☘️ Íkosi októ

1.1K 146 28
                                    

🍂🍂🍂

Raena mengerjapkan kedua matanya berkali-kali kala mendapati pemandangan di hadapannya ketika baru saja keluar dari mobil mewah milik Arsen kala senja menjelang. Mulutnya terbuka sempurna karena terlalu takjub dengan apa yang ada di hadapannya saat ini. Namun sepersekian detik kemudian ia tersadar dan langsung menatap penuh rasa penasaran pada Arsen yang berdiri di sisinya.

"Aku nggak bisa menundanya lagi untuk membawa kamu ke tempat ini. Memberitahu kamu mengenai semua ini." Arsen tersenyum seakan mengerti maksud tatapan Raena padanya itu.

"Arsen..."

"Seharusnya ini menjadi hadiah dariku untuk pernikahan kita saat itu." ungkap Arsen tenang dan masih menatap wanita di sisinya itu.

Raena sungguh tak bisa lagi menyembunyikan perasaan harunya untuk pernyataan Arsen yang sungguh tak pernah ia bayangkan sebelumnya itu. Bisa menikah dengan pria seperti Arsen saja baginya adalah sebuah pencapaian yang amat besar yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Ia tak pernah mengharapkan apapun dari pria itu selain cinta abadinya. Tak pernah ia bayangkan hal lainnya selain bisa dicintai dan mencintai Arsen. Baginya, bisa bersama Arsen saja dunianya sudah terasa lengkap dan sempurna. Tak ada lagi yang ia inginkan selain bisa terus hidup bersama Arsen selama yang ia bisa.

Namun lihat, Arsen seperti tak pernah lelah memberi Raena banyak hal. Selain cinta dan kasih sayang, Arsen sungguh memberinya banyak hal lainnya yang terkadang tak bisa Raena bayangkan sebelumnya. Arsen tak pernah gagal membuat Raena terkejut. Pun tak pernah gagal menjadikan Raena seperti wanita paling bahagia di muka bumi.

"Aku memiliki banyak sekali mimpi yang ingin aku wujudkan hanya dengan kamu dirumah ini. Tapi hal yang tak pernah kita inginkan terjadi. Dan itu membuatku hancur. Begitupun kamu." Arsen kembali membuka suara.

Raena menatap bangunan megah di depannya itu dengan kedua mata berkaca. Rasanya ingin menangis sekeras-kerasnya. "Arsen, kenapa kamu selalu saja membuatku terkejut?" gumamnya yang hampir menangis.

"Aku telah menyiapkannya bahkan jauh sebelum hari pernikahan kita. Seharusnya aku langsung membawa kamu untuk tinggal disini saat itu. Tapi aku malah mengubah rencanaku dan akan membawa kamu ke tempat ini tepat di hari ulang tahun Leandre dan Keandre yang pertama." Arsen menjelaskan tanpa diminta.

"Maaf..." gumam Arsen penuh penyesalan. "Terlalu terlambat sekarang untuk menyebutnya sebagai hadiah pernikahan. Sedangkan kita..."

"Hadiah pernikahan yang luar biasa, Arsen." sela Raena cepat. Ia tak mau mendengar kalimat yang mungkin dapat melukainya lagi. Ia ingin berbahagia saat ini dengan setiap kejutan yang Arsen berikan padanya.

"Kamu tidak perlu menghiburku dengan kalimat seperti itu, Raena." balas Arsen.

"Aku nggak menghibur kamu. Aku sedang menghibur diriku sendiri, Arsen." Raena menarik sudut bibirnya membentuk senyum. "Bukankah aku akan berbohong jika aku mengatakan aku tidak menyukai dan terkejut dengan semua yang kamu berikan?" katanya.

Arsen ikut menarik sudut bibirnya membentuk senyum. Ia merasakan perasaan lega yang teramat sangat saat ini. Bukan karena ia berhasil membawa Raena dan kedua putranya ke rumah yang telah ia persiapkan belasan tahun lalu itu. Melainkan karena ia berhasil melihat senyum Raena yang seperti dulu lagi. Senyum yang terlihat ringan tanpa beban apapun. Senyum yang akhirnya sempat terenggut cukup lama dari wanita itu. Seperti Arsen, Raena pun terlihat amat bebas dan lepas dibalik senyumannya itu.

SADAJIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang