🍂🍂🍂
Lysander mendapati ibunya tengah duduk di sofa ruang tengah rumahnya malam itu. Asik dengan majalah fashion-nya dengan sebuah tablet dan laptop di atas meja. Pasti ibunya itu sedang sibuk sampai tak menyadari kedatangan dirinya dan Lionel.
"Malam, Nyonya." sapaan Lionel berhasil mengalihkan atensi Raena dari majalah di pangkuannya.
"Kalian sudah pulang?" Raena lantas menutup majalahnya kemudian beranjak dari duduknya.
Lysander dan Lionel mengangguk bersamaan. "Bunda sibuk?" tanya Lysander seraya melirik meja yang terlihat sedikit berantakan itu.
Raena menggeleng. "Cuma lagi review-review pemotretan sebelumnya aja." jawabnya.
Lysander lantas manggut-manggut mengerti.
"Dokter Carlo bilang apa?" tanya Raena kemudian. Ia tahu putranya itu baru kembali dari rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan rutin untuk jantungnya.
"Kalau Leandre yang jelasin Bunda mau percaya nggak? Atau biar Om Lionel aja yang jelasin?" tanya Lysander.
Raena lantas mengacak pelan rambut putranya itu. "Bunda pengen dengar dari Leandre aja." katanya sembari tersenyum.
"Ok," Lysander lantas mengajak ibunya itu untuk duduk. "Om Lionel, Leandre minta tolong buatin teh lemon buat Bunda ya?" katanya pada Lionel yang masih berada disana.
"Ok." sahut Lionel. "Leandre mau apa biar sekalian?" tanyanya.
"Air mineral aja," sahut Lysander bersamaan dengan Raena yang duduk di sebelahnya.
"Ok," Lionel lantas bergegas melaksanakan perintah Lysander dan meninggalkan tempat itu.
Lysander lantas menatap ibunya. "Nggak ada yang perlu di khawatirkan, Bunda. Leandre baik-baik aja. Cuma pemeriksaan biasa sekaligus ambil obat. Kemarin obat Leandre hilang nggak tahu dimana." jelasnya lantas tersenyum.
"Bunda nggak mau lagi ya denger obat Leandre hilang atau lupa disimpan dimana. Pokoknya nggak boleh begini lagi. Ok?" tandas Raena.
Lysander mengangguk lantas menyandarkan tubuhnya di sofa setelah meletakkan obatnya di meja. Ia lelah. Hari Minggu-nya ia gunakan untuk berolahraga dan menemani ibunya menemui beberapa relasi bisnisnya sekaligus menikmati makan siang bersama. Dan setelahnya ia harus mendatangi rumah sakit bersama Lionel untuk melakukan pemeriksaan rutin sekaligus menebus obat karena obatnya hilang.
"Maaf ya, Sayang." Raena menatap putranya yang tampak lelah itu.
"Buat apa, Bun?" tanya Lysander.
"Bunda nggak bisa menemani Lean ke rumah sakit. Bunda juga udah menyita waktu Lean seharian ini. Capek ya?" Raena mengusap lembut kepala putranya itu.
"Tapi Leandre menikmati waktu sama Bunda. Kapan lagi seharian jalan-jalan di mall terus makan siang sama Bunda? Jarang banget bisa begitu." sambut Lysander dengan senyum mengembang.
Raena ikut tersenyum dengan hati menghangat. Tuhan memang benar-benar baik karena memberinya sosok putra luar biasa seperti Lysander. Setidaknya ia bersyukur, meski tanpa Arsen di sisinya, ia masih bisa membesarkan Lysander dengan baik tanpa kekurangan apapun. Mungkin yang kurang hanyalah keutuhan sebuah keluarga. Putranya belum mendapatkan kehidupan keluarga yang utuh. Dan itu yang selalu Raena sesali. Kedua putranya hidup dalam keluarga yang hancur dan berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADAJIWA
FanfictionMereka yang satu namun tak dipersatukan oleh takdir. Mereka yang seharusnya bersama namun tak dibiarkan bersama oleh waktu. Dan mereka yang berbahagia namun tak dibahagiakan oleh semesta dan segala isinya. Tentang ia dan ia yang tergores luka tanpa...