☘️ Éna

3.4K 193 22
                                    

🍂🍂🍂

"Kalian lagi, kalian lagi." pria paruhbaya dengan nametag di dada sebelah kiri bertuliskan 'Slamet Widodo' itu menghela napas panjang. Sepasang mata galaknya menatap dua remaja laki-laki yang babak belur di hadapannya itu.

"Ya emang siapa lagi?" gerutu salah satu remaja laki-laki dengan nametag 'L. Lysander. S' yang sudut bibirnya terluka itu.

"Ngomong apa kamu, Lysander?" tanya pria yang akrab di sapa Pak Slamet itu.

"Gapapa." sahut remaja laki-laki yang dipanggil Lysander itu.

"Hukumannya apa kali ini, Pak?" gantian remaja laki-laki satunya dengan nametag 'K. Alistaire. S' bertanya.

Pak Slamet lagi-lagi menghela napas panjang. Sejujurnya beliau sudah lelah menghadapi dua siswa di hadapannya itu. Keduanya adalah biang masalah disekolah. Berkelahi setiap hari. Membuat onar setiap hari. Atau membuat semua guru frustrasi karena kelakuan nakal mereka. Bahkan dalam satu minggu, keduanya bisa dua sampai tiga kali masuk ke ruangan konseling karena berkelahi. Entah masalah apa yang mereka ributkan setiap hari. Seperti tidak ada habisnya.

"Orangtua kalian saya panggil ke sekolah." Pak Slamet melepas kacamatanya lalu mengambil duduk di sofa ruangannya itu.

"Percuma, Pak. Udah saya bilang, surat panggilan dari sekolah cuma dianggurin dirumah." celetuk Lysander sinis.

"Ayah saya orang sibuk, Pak. Saya kasih tahu nih, Pak. Beliau nggak akan datang." remaja laki-laki di sebelah Lysander menyahut.

"Saya nggak peduli. Kalau perlu saya bisa membuat janji dengan orangtua kalian dan menemuinya langsung dirumah. Karena kalian sudah keterlaluan!" sahut Pak Slamet.

"Terserah." gerutu Lysander.

"Semoga berhasil, Pak." remaja di sebelah Lysander kembali menyahut sembari tersenyum.

Pak Slamet hanya bisa memijit pelipisnya. Kepalanya sudah cukup pening. Jam istirahat pertama baru dimulai, tapi dua remaja di hadapannya itu sudah membuat onar.

"Sebagai hukumannya, kalian harus mencuci semua bus sekolah yang ada di halaman belakang. Tanpa terkecuali." celetuk Pak Slamet.

"Anjing!"

"Ngomong apa kamu barusan, Alis?" tanya Pak Slamet pada remaja laki-laki bernametag Alistaire itu.

"Salah denger kali, Pak. Saya diem aja." sahut Alistaire malas.

"Keluar kalian!" titah Pak Slamet.

"Tadi disuruh kesini sekarang disuruh keluar. Nggak jelas banget tuh bapak loe!" gerutu Alistaire tepat di telinga Lysander.

"Gue nggak punya bapak ya tolol!" sahut Lysander sinis kemudian berbalik untuk keluar dari ruangan itu tanpa mengucapkan permisi pada Pak Slamet.

Di ikuti Alistaire yang juga ikut meninggalkan ruangan itu tanpa mengucapkan apapun.

"Dasar setan sekolah!" geram Pak Slamet sambil terus memijit pelipisnya yang selalu saja terasa pening tiap kali menghadapi dua jagoan sekolah seperti Alistaire dan Lysander.

***

"Anjing, banyak banget!" umpatan keluar secara langsung dari mulut Alistaire ketika mendapati lima mini bus terparkir di halaman belakang sekolah dengan keadaan sangat kotor.

Sore itu, sepulang sekolah, Lysander dan Alistaire benar-benar di giring secara langsung oleh Pak Slamet ke halaman belakang sekolah untuk mencuci semua mini bus sekolah sebagai hukuman atas ulah mereka hari ini.

SADAJIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang