🌹13🌹

2.8K 297 15
                                    

Bab 12 ada di Karyakarsa yaa😍😍

Masih ingat di kepala Seren. Setelah kejadian itu Seren segera memesan tiket untuk nanti malamnya. Ia memutuskan untuk pergi ke Swiss. Negara yang sangat jauh dari indonesia. Ia tidak kuat jika harus tetap tinggal di negara yang sama dengan orang yang di cintainya. Terlebih melihat Azef akan menikah dengan laras. Seren tidak sanggup. Bahkan untuk membayangkannya saja.

Kedua orang tuanya pun terkejut dengan keputusan sang anak. Mereka tidak mengizinkan Seren pergi secara mendadak seperti ini. Mereka berusaha menahan Seren. Namun sayang, keputusan Seren sudah bulat. Ia tetap akan berangkat. Seren memberi alasan jika ia mendapatkan beasiswa di sana. Ia akan melanjutkan kuliahnya di Swiss.

Awal nya orang tua nya sangat tidak setuju. Namun Seren memohon supaya di izinkan. Sinta pun mengajak anaknya berbicara berdua.

" Sayang, kenapa harus mendadak begini? Ada apa kamu bisa cerita ke mama. Kamu sedang ada masalah? Kamu nggak lagi menghindar kan sayang?"

Sinta mengusap rambut anaknya.

Seren tersenyum kemudian menggeleng.

" Nggak mendadak kok, Ma. Ini informasi nya udah dua minggu yang lalu. Cuma Seren baru ngambil keputusannya sekarang."

Sinta menatap anak perempuannya dalam-dalam.

" Cerita ke mama. Ada yang kamu sembunyikan. Kamu tahu perasaan seorang Ibu tidak pernah salah terhadap anaknya. Kamu jujur sama Mama. Kamu menghindar?"

Tepat. Prasangka Mama sangat tepat sekali. Seren menunduk.

Sinta menatap anaknya sedih. Ia ikut terluka melihat kerapuhan anaknya. Ibu mana yang tidak sedih jika anaknya terluka.

" Kamu menghindar dari Azef?"

Bahu Seren bergetar. Tangis nya akhirnya keluar juga dihadapan sang Ibu.

Sinta membawa anaknya ke dalam pelukan. Sinta mengusap punggung anaknya. Hatinya ikut sakit. Perasaan anaknya terluka. Anaknya akan pergi dengan membawa luka seorang diri.

" Seren nggak kuat, Ma. Seren nggak bisa lihat Mas Azef dan laras menikah. Seren nggak bisa Ma. Hati Seren nggak kuat." Seren menangis dalam pelukan Ibunya.

Sinta berusaha menahan laju air mata yang hendak keluar. Ia terus menenangkan Seren.

" Azef tahu, Nak?"

Sinta melepas  pelukan mereka. Sinta semakin menegaskan.

" Azef tahu kamu punya perasaan sama dia?"

Seren terdiam. Dia harus jawab apa. Apa dia harus jujur.

Seren mengangguk.

" Lalu tanggapannya?" Sinta sangat penasaran.

" Mas Azef minta aku untuk melupakannya. Mas Azef berpikir hubungan kami nggak akan berjalan dengan mulus. Akan banyak pertentangan dalam keluarga besar. Mas Azef juga mempunyai alasan nggak bisa sama aku, Ma."

Sinta mendesah. Ia juga sempat berpikir ke arah sana. Keluarga besar pasti akan heboh dan akan ada yang menentang jika Azef dan Seren mempunyai hubungan.

" Lalu, Azef dan Laras?"

" Simbiosis mutualisme."

Sinta terkejut. tak percaya dengan ucapan anaknya.

" Bukankah mereka saling mencintai?"

Seren terdiam. Ia juga tidak tahu.  Apakah yang diucapkan Azef adalah yang sebenarnya atau hanya alasannya saja. Selama itu mereka dekat, tak mungkin jika salah satu dari mereka tidak ada rasa. Mustahil rasanya.

" Ma, aku tetap dengan keputusanku, Ma. Aku akan berangkat nanti malam. Mama tolong bujuk Papa." Seren memohon.

Sinta tersadar dari pikirannya.

" Sayang, apakah kamu nggak mau kembali memikirkan keputusan kamu ini? Kamu nggak mikirin Mama, Papa, adik kamu. Mama nggak bisa tenang kalau kamu jauh, Nak. Kamu perempuan. Mama khawatir. Apalagi keadaan kamu yang sekarang ini. Nggak stabil, nak. Pikirkan lagi, Ya!" bujuk Sinta.

Seren menggeleng.

" Ma, aku mohon. Keputusan aku sudah bulat. Mama bisa sesekali jenguk aku di sana sekalian bisa liburan kan. Aku juga akan sering hubungi Mama. Sekarang teknologi udah canggih, Ma."

Sinta mendesah. Ia tidak tau lagi harus bagaimana. Seren tidak akan mau di paksa. Ia tahu bagaimana keras kepalanya sang anak.

" Tetap aja. Kita udah beda negara. Sangat jauh sekali. Mama  tidak habis pikir kamu bisa membuat keputusan secepat ini."

Seren mengambil tangan Mamanya.

" Mama percaya aku kan. Aki akan baik-baik saja. Aku akan menjalani kehidupan ku yang baru di sana, Ma."

Sinta akhirnya mengangguk.

" Ma,"

" Hm?"

" Aku minta tolong sama Mama boleh?"

Sinta mengernyit lalu mengangguk.

" Mama jangan bilang siapa-siapa kalau aku pergi ke swiss sama siapa pun. Termasuk keluarga besar kita dan Mas Azef sekalipun jika ia bertanya. Aku mohon, Ma."

" Lalu Mama harus kasih alasan apa? Kan kamu dapat beasiswa di swiss?"

Seren menggeleng. Ia takut dengan kejadian kejadian tak terduga nantinya.

" Mama boleh bilang aku dapat beasiswa tapi jangan bilang aku dapat beasiswa nya di swiss. Mama bilang negara lain aja."

Sinta pun akhirnya mengangguk. Ia tidak bisa bicara lagi. Biarlah untuk kali ini ia akan ikuti kemauan anaknya. Biarlah anaknya menyembuhkan luka nya sendiri. Sinta berharap anaknya akan selalu mendapat kebahagian.

" Mama berharap kamu selalu di beri kebahagian, Nak. "

" Makasihh, Ma. Aku sayang Mama."

Seren memeluk Mamanya terharu.

" Mama juga sayang sekali sama anak perempuan Mama ini."

Tbc!

18/02/22

Nahh bagaimanaa??

Ada yang bisa nebak??

Yok vote dan komentar dulu gaes.

Garis Batas (Salahkah Aku mencintaimu)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang