☘️ Íkosi pénte

1.1K 155 55
                                    

🍂🍂🍂

Arsen menghempaskan tubuh seorang pria yang wajahnya sudah berlumur darah tepat di hadapan Bharata yang sedang menikmati secangkir kopi hangatnya di—sepertinya ruang tengah—rumahnya malam itu.

Bharata tak terkejut sedikitpun dengan apa yang baru saja di lakukan Arsen. Justru Mario yang terkejut—pria itu berdiri tak jauh dari sofa yang di duduki Bharata—dengan apa yang dilakukan Arsen.

"Mario, kamu tidak memberitahu saya kalau malam ini kita kedatangan tamu istimewa?" Bharata menatap Arsen dengan sebuah senyum sinis. Tak peduli pada salah satu anak buahnya yang berhasil terluka karena pria di hadapannya itu.

"Maafkan saya, Tuan." Mario tampak gugup namun kedua mata elangnya tengah sibuk menyapu pandangan. Seakan tengah memindai semua orang yang ada di ruangan tersebut.

"Selamat malam, Tuan Bharata." Arsen menyapa dengan nada tak kalah sinis. Ada Mikolas di sisinya. Pun Alistaire yang berdiri di belakang Mikolas.

Bharata lantas beranjak dari duduknya. "Mario, sepertinya ada tamu yang jauh lebih istimewa dibelakang sana." pria itu menyadari keberadaan Alistaire. Tak mengindahkan sapaan Arsen.

Mario berhasil menemukan Alistaire yang membalas tatapannya. Sedikit banyak ia mengetahui tentang anak itu meski hanya melalui sebuah foto. Namun ia tak menyangka kalau Alistaire sungguh seperti putri Tuan-nya, Raena Maula Bharata. Terlihat sangat mirip dengan sepasang mata rusa milik putri kesayangan Bharata.

"Halo, little Raena?" Bharata berjalan hendak mendekati Alistaire yang kini tengah menatapnya.

"Berhenti." langkah Bharata terhenti ketika suara Arsen menginterupsinya dengan lantang.

"Mario, saya tidak berbohong, kan? Anak ini benar-benar mirip sekali dengan Raena." Bharata mengabaikan Arsen dan kembali bicara pada Mario.

Mario mengangguk setuju untuk pertanyaan Bharata. Ia sungguh takjub dengan remaja yang datang bersama Arsen dan Mikolas tersebut. Sungguh seperti melihat Raena.

Bharata kembali menatap Arsen yang berada beberapa langkah di hadapannya. Lantas menyapu pandangan ke seluruh penjuru ruangan tersebut. Beberapa anak buahnya sedang saling menodongkan senjata dengan beberapa anak buah Arsen. Suasananya jadi terasa lebih menyenangkan dibandingkan dengan beberapa menit lalu. Ia sudah memprediksi kedatangan Arsen ke rumahnya itu. Tapi ia tak menyangka Arsen akan datang secepat ini.

"Itu berarti kamu menginginkan kematian secepatnya." ujar Bharata menatap bengis Arsen yang menatapnya tak gentar. Sejak dulu, ia selalu membenci tatapan angkuh tersebut.

Arsen berdecih. "Saya datang kesini bukan untuk mati, Tuan. Saya datang untuk merebut kembali milik saya yang telah Anda rampas tanpa ampun." katanya.

Bharata tertawa dan hal itu membuat Alistaire menatapnya sebal. "Saya sungguh takjub dengan kegigihan kamu, Arsenio." pujinya.

Alistaire terdengar berdecih di belakang Mikolas. Anak itu sungguh tak menyangka betapa menakutkannya pria yang sedang berhadapan dengan ayahnya. Dan sialnya, pria itu adalah ayah dari ibunya. Yang itu berarti pria itu adalah kakeknya. Sungguh luar biasa, ia memiliki dua orang kakek yang sangat menyeramkan. Ia pikir kakeknya adalah manusia paling menakutkan di muka bumi. Ternyata kakeknya yang lain jauh lebih menakutkan dibanding apapun di muka bumi.

SADAJIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang