DUA PULUH TIGA

657 108 173
                                    

Bandung

Sudah seminggu Chika benar-benar terlihat murung, ia lebih banyak menghabiskan waktu di kamar dibandingkan berkumpul bersama keluarganya. Tak jarang juga dia akan menangis semalaman jika sudah benar-benar kesal saat Mirza sulit sekali dihubungi. Sekalipun bisa dihubungi, maka ia hanya akan bisa berbicara sebentar, setelahnya ia akan pamit untuk kembali mengerjakan tugasnya. Terkadang Chika berpikir, sesulit apa menjalani perkuliahan di MIT sampai Mirza merelakan banyak waktunya tersita. Tak hanya untuk Chika, Mirza juga melupakan waktu untuk dirinya sendiri. Seringkali ia lupa makan, tidur hanya tiga jam sehari, hingga tak jarang ia harus kelelahan.

"Kak, ada Vio tuh di depan"

"Hah? Siapa Mi?"

"Vio, sekalian ambil cake pesenan dia"

"Oh yaudah"

"Kok yaudah? Itu dia nungguin kamu katanya ada perlu"

"Yaudah bentar" Chika sesungguhnya malas untuk beranjak dari tempat tidurnya, tapi ia lebih malas jika harus mendengar ocehan Maminya.

"Hai Chik"

"Beli cake buat apaan sih lu?"

"Buat ultah si Indah lah"

"Astaga gue lupa dia besok ultah ya, sorry sorry"

"Lagi sibuk ga?"

"Kenapa?"

"Gue belum beli kado nih, mau nemenin ga sih?"

"Beli kado kemana?"

"PVJ aja gimana? Mau ga?"

"Haduh macet Kak pasti malam minggu gini"

"Tadi sih ga terlalu macet, mau ga?"

Chika terdiam sejenak, ia harus berpikir panjang untuk urusan ini. Mengingat history Vio yang pernah mendekatinya, Chika ragu jika harus pergi dengannya. Tapi di lain sisi ia sadar jika kini Vio adalah pacar sahabatnya sendiri. Rasanya tak mungkin jika Vio masih menyimpan hati untuknya.

"Gue izin Mami dulu deh"

"Yaudah izin aja sekalian sama Bokap juga"

"Bokap gue ga ada lagi dinas"

"Oooh ok" Vio mengangguk lega, selama ini memang hanya Boby lah yang ia takuti.

"Yaudah lu duduk dulu deh" Chika mempersilakan Vio untuk duduk di kursi yang ada di teras rumahnya.

Keberuntungan berpihak pada Chika kali ini, ia akhirnya keluar dari rumahnya dengan membawa tas kecil serta sudah mengenakan sepatunya. Aya juga kali ini mengizinkan karena memang Chika meminta izin untuk bisa membeli hadiah ulang tahun Indah.

"Mi Chika pergi dulu ya"

"Tante saya pergi dulu ya, Chikanya dipinjem dulu"

"Pinjem pinjem emang barang, hati-hati Vio jam 9 maksimal udah di rumah ya"

"Ok siap Tante aman" Vio mencium tangan Aya sebelum ia dan Chika masuk ke dalam mobilnya.

Tak ada yang bisa mengabaikan wajah sumringah Vio hari ini, ia benar-benar terlihat bahagia ketika bisa pergi bersama Chika seperti ini. Bahkan senyuman juga tak hilang dari bibirnya sedari tadi. Menikmati Bandung di malam minggu bersama seseorang yang kita cintai memang menyenangkan.

"Hari ini cerah ya" ucap Vio ketika mereka berjalan di salah satu Mall yang ada di Kota Bandung ini.

"Iya tumben ga hujan"

"Langit ga hujan, tapi pipi lu hujan ga?" Chika langsung melirik Vio yang dengan lancang menanyakan hal itu.

"Mentang-mentang pacarnya deket ya lu ngejekin gue mulu heran"

After RainWhere stories live. Discover now