SATU

3.3K 167 161
                                    

Lantunan nada dering dengan volume penuh meriuhkan ruang tamu. Kurang lebih lima belas detik, nada dering pesan masuk itu berbunyi. Suaranya sangat nyaring dan cukup bikin kepala pening. Rasanya, puteri tidur juga akan bangun dengan muka kesal jika mendengar nada itu.

"Biar kedengeran" jawab seorang perempuan yang muncul dari dapur. Karena itu, beliau memilih nada dering yang kencang lagi berdurasi panjang.

"Mami kebiasaan, jawab telponnya lama" seorang anak perempuan yang sedang mengerjakan tugasnya langsung menggerutu.

"Ya orang Mami lagi di Dapur ga kedengeran"

"Ya Tuhan itu suaranya udah kenceng banget padahal kaya orang mau konser" anak sulung dari perempuan tadi kembali menggerutu, ia tak habis pikir bagaimana bisa si Ibu tidak mendengar suara yang begitu nyaring.

Tapi anak sulung itu kembali fokus kepada buku-buku yang ia simpan di atas meja, tugas-tugas yang menumpuk harus ia selesaikan secepatnya. Tapi terkadang kondisi rumah tak memberikan dukungan penuh agar ia bisa tenang dan fokus menyelesaikan tugasnya. Seperti saat ini, dengan ponsel yang masih menempel di telinganya, sang Ibu mulai mengganggu konsentrasi sang anak, ia terus mencolek bahu sang anak agar menoleh ke arahnya.

"Kaka kaka"

"Apa sih Mi?"

"Beliin dulu santan sama bumbu kari ke Indomaret cepetan"

"Ih Mami aku lagi ngerjain tugas juga"

"Iya loh Bu, kemarin juga anak saya sempet flu parah makanya ga sekolah" perempuan itu kembali berbicara dengan lawan bicaranya di telpon.

"Kak Chika, cepetan beliin dulu"

"Suruh Chirsty dulu sih Mi"

"Adek kamu lagi mandi, cepetan ah nanti Papi kamu keburu pulang makanan belum jadi loh" Aya kembali menjauhkan telponnya.

"Hadeeeeeh yaudah mana uangnya?"

"Nih nih, itu ada kembaliannya loh ya"

"Iya Mi ya ampun takut bener, aku mau es krim ya"

"Kak Chikaaaaaaa, aku juga mau es krim" suara si bungsu terdengar dari kamar mandi.

"Apa sih Kiti denger aja"

"Aku mau es krim juga Kak yang rainbow, awas jangan lupa"

"Ga mau" timpal Chika yang kini mulai berjalan ke luar rumah.

"Kak Chikaaaaaaaaa"

"Udah Adek mandinya cepetan De, itu sabun jangan dibuang-buang bikin busa di ember lagi ah De" Aya yang sudah mematikan sambungan telponnya langsung memperingatkan si bungsu.

Sementara itu Chika si anak sulung kini sudah mengayuh sepedanya menuju mini market untuk membeli barang-barang yang diperintahkan sang Mami. Ia terkadang kesal saat Maminya selalu menyuruhnya seperti ini, tapi apa boleh bikin ia akan tetap melakukannya karena jika tidak Aya akan mengomel hingga mulutnya berbuih. Tapi kebiasaan Chika memanglah selalu memancing sang Mami untuk mengomel.

"Eh tadi Mami Aya nyuruh beli apaan ya? Bumbu rendang apa bumbu kari sih? Eh apa bumbu opor ya? Hadeh mana ga bawa hape lagi" Chika terlihat bingung di depan rak berisi bumbu-bumbu dapur, ia tiba-tiba lupa pesanan Maminya tadi.

"Ah bumbu opor deh kayanya, udah lah bumbu opor nih pasti" ucap Chika seraya mengambil bumbu kari dan juga santan.

Sesungguhnya yang membuat Chika bahagia jika diminta Maminya berbelanja adalah ia bisa memilih jajanan dengan uang yang diberikan Maminya itu. Seperti halnya saat ini, Chika terlihat mengambil beberapa jajanan termasuk juga es krim untuknya dan juga sang adik. Entahlah kenapa Chika lebih ingat pesanan sang Adik dibandingkan pesanan Maminya. Bahkan hingga ia kembali ke rumah dan menyerahkan barang bawaannya pada Aya, ia tak sadar sama sekali jika pesanan Aya salah.

After RainWhere stories live. Discover now