🍂🍂🍂
"Raena, berhenti membuatku khawatir." Arsen menatap lekat wanita di hadapannya yang tengah sibuk menekan-nekan pipinya dengan es yang sudah dibungkus dengan sebuah handuk kecil.
"Kamu juga selalu membuatku khawatir, Arsen." Raena balas menatap Arsen.
"Bagaimana bisa Tuan Bharata memperlakukan putrinya sendiri seperti ini?" Arsen menghela napas kasar. Ikut merasa nyeri kala menatap salah satu pipi Raena yang lebam berkat perlakuan ayahnya sendiri.
Raena menyudahi kegiatannya. Mengembalikan handuk berisi es tersebut ke dalam wadahnya. Lantas ia menatap lekat pria di hadapannya. "Arsen, kamu nggak lupa siapa Papaku, kan?" kemudian tersenyum. "Ini belum seberapa. So, nggak masalah." katanya.
Arsen langsung melesat meninggalkan kantornya ketika mendengar Raena pulang dengan pipi lebam. Apalagi ia tahu Raena usai mendatangi ayahnya. Tanpa memikirkan apapun ia segera mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.
"Bagaimana?" Raena menunjukkan pipinya yang lebam. "Sudah terlihat lebih baik?" tanyanya. "Aku nggak mau kalau sampai Keandre dan Leandre menyadarinya." katanya dengan nada khawatir.
Arsen mengangguk pendek. "Tuan Bharata ingin menemui kamu pasti karena aku, kan?" tanyanya kemudian.
"Tentu saja. Aku sendiri nggak menyangka kalau ternyata hidupku masih cukup menarik bagi Papa." sahut Raena tenang.
"Kamu bisa menolak menemuinya, Raena. Aku yang akan mengurus sisanya. Aku akan bertanggungjawab untuk semua yang aku katakan." ujar Arsen.
"Aku nggak mungkin menolaknya kalau keselamatan kedua putraku adalah taruhannya, Arsen." sanggah Raena.
Arsen menghela napas panjang. Bharata selalu menjadi satu-satunya kekhawatiran terbesar bagi Arsen. Pun bagi Raena. Bharata bisa melakukan apapun untuk menghentikan semua hal yang tak di sukainya. Dan permintaannya tentang kembali menikahi Raena ternyata berhasil menyulut kembali emosi pria bengis itu. Hingga pria itu rela datang jauh-jauh untuk menemui putrinya. Membantah keinginan Arsen yang ingin menikahi Raena. Bharata selalu seperti itu sejak dulu.
"Kita bisa menikah sekarang juga jika diperlukan," ujar Arsen kemudian dengan santainya.
"Jangan gila kamu, Arsen!" cerca Raena dengan kedua mata membulat karena terkejut. Ia tak menyangka Arsen malah membahas hal tersebut.
"Kamu pun gila, Raena. Bagaimana bisa kamu mengatakan hal seperti itu di hadapan Tuan Bharata?" Arsen mendengus.
"Aku sengaja membuat Papa kesal." sahut Raena enteng. "Papa juga sudah membuatku kesal karena menolak keinginanku untuk kembali menikah dengan kamu." katanya yang juga mendengus sebal.
"Itukah alasannya kamu di perlakukan seperti ini?" dahi Arsen mengerut menatap Raena.
"Tanpa perlu mengatakan apapun, Papa akan selalu kesal dan marah, Arsen." sanggah Raena. "Kamu berpikir aku serius ketika aku mengatakan akan menikah dengan kamu sekarang juga?" tanyanya penuh seringai.
"Tentu saja. Lebih cepat akan lebih baik. Aku benci menunda sesuatu yang aku sukai." Arsen acuh tak acuh.
Raena tergelak dan setengah tersipu dengan ucapan Arsen. Pria di hadapannya itu masih saja selalu berhasil membuatnya tergila-gila. Apapun yang Arsen katakan. Apapun yang Arsen lakukan. Semuanya akan selalu membuat Raena menggila.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADAJIWA
FanfictionMereka yang satu namun tak dipersatukan oleh takdir. Mereka yang seharusnya bersama namun tak dibiarkan bersama oleh waktu. Dan mereka yang berbahagia namun tak dibahagiakan oleh semesta dan segala isinya. Tentang ia dan ia yang tergores luka tanpa...