🍂🍂🍂
Lionel kembali menemui Lysander setelah mendapat pengobatan untuk luka-lukanya sesuai perintah Raena tadi. Ia duduk di sisi Lysander yang masih tampak terlelap dengan nassal canula yang membantu pernapasannya. Ia pandangi wajah pucat pasi tersebut dengan tatapan sendu.
"Leandre, saya hampir mati tadi." batin Lionel. Pasalnya, ia dipukuli secara membabi-buta oleh Mario atas perintah Bharata. Padahal Nyonya Bharata sudah bersikeras ingin melindunginya demi Lysander. Tapi Bharata sungguh tak memiliki ampun untuknya. Hingga akhirnya, Arsen-lah yang berhasil menyelamatkannya.
"Are you ok?" Mikolas yang duduk bersama Alistaire di sofa yang ada di kamar Lysander itu bertanya pada Lionel. Sofa yang berada tak jauh dari tempat tidur Lysander.
Lionel menoleh menatap Mikolas lantas mengangguk. "Apa yang dilakukan Tuan Bharata sampai membuat Leandre seperti ini?" ia bertanya kemudian.
"Apa Tuan Bharata selalu bersikap seperti itu terhadap Leandre?" Mikolas malah bertanya alih-alih menjawab pertanyaan Lionel.
"Lo kaget?" tanya Lionel. "Apa Tuan Sadajiwa tidak berlaku sama terhadap Keandre?" tambahnya dengan dahi berkerut menatap Mikolas.
"Hanya kepada Ayah." itu Alistaire yang menjawab pertanyaan Lionel.
Lionel dan Mikolas saling pandang. Hingga perhatian Lionel teralihkan ketika tangan di genggamannya bergerak. "Leandre, saya capek." keluhnya segera ketika ia dapati Lysander telah membuka matanya dan memandanginya sembari tersenyum tipis.
"Leandre juga," sahut Lysander dengan suara sedikit serak.
Mendengar suara Lysander, Mikolas dan Alistaire segera bangkit dari sofa untuk mendekati remaja yang akhirnya berhasil membuka matanya itu.
"Apa yang Tuan Bharata lakukan terhadap Leandre?" Lionel bertanya.
Lysander tampak enggan memberi jawaban untuk pertanyaan Lionel. Apalagi setelah ia berhasil menyadari begitu banyak luka memar dan kemerahan di wajah Lionel. Ia yakin semua itu pasti ulah kakeknya. Dibandingkan Lionel, luka yang ia terima dari kakeknya tak begitu buruk. Ia bersyukur Lionel adalah sosok yang kuat dan mampu menahan seluruh rasa sakit yang diberikan kakeknya. Tidak seperti dirinya yang mudah sekali tumbang meski hanya di terpa tiupan angin.
"Leandre..." desak Lionel.
"It's ok." sahut Lysander. "Efeknya nggak begitu buruk." katanya. Padahal sumpah demi Tuhan, pukulan kakeknya tadi benar-benar sakit bukan main.
Lionel berdecih. "Berhenti keras kepala," katanya.
"Tapi Leandre nggak akan meminta Om Lionel berhenti melindungi Leandre." sahut Lysander dengan sebuah senyum tipis.
Lionel ikut tersenyum. "Leandre jelas tahu apa hukuman yang akan saya terima kalau saya berhenti melindungi Leandre." katanya.
Lysander lantas mengangguk. Pandangannya lantas teralihkan pada sosok Alistaire dan seorang pria yang asing baginya—Mikolas. "Lo masih disini?" tanyanya.
"Gue memang harus disini." sahut Alistaire acuh tak acuh.
"Om Lionel, tidak terjadi hal lainnya, kan?" Lysander kembali menatap Lionel.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADAJIWA
FanfictionMereka yang satu namun tak dipersatukan oleh takdir. Mereka yang seharusnya bersama namun tak dibiarkan bersama oleh waktu. Dan mereka yang berbahagia namun tak dibahagiakan oleh semesta dan segala isinya. Tentang ia dan ia yang tergores luka tanpa...