🍂🍂🍂
"Demi Tuhan, gue nggak mimpi, kan?" Felix, teman sebangku sekaligus sahabat Alistaire, menatap tak percaya sosok yang kini duduk di kursinya dengan senyum merekah menyambut kedatangannya di kelas.
"Ah, males. Lo kelewat drama." sosok yang beberapa detik lalu masih tersenyum merekah itu segera menghapus seketika senyumannya.
"Alis ini gue serius, gue khawatir banget sama keadaan lo." remaja keturunan Belanda tersebut lantas mengambil duduk disebelah sahabatnya itu.
"Gue gapapa, Felix. Gue udah bilang sama lo kemarin kalau gue baik-baik aja. Jangan berlagak amnesia!" Alistaire mencebik. Pasalnya, baru kemarin ia memberi kabar pada Felix mengenai keadaannya yang sudah membaik setelah insiden beberapa hari lalu.
"Gue nggak percaya kalau nggak bisa melihat langsung dengan mata kepala gue sendiri," tandas Felix bersikeras. Beberapa hari lalu ia melihat betapa kacaunya kondisi Alistaire. Melihatnya sudah kembali membaik seperti sedia kala tentu saja membuatnya terharu dan bahagia bukan main.
Alistaire lantas merotasikan bola matanya sebal. "See?" ia lantas merentangkan kedua tangannya. "Gue baik-baik aja, Felix!" katanya penuh penekanan.
Felix refleks memeluk sahabatnya itu dengan penuh suka cita. Tak peduli jika setelahnya ia akan mendapat pukulan luar biasa dari sahabatnya itu. Ia hanya sedang berusaha mengekspresikan perasaannya saat ini.
"Jadi, kapan kita camping?" alih-alih memukul Felix, Alistaire malah bertanya hal acak secara tiba-tiba dan tak terprediksi.
Felix melepaskan pelukannya dan menatap serius Alistaire. "Gue cuma asal ngomong kemarin kenapa di seriusin sih?" sengitnya.
"Halah, nggak usah alibi. Lo juga sebenernya pengen, kan?" sergah Alistaire penuh seringaian.
"Terakhir kapan ya?" Felix tampak berpikir.
"Beberapa bulan lalu nggak sih? Kalau nggak salah pas liburan kenaikan kelas?" tebak Alistaire.
Felix menjentikkan jarinya dengan mulut terbuka lebar. "You got it," katanya sumringah. "Demi Tuhan, gue masih aja kesel kalau inget betapa menyebalkannya Haris yang merengek minta diajak!" decihnya.
"Tapi akhirnya lo ajak," sambar Alistaire.
"Nggak tega kalau ditolak," Felix menggedikkan bahunya acuh tak acuh.
"Jadi kapan?" Alistaire bertanya kemudian. Ada nada tak sabaran di balik pertanyaannya itu.
"Bareng anak pecinta alam aja. Gue denger mau hiking gitu dalam waktu dekat. Proposalnya lagi di proses gitu deh." jawab Felix. Ia bisa merasakan rasa rindu di nada bicara Alistaire ketika membahas hal tersebut.
Alistaire manggut-manggut mengerti. "Boleh juga," katanya.
"Gue mesti laporan dulu dong ke Papi sama Mami?" tanya Felix yang segera di angguki Alistaire.
"Tapi, menurut gue, lo ajak aja deh si Haris dari sekarang, gue nggak mau ada drama season dua. Please, gue mohon banget sama lo, Felix." Alistaire sungguhan memohon untuk yang satu ini.
"Easy peasy," sahut Felix.
"Lagian sebenernya lo tuh temennya Haris atau temen gue sih? Perasaan kalau kemana-mana lo lebih sering sama Haris daripada sama gue yang udah jelas temen sebangku lo dan sahabat lo!" decih Alistaire. Lantas berdecak sebal. Ia mengatakan fakta yang ada di lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADAJIWA
FanfictionMereka yang satu namun tak dipersatukan oleh takdir. Mereka yang seharusnya bersama namun tak dibiarkan bersama oleh waktu. Dan mereka yang berbahagia namun tak dibahagiakan oleh semesta dan segala isinya. Tentang ia dan ia yang tergores luka tanpa...