya di temani minuman alkohol dan wanita penghibur.

" Masih mencarinya, bro?" tanya Arkan sembari meminum wine di tangannya.

Azef tidak melirik temannya yang bertanya. Namun, ia mendengar pertanyaan itu terlontar untuknya.

" Selalu." jawab Azef mengangguk.

" Tidak ingin mencari pengganti? Sudah lama sekali rasanya." balas Arkan seraya melirik temannya satu lagi yang sibuk dengan wanita peliharaan di tempat ini.

" Tidak akan pernah bisa. Sulit sekali!"

Azef meneguk minuman dalam sekali teguk. Azef merasa hidupnya sangat hampa dan hambar. Hari-hari nya dihabiskan untuk bekerja dan bekerja.

Tak pelak perusahaannya pun semakin berkembang dan sukses. Terlihat dari banyak investor yang ingin bekerja sama dengan perusahaannya.

Jangan lewatkan namanya pun masuk ke dalam jajaran sepuluh orang terkaya di Indonesia.

" Cinta memang mengalahkan semuanya.  Benar kata orang. Manusia akan menjadi bodoh jika dihadapkan dengan cinta."

Azef setuju dengan perkataan Arkan.

Buktinya dirinya. Ia sampai tidak bisa mencari perempuan lain sebagai pasangannya.

Wanita hanya sekedar mampir dalam hidupnya. banyak yang mendekat dan mencari segala cara upaya untuk bisa memikat. Namun, Azef tetaplah Azef. Yang tak kan pernah goyah. Secantik dan semenarik apapun perempuan di atas dunia ini. Kecuali Dia yang selalu menempati hatinya.

Buktinya Azef menikah dengan Laras. Ujung-ujungnya bercerai juga. Azef tidak bisa memaksakan cintanya untuk laras. Pikirannya selalu tertumbuk kepada perempuan yang mengisi hatinya.

Azef mendesah pelan. Kepalanya terasa sakit sekali. Hari ini pekerjaan tak pernah habis menghampiri. Tak ada waktu untuk bersenang-senang atau sekedar pergi berliburan.

Untuk berada di sini saja ia dipaksa oleh Arkan dan Redo. Kalau tidak, sudah dipastikan ia berada di balik meja berkutat dengan komputer dan setumpuk dokumen yang meminta perhatiannya.

" Hey, Bro. Kita di sini bersenang-senang. Kenapa harus menampakkan wajah bosanmu itu?" Redo berujar keras setelah mengusir perempuan yang beberapa detik lalu duduk di pangkuannya.

Azef melirik sebentar dan minum lagi. Ia sudah bosan mendengar perkataan temannya itu.

Seorang perempuan datang merangkul bahu Azef setelah di kode Redo. Arkan menikmati pemandangan yang sudah biasa tersebut.

" Hallo Boss." Sapa perempuan penggoda itu dengan manja.

Tangannya merangkul leher Azef. Namun, nyali nya langsung ciut setelah mendapat tatapan tajam Azef.

" Pergi atau katakan selamat tinggal untuk pekerjaanmu!" Ujar Azef dingin.

Perempuan itu langsung bangkit dan pergi. Namun sebelum itu ia tidak lupa memberikan tatapan kesal karena di tolak.

Redo mendesah pasrah lagi lagi Azef menolak perempuan. Tentu saja ia menolak. Hatinya hanya untuk perempuan itu.

Arkan tersenyum miring seolah sudah tahu hasilnya.

Garis Batas (Salahkah Aku mencintaimu)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang