🍂🍂🍂
"Takdir terlalu lucu ya," Mikolas menyesap nikotin yang terapit di jari-jarinya. Menghembuskan asapnya ke udara lantas tersenyum getir.
"Setelah ini apa yang akan terjadi?" Lionel yang duduk disebelah Mikolas menenggak minuman sodanya.
"I don't know." Mikolas menggedikkan bahunya pertanda ia tak tahu. Lebih tepatnya tak bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya setelah ini.
Lionel terkekeh kecil. "Sebentar lagi bukan nggak mungkin Bharata segera mengetahui hal ini." katanya.
"Maybe this is an ending," sambut Mikolas dengan senyum kecut.
"Bukannya bagus? Kita nggak perlu lagi jadi manusia-manusia jahat. We will stop here. Nggak akan ada lagi usaha-usaha keras untuk menjauhkan satu jiwa dengan jiwa yang lainnya." tandas Lionel.
Mikolas manggut-manggut mengerti. "Dan semuanya udah berjalan selama hampir tujuh belas tahun." kekehnya kemudian.
"Dan selama hampir tujuh belas tahun kita hidup dalam gelimang dosa dan rasa bersalah." timpal Lionel.
Mikolas menghela napas panjang. "Terlalu rumit. Baik Bharata dan Sadajiwa terlalu rumit untuk di mengerti." katanya.
"Nggak ada yang lebih rumit selain hidup sebagai sesuatu yang mutlak terpisahkan. Nggak ada yang lebih rumit selain hidup di tengah dua kutub yang berlawanan." sambut Lionel.
"Hampir tujuh belas tahun kerumitan ini berjalan. Memisahkan dua jiwa yang seharusnya hidup berdampingan. Menjauhkan dua raga yang seharusnya hidup bersama. Menghancurkan dua anak manusia yang seharusnya lebih kokoh berdampingan." Mikolas kembali menghela napas panjang. Terdengar lebih berat kali ini.
"Siapa yang patut di salahkan disini?" Lionel bergumam.
Mikolas menggedikkan bahunya. "Menyebalkan kalau harus menjawab pertanyaan itu. Karena hampir semua yang terjadi bisa saja menjadi sebuah jawaban. Dan hampir semua yang berlalu bisa jadi adalah sebuah penjelasan bahwa segalanya sudah salah sejak awal." tukasnya.
"Apa yang akan Bharata lakukan setelah ini? Dan apa yang akan Sadajiwa lakukan kalau mengetahui apa yang baru saja terjadi?" pandangan Lionel mengangkasa.
"Lets pray together. Semoga nggak akan ada kerumitan lain yang muncul setelah kejadian ini. Semoga nggak akan ada penyesalan lain bagi siapapun. Meski hasilnya kita tahu akan seperti apa." Mikolas ikut bergumam dan pandangannya ikut mengangkasa.
"Setidaknya kali ini, Leandre dan Keandre harus berhasil menemukan jalan sendiri untuk saling memeluk satu sama lain. Tanpa lagi halangan apapun." Lionel berharap penuh dalam ucapannya. Mengaminkan sendiri ucapannya di dalam hati.
"Ya, mereka harus berhasil saling menemukan. Karena sejak awal takdir mereka adalah satu. Yang terpaksa patah menjadi dua bagian karena kerumitan yang nggak pernah usai." Mikolas menyesap kembali nikotinnya kuat-kuat.
Lionel mengangguk. "Yang terlahir bersama sudah sepatutnya harus tetap saling bersama sampai akhir." gumamnya.
"Lo benar-benar nggak merokok?" tanya Mikolas kemudian.
"Enggak kalau lagi sama Leandre." Lionel menggeleng.
"Pasti berat harus menahan diri." balas Mikolas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADAJIWA
FanfictionMereka yang satu namun tak dipersatukan oleh takdir. Mereka yang seharusnya bersama namun tak dibiarkan bersama oleh waktu. Dan mereka yang berbahagia namun tak dibahagiakan oleh semesta dan segala isinya. Tentang ia dan ia yang tergores luka tanpa...