🌹37🌹

1.8K 203 20
                                    

Selamat sore...

Happy reading!!!

Seren segera membuka pintu apartemen.

"Mas," 

Azef menatap Seren dengan raut wajah lelah. " Masuk, Mas!" Seren sedikit menyingkir memberi jalan agar Azef bisa masuk.

Seren kembali menutup pintu. Azef sudah duduk bersandar di sofa dengan wajah menengadah.

"Sebentar. Aku buat minuman dulu!" Seren segera menuju dapur dan memanaskan air.

Seren sibuk berpikir sendiri. Ada apa dengan Azef. Kenapa raut wajah nya tampak letih sekali. Padahal tadi siang waktu mereka ketemu tidak ada terjadi apa-apa. Seren sibuk menerka.

Seren membawa teh panas ke hadapan Azef.

" Di minum, Mas!"

" Grace mana?"

" Udah tidur." Azef melihat jam di pergelangan tangannya. Jam sepuluh malam.

Azef mengambil gelas dan menyeruput teh buatan Seren yang selalu cocok di lidahnya.

" Aku tidur di sini!" Beritahu Azef pelan. Bahkan ia tidak meminta izin. Malah memberi pernyataan

Seren menghela nafas pelan. " Kenapa nggak pulang ke rumah?"

" Kenapa? Tidak boleh?"
tanya Azef balik.

Seren menggeleng. " Bukan begitu, Mas. Mas kan punya rumah sendiri. Punya apartemen sendiri. Kenapa nginap nya di sini?"

" Aku nggak suka sepi." Seren terdiam mendengar jawaban Azef.

" Aku bukannya nggak mau. Tapi kita ini tidak dalam berhubungan, Mas. Aku bukan siapa-siapa kamu kecuali Ibu anakmu. Jadi aku rasa kurang tepat rasanya kamu nginap di sini." jelas Seren lembut. Ia tidak mau Azef tersinggung dengan perkataannya.

" Jadi kamu mau aku nikahi?" Pertanyaan blak-blakan dari Azef membuat Seren tidak bisa berkata-kata.

Inginnya begituuuu!!! Tapi semuanya nggak semudah ituu.

" Mas kamu jangan bercanda."

Azef menatap tajam Seren. " Aku tidak bercanda. Aku serius." jawab Azef tegas.

Seren menatap dalam mata Azef. Banyak sekali yang tersimpan dalam tatapan tersebut. Seren tidak mampu menafsirkannya.

" Mas tidak semudah itu untuk menikah. Menikah itu bukan perkara main-main, Mas. Menikah itu menyatukan dua buah keluarga. Bukan hanya kita saja. Aku rasa ini terlalu sulit, Mas!"

" Aku akan buat semuanya menjadi mudah. Kamu cukup diam dan dukung aku. Biar aku yang berusaha. Tidak sulit bukan?"

Seren memejamkan mata. Benar kalau bicara saja memang mudah. Nyatanya kita tidak akan taju sesulit apa. Seren sangat tahu bagaimana watak keluarga besar mereka.

"Mas aku rasa pembicaraan kita terlalu berat untuk malam ini. Lebih baik kamu istirahat, Mas. Terlihat dari wajah kamu yang lelah." ujar Seren.

" Jangan mengalihkan pembicaraan!"

" Aku tidak sedang mengalihkan pembicaraan. Kurasa kita memang tidak dalam kondisi yang memungkinkan untuk membahas masalah ini, Mas."

Azef membuang nafas kasar. Ia kembali menyandarkan tubuhnya. Ya ia memang lelah.

" Mau ganti baju dulu apa gimana?"

" Aku nggak bawa baju ganti."
Sahut Azef santai.

Seren masuk ke dalam kamar dan memberikan sarung.

Garis Batas (Salahkah Aku mencintaimu)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang