Serenada Gricellya.
Nama yang cantik. Secantik orangnya. Rambut panjang hitang legam bergelombang. Alis rapi dan tipis yang membentuk. Bulu mata lentik yang melindungi mata bulat bersihnya. Hidung mancung dan bibir kecil, tipis, berbelah dan merekah.
Siapa yang tidak tertarik dan pesona akan kecantikan seorang gadis seperti Serenada, bak peri yang cantik jelita.
Semua pria pasti akan tertarik kepadanya. Tidak akan melewatkan kesempatan untuk menjadi teman bahkan kekasihnya.
Namun, kecantikan Serenada dan kemolekan tubuhnya tidak secantik sifatnya yang terlihat.
Serenada terkenal dengan sifat pemarah, usil, suka mengerjai temannya, membolos kuliah, dan jangan lupakan sifat yang sangat di benci, pemabuk, suka berkelahi dan jarang mandi.
" Eh lihat tuh, Serenada datang." bisik-bisik mahasiswi yang tidak menyukai Serenada.
Umumnya yang tidak menyukai Serenada memang mahasiswi. Entah mereka iri dengan kecantikan khas seorang Serenada. Atau mereka tidak suka dengan sifat nya.
" Mending minggir deh. Dari pada ntar kena lagi." Timpal seorang perempuan pendek.
Serenada menajamkan telinganya. Sudah biasa ia akan jadi bahan perbincangan di kalangan mahasiswa ataupun mahasiswi di kampus ini. Terutama di fakultas Ekonomi ini. Tempat ia menimba ilmu.
Serenada tidak pernah punya teman dalam artian yang sebenarnya. Ia selalu sendiri kemana pun. Berteman hanya sekedar berteman saja.
Serenada memang sengaja tidak ingin mempunyai teman atau pun sahabat yang terlalu dekat dengan dirinya. Ia takut jika mereka yang mempunyai hubungan dekat dengannya akan terkena imbasnya suatu hari nanti. Entah dalam hal apa, tapi Serenada memilih untuk tidak mempunyai hubungan yang terlalu dekat dengan siapa pun di kampus ini.
Serenada berhenti di depan para mahasiswi yang curi-curi melirik kepadanya. Serenada tahu kalau barusan mereka sedang membicarakannya. Dan dapat di pastikan apa yang mereka bicarakan tidak jauh-jauh dari menjelekkan dirinya, tentu saja.
Serenada memegang tali ranselnya dengan erat. Ia memelototkan mata dan menggeram. Terlihat sekali para mahasiswi tersebut langsung diam dan mengkerut di tempatnya. Mereka menghindari tatapan Serenada. Mereka tidak mau kena amukan macan betina.
Serenada menghembuskan nafas keras. Niat hati ingin melabrak mereka, tetapi kenapa ia merasa capek ya. Akhirnya Serenada pun berlalu dari hadapan mereka.
Para mahasiswi tersebut terbengong sekaligus bernafas lega. Wajah mereka yang awalnya tegang perlahan mengendur.
" Serenada kenapa ya?"
" Nggak usah tanya kenapa. Syukur alhamdulillah kita masih baik-baik saja dan tidak dinpermalukan di kampus ini. Gue nggak ke bayang kalau misalnya Serenada membabat kita habis-habisan."
" Iya juga sih. Tapi gue penasaran gaes. Nggak biasanya dia kayak gitu."
" Mungkin dia sedang capek dan punya masalah, mungkin."
" Sepertinya."
Begitulah omongan mereka pagi ini tentang Serenada. Sedangkan sang empunya sudah sampai di dalam kelas dan duduk di bangku paling belakang. Di sudut lula. Temlat favoritnya. Tidak ada yang bisa menggantikan Serenada duduk di sini.
Serenada mengambil handphone dan membuka grup keluarga.
Mata nya langsung bertubrukan dengan sebuah foto yang menjadi pembicaraan dan membuat hp nya tidak berhenti bergetar karena notifikasi yang masuk.
Serenada memperbesar foto tersebut. Ia menatap nanar kepada handphone nya. Serenada juga membaca komentar para keluarganya yang heboh.
Dada Serenada langsung terasa sakit sekali dan berdenyut. Mata nya terasa panas sekali. Namun, Serenada berusaha sekuat tenaga menahan laju air mata nya tumpah.
Serenada terdiam dan terpaku.
Akhirnya ia sampai juga di titik ini. Pikir Serenada pilu.
Serenada menutup obrolan chat keluarga. Ia menatap keluar melalui jendela besar di sampingnya. Serenada menatap awan yang menggumpal di langit yang biru. Hari ini sangat cerah sekali. Namun tidak secerah hatinya. Takdir tidak berpihak kepadanya. Takdir lebih berpihak kepada Dia. Serenada menggigit bibirnya menahan rasa sakit di dada.
Kenapa ini harus terjadi kepada dirinya?
Tbc!!
08/09/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Batas (Salahkah Aku mencintaimu)✓
RomanceAku tak bisa memilih kemana hatiku berlabuh. bukan mau ku memilih dirimu. salahkah Aku mencintaimu??? andai aku bisa, Aku akan memilih laki-laki lain yang bisa ku cintai dan mencintaiku. namun apalah daya, logika terpatahkan oleh hatiku yang terj...