Chika terlihat sedang berdiri di balkon depan kelasnya yang berada di lantai 2, tangannya sedari tadi menahan dagunya dengan sikut yang bertumpu pada tembok pembatas. Memandangi Gita yang sedang duduk di pinggir lapangan bersama teman-temannya memang menjadi hal paling menyenangkan bagi Chika. Jatuh cinta semasa SMA memang terlihat begitu manis. Hal-hal yang membuat jatuh cinta juga biasanya sederhana, seperti cantik atau tampan, keren, atau hal-hal lainnya yang masuk akal. Mereka tidak akan jatuh cinta karena satu visi dan misi, karena nyambung saat deeptalk, atau hal-hal rumit yang biasanya dipikirkan oleh orang dewasa yang sudah berorientasi pada pernikahan.
Glek, Chika langsung menelan ludahnya ketika Gita tiba-tiba menangkat kepalanya dan melihat ke arah Chika. Tubuhnya terasa lemas dari ujung kaki hingga ujung kepala, jantungnya berdebar dengan begitu kencang. Tapi tatapan Gita pada Chika tak berlangsung lama, setelahnya Gita kembali asik mengobrol dengan teman-temannya.
"Dorrr" Seorang lelaki tiba-tiba mengejutkan Chika dari belakang dan berhasil.
"Eh ya ampun kaget" ucap Chika, belum selesai ia lemas karena ditatap Gita. Kini Vio membuatnya terkejut.
"Ngapain? Sendirian mulu"
"Ga ngapa-ngapain sih Kak"
"Istirahat gini lu ga makan"
"Udah makan tadi dibekelin Mami"
"Yaelah udah gede masih dibekelin aja, manja lu dasar anak Mami hahaha"
Chika langsung mengerutkan keningnya, ia bingung sendiri pada Vio. Kemarin lelaki ini tiba-tiba baik hingga mengantarnya ke kelas, tapi kali ini ia dengan begitu enak mengejeknya.
"Gapapa, makanan dari rumah lebih higienis dan Mami aku jago masak jadi enak"
"So higienis pula hahaha orang gila juga ga pernah sakit tuh makan sampah"
Chika mengepalkan tangannya seraya menghela nafas, sesungguhnya ia ingin sekali memukul Vio saat ini juga. Tapi ia tahu betul siapa lelaki itu, bisa panjang urusannya jika Chika benar-benar melakukannya. Akhirnya Chika memilih sabar dan tak memberikan perlawanan lagi.
"Ke kantin yuk"
"Engga deh Kak, udah makan juga"
"Yaudah temenin gue makan aja, ayo"
"Tapi Kak"
"Udah ayo" Vio langsung menarik tangan Chika menuju tangga agar mereka bisa turun ke kantin.
Adegan tersebut pada akhirnya menjadi pusat perhatian semua anak kelas satu dan kelas dua yang berada di lantai 3. Meskipun tak ada yang terang-terangan menatap ke arah mereka karena tak mau berurusan dengan Vio.
"Nah lu duduk aja biar gue yang beliin minumnya, lu mau minum apa?" Tanya Badrun pada Chika yang dipaksa duduk di bangku kantin.
"Kak ga usah deh beneran"
"Udah buruan mau minum apaan? Jus ya? Terserah gue berarti" Vio langsung berjalan menuju penjual minuman di kantin.
Kebersamaan Vio dan juga Chika benar-benar menjadi pusat perhatian orang-orang. Termasuk circle Flora yang saat ini melihat sinis ke arah juniornya. Sementara Chika sendiri saat ini terlihat gelisah karena menjadi pusat perhatian orang-orang.
"Fix mereka lagi deket ga sih?" Ucap Ariel si kompor.
"Fix banget, ga mungkin kalo ga deket makan berdua di kantin" timpal Dey yang tak kalah kompor.
"Lu kesel ya pasti?" Tanya Fiony pada Flora yang sedari tadi diam.
"Engga" jawab Flora singkat.
YOU ARE READING
After Rain
Romance"Akan ada pelangi setelah hujan, akan ada bahagia setelah tangis yang Panjang" Begitulah yang disampaikan oleh orang-orang, katanya akan selalu ada pelangi setelah hujan dan akan selalu ada kebahagiaan setelah tangis yang panjang. Setiap kehidupan m...