☘️ Téssera

1.5K 142 20
                                    

🍂🍂🍂

"Hampir dua tahun gue sekolah disini, baru kali ini gue liat Lysander di lapangan. Tanding basket pula."

"Gue pikir Lysander itu anaknya suka olahraga, ternyata enggak ya?"

"Sayang banget nggak sih body-nya bagus gitu tapi nggak suka olahraga?"

"Tapi gue nggak nyangka dia bakal seganteng itu pas di lapangan dan pake seragam basket!"

"Sebelas dua belas sama Alistaire."

Suara riuh di tribun serta tepuk tangan meriah dari penonton menandakan kalau Lysander baru saja mencetak poin ke ring lawan. Meski hanya pertandingan antar kelas, tapi tetap membuat semua penonton berantusias. Mereka bahkan rela tak langsung pulang demi melihat pertandingan antar kelas yang memang biasa di lakukan dua kali dalam seminggu. Pertandingan yang di lakukan sekaligus berlatih kemampuan setiap anggota tim.

Lysander bukanlah anggota tim basket sekolah secara resmi. Ia tak pernah mendaftarkan dirinya dalam olahraga tersebut. Tapi hari ini, Haris memaksanya menjadi kapten untuk tim kelas sebelas karena Alistaire selaku kapten resmi tim tersebut masih dalam masa skorsing. Alhasil, Lysander hanya bisa pasrah ketika Haris menariknya ke lapangan untuk ikut bertanding bersama tim-nya.

"Keren banget loe, Bro!" Haris menepuk bahu Lysander yang baru saja mencetak poin untuk tim mereka.

Lysander hanya mengukir senyum tipis sebagai respons. Ternyata rasanya sangat menyenangkan melakukan sesuatu yang ia sukai seperti ini. Kemudian ia menyapu pandangannya ke tribun penonton. Hampir terisi penuh dan hampir semua mata tertuju padanya yang baru saja memberikan poin bagi tim. Mereka semua bersorak memberi semangat. Sepertinya Lysander mengerti sekarang kenapa Alistaire begitu menggilai basket dan tim-nya. Perasaan bangga ketika berhasil mencetak poin benar-benar sebuah perasaan yang menakjubkan. Lysander tak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Ketika semua mata hanya tertuju padanya. Ketika semua perhatian semua orang hanya diberikan kepadanya. Sungguh menyenangkan meski melelahkan.

Pantas saja wajah Alistaire selalu tersenyum tiap kali usai bermain basket bersama tim-nya.

"Habisin jangan?" pertanyaan Haris membuat Lysander seperti kembali dari lamunannya.

"Habisinlah," Lysander lantas menerima bola dari Haris dan mulai menggiringnya menuju ring tim lawan.

Tanpa ragu ia melakukan shooting terakhir untuk timnya. Bukan, tim Alistaire. Hingga suara peluit panjang menandakan pertandingan sudah berakhir. Semua peserta pertandingan bertepuk tangan sebagai tanda berakhirnya pertandingan persahabatan itu. Tim junior yang kalah pun tanpa rasa malu tetap memberikan selamat pada tim senior mereka yang memenangkan pertandingan hari itu.

"Gue nggak nyangka loe jago, Kak!" itu Arga, salah satu anggota tim kelas sepuluh memuji Lysander.

"Loe juga ternyata. Pantes jadi kapten!" sahut Lysander.

Remaja bernama Arga itu tersenyum. "Jangan lupa besok traktirannya di kantin. Loe harus ikutan, Kak." ujarnya.

"Anak tim loe yang traktir?" tanya Lysander sembari mengusap wajahnya dengan handuk kecil.

"Iya dong. Sesuai perjanjian. Yang kalah traktir yang menang di kantin." Arga tersenyum bangga.

"Ok see you tomorrow." Lysander menepuk bahu Arga sebelum anak itu pergi meninggalkannya.

SADAJIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang