Seren sedang menyiapkan sarapan pagi saat Grace keluar sembari mengucek mata karena bangun tidur.
Ia berjalan lunglai menghampiri Ibunya.
" Morning Mami."
" Hai, Morning sayang. Sudah bangun?"
Grace mengangguk. Ia menarik kursi dan menempelkan kepalanya di atas meja.
" Loh kok tidur lagi? Ayo cuci muka dulu."
Grace tidak mengindahkan perkataan Seren.
" Mami."
" Yes, baby?"
Grace mengangkat kepala nya lalu menatap Seren." Uum semalam Papi pergi?"
Seren mengangkat kepalanya dan menatap wajah sedih Grace." Why?"
" Rasanya seperti mimpi. Apa semalam benar-benar hanya mimpi?"
Seren tercekat. Seren tidak tahu kalau Grace sangat berharap sekali dengan kehadiran seorang Ayah.
Seren mengukir senyum tipis. " Nggak. Papi nggak pergi. Dan kamu nggak lagi bermimpi, sayang!"
Grace masih menatap Seren. Ia menunggu lanjutan perkataan Seren.
" Papi lagi tidur di sofa."
Sreettt
Secepat jawaban Seren, secepat itu pula Grace bangkit dan berlari menerjang Azef.
" PAPPPIIIIII!!!" teriak Grace kencang dan tertawa bahagia.
Seren terlambat mencegah agar Grace tidak mengganggu Azef.
Hap!!
" Papi." Ujar Grace lagi. Ia menindih tubuh Azef sehingga membuat sang empunya terbangun.
" Morning, Papi!"
" Eeuughhhh." Azef melenguhh. Ia memegang pinggang Grace yang menindih tubuhnya.
Azef menyesuaikan pencahayaan. Ia tersenyum lembut melihat wajah Grace tepat di atasnya.
" Morning, Baby!" Jawab Azef serak karena bangun tidur.
Grace tertawa riang. Ia bergerak-gerak di atas tubuh Azef. Sesekali mengecup wajah ayahnya.
" Aku pikir Papi pergi!"
" No. Papi nggak akan pernah pergi. Karena sekarang Papi udah punya seseorang yang menjadi bagian dari Papi."
Azef mengelus rambut Grace.
" Hehehe.. miss you soo much, Papi. Grace rinduuuuu." bisik Grace sedih karena selama ini ia harus menahan rindu terhadap ayah yang tidak mengetahui keberadaannya.
" Maafkan Papi, Sayang. Maafkan Papi yang terlambat datang. "
" No no. Yang penting sekarang Papi sudah di sini. Papi jangan tinggalin Grace sama Mami."
Azef mengangguk. Ia mengecup seluruh wajah anaknya. Suara tawa Grace yang kegelian terdengar memenuhi ruangan.
Di sudut dinding Seren menyeka air mata melihat pemandangan antara ayah dan anak itu. Ia ikut bahagia melihat kebahagian mereka. Ia tidak berani mendekat. Biarlah sepasang ayah dan anak itu melepas rindu mereka.
Lalu rindu mu bagaimana Serenada?
Bisikan pelan itu tiba-tiba terdengar di telinganya.
Seren menggelengkan kepala. Ia tidak boleh sensitive untuk masalah ini. Perasaannya tidak lebih penting dari perasaan anak nya.
Cukup ia sendiri yang tahu bagaimana perasaannya sekarang! Tidak perlu orang lai tahu sekalipun Ayah dari anaknya.
Seren berbalik dan lanjut menyiapkan sarapan yang tertunda karena sibuk menatap pemandangan indah pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Batas (Salahkah Aku mencintaimu)✓
RomanceAku tak bisa memilih kemana hatiku berlabuh. bukan mau ku memilih dirimu. salahkah Aku mencintaimu??? andai aku bisa, Aku akan memilih laki-laki lain yang bisa ku cintai dan mencintaiku. namun apalah daya, logika terpatahkan oleh hatiku yang terj...