🍂🍂🍂
"Arsen akan kembali menikahi Raena," ucap Arsen di hadapan ayah dan ibunya yang ia temui siang itu di sebuah restoran mewah. Ia memang sengaja mengundang kedua orangtuanya itu untuk bertemu sekaligus makan siang bersamanya.
Sadajiwa menghentikan kegiatannya yang hendak mengangkat gelasnya. Pria tua itu lantas menatap Arsen dengan tatapan dingin. "Tebakan Papa benar rupanya. Kamu tidak mungkin tidak memiliki alasan saat meminta bertemu." katanya datar.
Arsen acuh tak acuh atas komentar sang ayah. Lantas ia pandangi ibunya yang tampak tenang dan masih menikmati makanannya, seakan tak terkejut sedikitpun dengan ucapannya barusan.
"Sepertinya ini bukan masalah besar untuk Mama," ujar Arsen.
Nyonya Sadajiwa meletakkan sendok dan garpunya lantas meneguk sedikit air mineralnya di gelas sebelum akhirnya membalas tatapan Arsen. "Kamu selalu melakukan apapun yang kamu mau, Arsen. Untuk apa sekarang kamu mengatakannya kepada kami?" tanya wanita yang masih terlihat anggun meski usianya tak lagi muda itu.
Arsen menyunggingkan sebuah senyum tipis. "Arsen juga sudah mengatakannya pada Tuan Bharata. Lucu sekali, jawaban mereka sama seperti jawaban Papa dan Mama." katanya.
Terdengar Sadajiwa menghela napas panjang. "Kamu tidak pernah melibatkan kami dalam setiap keputusan yang kamu ambil, Arsen." katanya kemudian. Terdengar menuding.
"Arsen tidak perlu melakukannya. Toh Papa dan Mama akan selalu memiliki pendapat sendiri. Arsen tidak pernah merasa Papa dan Mama ada di pihak Arsen. Bahkan sejak kecil." serang Arsen tenang.
"Arsenio..." itu Nyonya Sadajiwa yang berusaha menghentikan perdebatan antara suami dan putranya.
"Mama bisa menyayangi Keandre dan Leandre seperti yang Mama inginkan. Arsen tidak akan melarangnya. Tapi tidak untuk menemui mereka." Arsen melirik sinis ayahnya yang tampak mulai geram.
"Berhenti menghina Mama, Arsen." ujar Nyonya Sadajiwa dingin.
"Arsen bahkan selalu berusaha menghormati Mama sebagai ibu Arsen. Semua yang Mama lakukan selama ini pun Arsen tidak pernah berusaha menghentikannya." sahut Arsen. "Lantas dimana letak penghinaan yang Arsen lakukan?" tanyanya.
Arsen hampir geram pada ibunya itu. Kalau saja ibunya itu sejak dulu mau berpihak padanya. Kalau saja sejak dulu ibunya itu mau berusaha menentang ayahnya demi melindunginya. Dan kalau saja sejak dulu ibunya itu mau setidaknya melepaskan egonya demi sang ayah. Sikap Arsen mungkin tak akan sedingin ini pada wanita yang telah melahirkannya itu. Bagi Arsen, ibunya sama saja seperti ayahnya. Terlibat secara langsung atas perpisahannya dengan Raena dan Lysander. Atas hancurnya pernikahan yang mati-matian berusaha ia selamatkan.
"Bharata mungkin akan membunuh kamu kalau sampai kamu berani menyentuh putrinya, Arsen." Sadajiwa dingin.
"Bukankah sudah sering sekali Arsen katakan kalau Arsen tidak peduli akan hal tersebut?" Arsen menatap nyalang ayahnya. "Arsen lebih baik mati di sisi Raena dan kedua putra Arsen daripada harus mati bersama penyesalan yang tiada habisnya." katanya penuh ketegasan.
"Wanita itu bahkan belum tentu bersiap mati untuk kamu dan kedua putra kamu," decih Sadajiwa.
Arsen tergelak. Hal itu membuat Sadajiwa dan istrinya mengerutkan dahi penuh tanya. "Raena hampir mati berkali-kali. Arsen ingatkan kembali kalau Papa dan Mama lupa." katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADAJIWA
FanfictionMereka yang satu namun tak dipersatukan oleh takdir. Mereka yang seharusnya bersama namun tak dibiarkan bersama oleh waktu. Dan mereka yang berbahagia namun tak dibahagiakan oleh semesta dan segala isinya. Tentang ia dan ia yang tergores luka tanpa...