🍂🍂🍂
Sudah dua hari Lysander menginap di rumah sakit. Tepatnya di ruang Intensive Care Unit. Seluruh tubuhnya dipenuhi berbagai alat medis. Sejak ditemukan tak sadarkan diri malam itu oleh Lionel dan Mikolas, kondisi Lysander masih dalam pemantauan Carlo selaku dokter yang menanganinya sejak kecil. Anak itu belum sedikitpun membuka matanya meski irama jantungnya dalam keadaan normal. Tentu saja hal itu membuat semua orang belum bisa tenang selama dua hari ini.
Alistaire berjalan gontai menyusuri koridor menuju ruang kelasnya pagi itu. Kepalanya terus menunduk dan sesekali menepuk-nepuk tengkuknya yang terasa berat. Ia bersikeras ingin tidur di rumah sakit bersama ayah dan ibunya sejak Lysander berada disana. Lagipula jika ia pulang kerumah, perasaannya tak bisa tenang sama sekali. Lionel dan Mikolas-lah yang mengurus segala keperluan dan kebutuhan dirinya beserta Arsen dan Raena.
"Gimana Lysander?" pertanyaan itu datang dari Felix ketika Alistaire tiba dikelas dengan wajah murung dan gelisah. Felix bahkan bisa mendapati lingkaran hitam di kedua mata sahabatnya itu. Yang sudah bisa dipastikan karena kurang tidur.
Alistaire menggeleng. Akhirnya menyadari kalau ternyata Haris juga berada disana seakan menunggu jawabannya atas pertanyaan Felix. "Lo disini?" gumam Alistaire seraya mengambil duduk di kursinya dengan malas.
Haris hanya mengangguk. "Masih belum bangun, ya?" tanyanya kemudian.
Alistaire kembali menggeleng lantas menutup wajah dengan kedua tangannya. Kemudian menghela napas berat. "Padahal kondisi jantungnya sudah terbilang normal. Tapi anak itu belum juga mau bangun." jelasnya.
Haris dan Felix saling pandang. Seakan ikut merasakan kekhawatiran yang Alistaire rasakan saat ini. "Nanti sepulang sekolah kita jenguk lagi ya?" Felix angkat bicara.
"Boleh, siapa tahu kalau dengar suara kalian dia mau bangun." sahut Alistaire. "Dua hari tidur dirumah sakit lumayan juga efeknya ke badan," kekehan kecil keluar dari mulutnya. Ia memang sangat lelah karena selama memutuskan ikut menginap di rumah sakit, ia tak pernah bisa tertidur nyenyak. Banyak sekali perasaan berkecamuk dalam benaknya. Isi kepalanya seperti penuh dan sesak.
"Lysander pasti baik-baik aja. Dia sering begini. Mendadak drop dan harus menginap di rumah sakit. Tapi biasanya satu atau dua hari udah bisa pulang." Haris menepuk pelan bahu Alistaire seakan berusaha menghibur.
Alistaire mengangguk sembari mengaminkan ucapan Haris barusan. Lysander harus segera bangun dari tidurnya. Lusa adalah pemberkatan pernikahan ayah dan ibunya. Dan pemberkatan tersebut akan dilakukan dengan tertutup di sebuah gereja yang dulu sering didatangi Arsen dan Raena sebelum sempat berpisah. Dan tamu yang diundang dalam pemberkatan tersebut hanyalah orang-orang terdekat Arsen dan Raena. Lebih tepatnya orang-orang yang selalu bisa dipercaya oleh Arsen dan Raena sejak dulu sampai sekarang.
"Ya, Lysander harus segera bangun kalau mau menyaksikan pemberkatan pernikahan Tante Raena dan Om Arsen." gumam Felix. Ia dan Haris memang diberitahu mengenai pernikahan Raena dan Arsen. Alistaire dan Lysander sendiri yang meminta izin kepada Raena dan Arsen untuk memberitahukan kepada keduanya. Bagaimanapun, keduanya adalah sahabat yang bisa dipercaya.
Haris mengangguk. "Lysander pasti segera bangun. Do'a lo jangan putus ya, Alis." katanya dengan seutas senyum tipis.
Alistaire mengangguk. Sumpah demi Tuhan, sejak Lysander ditemukan tak berdaya di taman malam itu, hatinya tak pernah lelah merapal do'a untuk keselamatan Lysander. Ia memohon dengan sangat didalam hati kecilnya entah ia menyadarinya atau tidak. Dan ia sungguh berharap Tuhan memang ada dan mendengar do'a-do'anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADAJIWA
FanficMereka yang satu namun tak dipersatukan oleh takdir. Mereka yang seharusnya bersama namun tak dibiarkan bersama oleh waktu. Dan mereka yang berbahagia namun tak dibahagiakan oleh semesta dan segala isinya. Tentang ia dan ia yang tergores luka tanpa...