🍂🍂🍂
"Papa?" Arsen mendapati Sadajiwa berdiri di depan ruang ICU. Seorang diri disana menatap daksa Lysander yang masih belum sadarkan diri sejak semalam.
Arsen berjalan mendekat dengan langkah ragu. Seraya melirik arloji di lengan kirinya, Arsen lantas berdehem pelan. "Untuk apa Papa ada disini?" tanyanya kemudian.
Pria bernama Sadajiwa tersebut lantas menoleh menatap Arsen namun tak mengatakan apapun.
"Arsen tidak akan bertanya darimana Papa tahu kalau Arsen ada disini. Arsen hanya akan bertanya untuk apa Papa ada disini?" Arsen bertanya kembali dengan nada tak sabaran.
Arsen bersyukur, beberapa menit lalu Raena dan Alistaire baru saja diantarkan pulang oleh Mikolas agar dapat beristirahat. Dan Lionel sedang ia perintahkan untuk sarapan karena sejak semalam pria itu belum menyentuh makanan dan minuman apapun karena terlalu khawatir dengan keadaan Lysander.
"Tentu saja ingin melihat bagaimana keadaan..."
"Leandre mungkin tidak ingin mendapat kunjungan dari Papa. Anak itu bahkan tidak pernah diberi kesempatan untuk mengenal siapa kakeknya." sela Arsen cepat. Mendengar suara sang ayah saja membuat emosinya seperti tersulut.
"Sombong sekali kamu, Arsen. Anak itu bahkan sepertinya belum bisa menerima kamu sebagai ayahnya." decih Sadajiwa dengan senyum mengejek. "Kenapa kamu selalu bersikeras berada disisinya? Anak itu bahkan mungkin sangat membenci kamu." katanya dingin.
"Ya, semua berkat Papa." balas Arsen. "Papa yang telah membuat Arsen akhirnya dibenci oleh Leandre." katanya tak kalah dingin.
"Kamu masih saja berpikir seperti itu?" Sadajiwa terdengar terkekeh kecil.
"Bukankah Papa dan Tuan Bharata sama saja? Baik Papa maupun Tuan Bharata memiliki andil besar dalam kehancuran hidup Arsen dan Raena." sinis Arsen.
"Dengar, Arsenio, Papa tidak seburuk Bharata." balas Sadajiwa dengan tatapan nyalang menatap Arsen.
"Seharusnya Papa tidak melakukan apapun kala itu. Seharusnya Papa bertindak layaknya seorang ayah untuk Arsen. Tapi nyatanya, Papa tidak pernah bisa bersikap layaknya seorang ayah untuk Arsen. Sedikitpun!" Arsen menekan setiap kata dalam kalimatnya.
Sebuah tamparan mendarat di salah satu pipi Arsen. Cukup keras dan menyakitkan. Dan Arsen sudah tak bisa lagi untuk terkejut akan hal tersebut. Meski kedua pipinya terasa memanas dan sedikit kaku, ia masih bisa menyunggingkan sebuah senyum sinis.
"Dimana Keandre?" tanya Sadajiwa kemudian.
Arsen enggan memberi jawaban. Ia hanya diam membisu menatap pria di hadapannya. Tak akan ia biarkan Sadajiwa tahu dimana keberadaan Alistaire.
"Arsenio!" Sadajiwa membentak cukup keras.
"Sudah cukup, Papa. Sudah cukup untuk segala hal rumit yang Papa dan Tuan Bharata ciptakan." nada bicara Arsen sedikit lebih rendah dari sebelumnya. Ia sedikit memohon.
"Keandre nggak akan mau menemui Papa. Papa jelas tahu betapa Keandre tidak menyukai Papa sebagai kakeknya." timpal Arsen dingin.
"Itu hanya pendapat kamu, Arsen." balas Sadajiwa masih bersikeras.
Arsen mengepal kedua tangannya kuat-kuat. Kedua matanya sudah memanas menahan amarah. "Papa bisa berhenti sekarang. Berhenti merecoki hidup Arsen. Berhenti mengusik Keandre. Biarkan kamu hidup sebagaimana mestinya." katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADAJIWA
FanfictionMereka yang satu namun tak dipersatukan oleh takdir. Mereka yang seharusnya bersama namun tak dibiarkan bersama oleh waktu. Dan mereka yang berbahagia namun tak dibahagiakan oleh semesta dan segala isinya. Tentang ia dan ia yang tergores luka tanpa...