☘️ Dekaoktó

1.6K 171 43
                                    

🍂🍂🍂

Sadajiwa sungguh ingin memberi tepuk tangan meriah untuk pria bengis di depannya yang tak lain adalah Bharata, berkat kekacauan besar yang telah di perbuatnya hingga melibatkan beberapa anak buahnya. Salah satu orang yang sejak dulu senantiasa mengusik hidupnya. Terutama sejak ia pernah menghina Raena, putri dari pria dengan latarbelakang mengerikan tersebut. Bharata seperti tak pernah membiarkan hidupnya tenang.

"Anda benar-benar hampir membunuh cucu Anda sendiri, Tuan." Sadajiwa meletakkan gelas berisi wine yang baru saja di tenggaknya sampai tandas.

"Keandre? Tidak, dia bukan cucu saya." sambut Bharata tenang menatap Sadajiwa di hadapannya.

Pub tersebut cukup tenang. Tentu saja, hanya ada Sadajiwa dan Bharata disana. Berikut beberapa anak buah mereka yang berjaga di seluruh penjuru tempat tersebut. Sadajiwa sengaja menyewa tempat tersebut untuk menemui pria seperti Bharata.

"Wajahnya bahkan sepenuhnya seperti putri Anda, Tuan." Sadajiwa terkekeh pendek.

Bharata berdecih. "Seharusnya saya benar-benar menembak kepala putra Anda." katanya.

"Percuma saja. Leandre sudah berhasil bersitatap dengannya. Anda terlambat, Tuan." ejek Sadajiwa.

Bharata tersenyum tipis dan sedikit getir. "Saya berharap Anda tidak melupakan apa yang sudah Anda lakukan tadi, Tuan. Anda hampir membuat jantung Leandre berhenti berdetak dan itu konyol!" decaknya.

Bharata benar-benar ingin membunuh pria di hadapannya itu karena telah berani memerintahkan salah satu anak buahnya untuk melepaskan sebuah tembakan tadi di rumah sakit. Tembakan kuat tersebut berhasil menimbulkan kekacauan luar biasa. Buruknya, tembakan tersebut berhasil membuat Lysander syok berat. Kondisinya kritis sekarang di ruang ICU.

"Saya perlu melakukan hal tersebut demi menyelamatkan putra dan cucu saya, Tuan." Sadajiwa tersenyum miring seakan tak peduli dengan apa yang terjadi pada Lysander yang juga cucunya sendiri.

"Tuan, saya bisa membunuh detik ini juga jika saya mau." Bharata mengeluarkan pistol dari saku jas mewahnya. "Hal yang mudah," katanya.

Sadajiwa berdehem demi menatap senjata api di atas meja. Tak menyangka kalau lawan bicaranya sekarang sungguhan membawa senjata. "Anda tidak bisa mengancam saya," katanya tak gentar.

"Tentu saja Anda tahu saya tidak mengancam sama sekali," sahut Bharata. "Anda telah melakukan hal paling konyol yang tidak akan pernah bisa saya terima begitu saja. Bukankah sudah pernah saya peringatkan untuk jangan pernah membuat milik saya terusik?" ia tersenyum sinis dan mengerikan.

"Saya hanya sedang berusaha menjadi seorang Kakek yang baik bagi Leandre." tutup Bharata.

"Anda seharusnya mengerti alasan saya melakukan hal konyol seperti tadi, Tuan." sambar Sadajiwa. Ia juga tengah berusaha menjadi kakek yang baik bagi Alistaire.

"Tidak. Anda hanya sedang berusaha membuat saya terpancing. Anda hanya sedang berusaha mengusik saya. Dan Anda hanya sedang berusaha mengancam saya. Padahal Anda jelas tahu saya tidak takut pada apapun." Bharata menyesap rokoknya yang sempat ia abaikan selama beberapa menit.

"Meski saya harus membunuh Raena didepan Anda, Tuan?" seringai Sadajiwa.

"Lakukan saja." Bharata terkesan tak peduli.

"Wah, Anda sungguh seorang Ayah yang baik." sarkas Sadajiwa.

Bharata tak peduli dengan ucapan Sadajiwa. Ia menambahkan, "Anda harus menghukum Mikolas karena telah gagal menembak kepala Raena." katanya.

"Kalau begitu bisakah saya menghukum Anda karena telah gagal membunuh Arsen? Atau menghukum Anda karena telah gagal menghentikan putri Anda sendiri?" Sadajiwa tentu tak akan kalah dalam hal ini.

SADAJIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang