Seminggu telah berlalu dari pertemuan Azef dan Seren. Sejak hari itu Seren berupaya melupakan insiden ciuman paksa Azef.
Hati Seren terluka. Seminggu lagi acara pernikahan Azef akan dilaksanakan. Azef akan menjadi milik orang lain.
Seren tidak punya kesempatan lagi. Azef sudah di takdirkan bukan miliknya. Seren tertawa pedih.
Saat asyik melamun, bunyi handphone berdering.
Seren melihat jam sudah setengah satu malam. Siapa yang berani menelponnya malam-malam begini. Dan beruntungnya Seren belum tidur. Mata nya tidak bisa diajak berkompromi.
Seren mengambil handphone dan terdiam melihat id pemanggil.
Mas Azef
Jantungnya bertalu. Seren tidak mengangkat pada panggilan pertama.
Handphone nya kembali berdering sampai lima kali. Seren masih tidak menjawab. Ia takut apalagi yang akan di bicarakan Azef. Apakah Azef ingin melukai hatinya lagi. Namun, kendati demikian Seren tidak bisa melupakan Azef. Tolong jangan salahkan dirinya.
Jika ingin dia juga tidak mau dalam keadaan seperti ini. Mencintai laki-laki yang sebentar lagi akan menikah. Mempercayakan hatinya kepada Azef. Namun Azef sendiri malah mematahkan hati nya sedemikian rupa.
Seren kembali tersentak ketika handphone nya kembali berbunyi. Kali ini Seren memutuskan untuk mengangkat.
Seren mempersiapkan hatinya.
" Hallo...,"
"......,"
" Apa? Baik. Segera kirim alamatnya. Saya akan kesana!"
Tidak ada lagi waktu untuk berpikir. setelah mematikan sambungan telpon, Seren menyambar jaket, dompet, kunci mobil.
Seren segera berlari menuruni tangga. Suasana ruangan padahal temaram.
Jika sudah berhubungan dengan Azef, Seren akan menjadi wanita terbodoh sekalipun.
Seren mengendarai mobil nya di keheningan malam. Suasana jalan gelap. Hanya di terangi lampu jalanan. Udara dingin menusuk kulit. Seren dilanda kecemasan.
Seren mengrem mobilnya saat sudah sampai di lokasi. Seren segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam gedung yang di kenal nya sebagai tempat orang-orang menghibur diri.
Saat masuk ke dalam. Seren di suguhkan oleh pemandangan lampu cahaya yang temaram. Suasana di dalam sangat bisik dan heboh oleh dentuman musik yang memekakkan telinga. Para lautan manusia asyik berjoget di lantai dance. Bau asap rokok dan alkohol menusuk indra penciuman Seren.
Seren segera mengedarkan pemandangan ke penjuru ruangan. Ia mencari-cari sosok laki-laki yang membuatnya harus masuk ke dalam gedung terkutuk ini.
Seren berjalan dengan susah payah diantara orang-orang. Seren segera berlari ke arah bartender ketika melihat sosok laki-laki yang menelungkupkan kepala di sana.
Tidak salah lagi itu Azef. Seren segera menghampiri Azef.
" Mas Azef," teriak Seren sembari mengguncang bahu Azef.
" Mba yang bernama Seren?"
Bartender menyapa Seren.
" Iya saya. Mas yang nelpon saya?"
" Betul Mba. Itu Orang nya sejak tadi meracau nama mba terus sampai bertengkar dengan pelanggan di sini juga."
Seren terkejut.
" Saya minta maaf ya Mas. Bisa tolong saya membawa dia ke mobil?"
" Bisa, Mba."
Akhirnya setelah berusaha memapah Azef ke mobil, Seren bisa bernafas lega sedikit.
Sekarang Seren akan mengantar Azef ke apartemennya.
" Kenapa kamu bisa seperti ini sih Mas?" Seren berdecak sembari mengemudi.
" Seren....,ser....en."
Azef mengigau. Seren sedih. Air mata nya menganak. Seren memegang tangan Azef. Hatinya sakit melihat keadaan Azef.
" Mas sayang Seren. Ser...en jangan mem..benci, Mas. Jangan ben..ci."
Azef semakin meracau.
Seren tidak menjawab. Hatinya gundah gulana mendengar perkataan Azef.
Sampai di basement, Seren dengan susah payah memapah tubuh Azef menaiki lift.
Di dalam lift. Azef mendekap erat tubuh Seren. Jantung Seren berdetak kencang. Seren memejamkan mata merekam wangi tubub Azef. Walaupun sudah bercampur dengan alkohol.
Mereka tiba di depan pintu kamar.
Seren menekan password yang sangat di hapalnya dalam kepala. Seren membawa Azef ke dalam kamar. Dada Seren sesak karena menahan beban tubuh Azef.
" Hufft. Beratnya kamu Mas!" keluh Seren setelah menghempaskan tubuh Azef di atas ranjang.
Seren memperbaiki tubuh Azef. Membuka sepatu dan membuka kancing baju Azef agar bisa bernafas lapang.
Seren memegang wajah Azef yang memar. Bekas tonjokan.
" Apa yang kamu rasakan,Mas?"
Seren beranjak ke dapur mengambil es batu dan kain. Seren mengompres wajah Azef dengan sedih.
" Wajah kamu nggak ganteng lagi, Mas."
" Kenapa kamu bisa di club itu. Padahal aku tahu kalau kamu nggak suka minum. Ada apa denganmu, Mas."
" Apa kamu tidak bahagia?"
" Ya, aku tidak bahagia."
Seren terkejut mendengar jawaban Azef. Ternyata Azef sudah sadar.
" M..mas?" bisik Seren pelan. Mereka saling bertatapan.
" Ya, aku tidak bahagia." ulang Azef untuk kedua kalinya. Jantung Seren semakin menggila di dalam sana mendengar perkataan Azef.
Tbc!
25/09/21
Part depan mau azef dan Seren bahagia?
Atau Azef sama Seren dijauhkan saja?
Seren membenci Azef??
VOTE DAN KOMENTAR YABG BUANYYAK YAHH😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Batas (Salahkah Aku mencintaimu)✓
RomanceAku tak bisa memilih kemana hatiku berlabuh. bukan mau ku memilih dirimu. salahkah Aku mencintaimu??? andai aku bisa, Aku akan memilih laki-laki lain yang bisa ku cintai dan mencintaiku. namun apalah daya, logika terpatahkan oleh hatiku yang terj...