🍂🍂🍂
"Keandre merokok?" tanya Mikolas entah untuk yang ke berapa kalinya pada remaja laki-laki di hadapannya.
"Coba sedikit, Kak." sahut Alistaire santai dan masih fokus pada monitor televisi di depannya. Kedua tangannya sibuk menggerakkan konsol gamenya. Mengabaikan Mikolas yang sudah tampak frustrasi di belakangnya.
"Ya Tuhan kenapa kamu bandel banget sih?" Mikolas hampir saja gila ketika menerima telfon dari pihak sekolah yang mengatakan kalau Alistaire terlibat masalah di sekolah. Dan masalahnya lebih fatal dibandingkan dengan berkelahi hingga membuat hidung murid lain patah.
"Please dateng ya, Kak. Kalau Kean bilang ke Ayah nanti Kean kena masalah lebih berat lagi. Ayah nggak tahu kalau Kean merokok." Alistaire menatap penuh permohonan pada Mikolas.
"Udah gila kamu?!" Mikolas lantas berdiri dari duduknya. Berkacak pinggang sambil menatap Alistaire sengit.
"Keandre cuma coba sedikit. Keandre juga nggak pernah beli sendiri. Swear, Kak!" Alistaire memelas.
"Saya nggak mau lagi membantu kamu, Keandre. Ini sudah keterlaluan. Kalau Tuan Arsen tahu kamu bisa di hukum!" Mikolas murka. Ia merasa gagal dalam mengawasi Alistaire. Padahal Arsen sudah sangat mempercayainya.
"Jangan kasih tahu Ayah!" sahut Alistaire dengan tatapan berubah dingin.
"Biar kamu jera, Keandre." ujar Mikolas.
"Kak Miko tega liat Kean di hukum sama Ayah?" tanya Alistaire dengan tatapan penuh selidik pada pria di hadapannya.
"Kamu keterlaluan, Keandre!" celetuk Mikolas.
"Kak, jangan bilang ke Ayah. Keandre janji ini yang terakhir. Keandre nggak akan coba-coba buat merokok lagi. Tapi tolong dateng ke sekolah dan bilang kalau Kak Miko itu ayah Keandre. Ya?" rajuknya.
"Oh, shit!" Mikolas paling sebal kalau Alistaire sudah merajuk. Itu adalah salah satu kelemahannya. Alistaire akan berubah menjadi anak yang manis jika menginginkan sesuatu darinya. Dan tingkahnya itu membuat siapapun tak akan ada yang bisa menolak permintaannya. Menyebalkan.
"Nanti Keandre traktir makanan kesukaan Kak Miko." Alistaire menaikturunkan alisnya menatap Mikolas dengan tatapan memohonnya.
"Jam berapa?" tanya Mikolas.
"Besok jam sepuluh pagi. Kalau ditanya Ayah bilang aja ada urusan sama Keandre. Inget ya, Kak, ini rahasia kita berdua. Ok?" celoteh Alistaire.
"Menyebalkan!" dengus Mikolas.
Alistaire hanya terkekeh seakan tak merasa bersalah. "Good luck!" katanya dibarengi senyum merekah indah layaknya bunga yang sedang bermekaran.
"Tapi saya nggak mau tanggungjawab kalau suatu saat nanti Ayah atau Kakek kamu mengetahui hal ini. Deal?" Mikolas membuat kesepakatan pada bocah tujuh belas tahun itu.
"Deal!" Alistaire menyambut uluran tangan Mikolas.
Mikolas lantas tersenyum. "Ok, sebentar lagi Tuan Arsen pulang. Saya ke depan sebentar." pamitnya kemudian.
Alistaire hanya mengangguk sembari tersenyum. Lega rasanya bisa membuat kesepakatan menyenangkan seperti itu dengan Mikolas. Pria dingin itu memang terlalu sulit di buat takluk.
***
"Ayo dong, Om, ajarin Leandre nembak!" Lysander memukul samsak di hadapannya. Ia sudah melakukan hal itu sejak lima belas menit lalu. Peluh sudah membasahi seluruh tubuh dan kaos hitam yang di pakainya malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADAJIWA
Fiksi PenggemarMereka yang satu namun tak dipersatukan oleh takdir. Mereka yang seharusnya bersama namun tak dibiarkan bersama oleh waktu. Dan mereka yang berbahagia namun tak dibahagiakan oleh semesta dan segala isinya. Tentang ia dan ia yang tergores luka tanpa...