🍂🍂🍂
Raena menatap sendu wajah terlelap Alistaire. Setelah tangisan panjang yang berhasil menguak luka hati satu sama lain, putranya itu akhirnya lelah dan memilih masuk ke dalam kamarnya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Bisa ia dapati jejak air mata di sudut mata remaja pemilik senyum ceria itu. Perasaan bersalah kembali menguasai hatinya.
"Maaf, sekali lagi Bunda minta maaf." ia kecup kening Alistaire selama beberapa detik. Kemudian ia usap lembut pipi yang sedikit tembam itu. Ia bersyukur putranya hidup dengan baik meski hanya bersama sang ayah. Arsen benar-benar hebat.
Setelahnya ia menarik selimut di tubuh Alistaire sampai sebatas dada. Kemudian memberinya tepukan lembut saat anak itu sedikit terusik dalam tidurnya. Netranya menangkap sebuah nampan di nakas berisi sepiring makanan dan sebuah gelas berisi air mineral yang telah tandas. Ia tersenyum. Alistaire menghabiskan semua masakannya. Rongga hatinya menghangat.
Dengkuran halus terdengar dari Alistaire. Membuat Raena yakin kalau putranya itu benar-benar telah terbuai mimpi. "Bunda janji, setelah ini nggak ada lagi yang bisa menghalangi Bunda untuk menemui Keandre. Bunda sendiri yang akan menyingkirkan semua penghalang itu. Cuma buat Keandre." katanya.
"Raena," panggilan itu membuat Raena yang duduk di tepi ranjang menoleh. Ia dapati Arsen berjalan ke arahnya.
"Feeling better?" tanya pria itu.
Raena mengangguk. "Aku nggak menyangka, hanya dengan melihat Keandre terlelap begini rasanya begitu menenangkan. Sama halnya seperti melihat Leandre." katanya tersenyum.
Arsen ikut menarik sudut bibirnya membentuk senyum. "Terima kasih banyak, Raena." katanya.
Raena lantas beranjak dari duduknya. "Aku tahu semua ini terlampau mengejutkan buat Keandre. Bertemu ibunya secara tiba-tiba setelah hampir tujuh belas tahun tak pernah saling bersitatap. Aku mau kasih dia waktu untuk bisa memahami dan menerima semuanya." katanya.
Arsen mengangguk. "Aku yakin dia hanya kaget. Tapi jauh di dasar hatinya dia pasti sangat bahagia karena akhirnya bisa bertemu kamu. Orang yang selalu ingin di temuinya." tukasnya.
"I hope so," Raena menghela napas panjang. "Pasti sulit buat Keandre untuk begitu saja menerima aku di kehidupannya." katanya dengan senyum kecut.
"Kamu pasti bisa mengambil hatinya. Menjadikan dia milik kamu sebagaimana yang sudah di gariskan Tuhan. Sejauh apapun Keandre pergi dari kamu, dia akan tetap milik kamu. Darah daging kamu dan putra kebanggaan kamu. Nggak ada yang bisa menyangkal itu." Arsen memberi penghiburan lainnya. Padahal dirinya sendiri pun butuh penghiburan.
"Terima kasih banyak, Arsen." tukas Raena tulus.
Arsen lantas mendekati Alistaire. Mengusap lembut surai putranya yang terlelap itu kemudian memberinya kecupan singkat di dahi. Pemandangan itu tentu membuat setiap sudut hati Raena menghangat.
"Kamu harus memberinya kabar," Arsen menyerahkan ponsel milik Raena yang sejak beberapa menit lalu terus bergetar.
Raena merutuki dirinya sendiri yang belum sempat memberi kabar pada putranya dirumah. Ia lantas menerima ponselnya dan memeriksa semua pesan masuk dan beberapa panggilan tak terjawab yang semuanya berasal dari Lysander. Beberapa dari Lionel. Seketika perasaan bersalah menyelimuti benaknya. Euforia-nya hari ini ketika bertemu Alistaire membuatnya melupakan Lysander.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADAJIWA
FanfictionMereka yang satu namun tak dipersatukan oleh takdir. Mereka yang seharusnya bersama namun tak dibiarkan bersama oleh waktu. Dan mereka yang berbahagia namun tak dibahagiakan oleh semesta dan segala isinya. Tentang ia dan ia yang tergores luka tanpa...