New York
Waktu di New York sudah menunjukan pukul 23.30, suasana di kediaman Shani dan keluarganya sudah benar-benar sunyi. Lampu-lampu di dalam rumah sudah dimatikan, setiap penghuninya sudah terlelap di atas tempat tidurnya masing-masing. Tapi diantara orang-orang yang terlelap itu, Chika masih terjaga. Sedari tadi ia berusaha untuk tertidur tapi usahanya selalu saja gagal. Perbedaan waktu 11 jam antara New York dan Jakarta di musim semi memang membuat Chika jet lag setengah mati. Ia kesulitan untuk tertidur meskipun langit di New York sudah gelap gulita, semua sistem di tubuhnya masih terbiasa dengan waktu Jakarta. Maka pada akhirnya saat suasana rumah sepi, Chika hanya sibuk memainkan ponselnya.
Kak Vio
Udah sampe ya Chik? Have fun ya di NY
Chik, gimana di NY?
Kamu makan apa di sana?
Wifinya bisa dipake kan?Tangan Chika berhenti di sebuah chat yang sedari kemarin belum sempat Chika baca. Meskipun tak sempat Chika baca, tapi Vio terus berusaha mengirimkan pesan dengan harapan Chika akan membalasnya.
Chika
Iya udah sampe, sorry baru bales Kak. Makan banyak, ga tau wifinya belum dicoba sihKak Vio
Loh belum tidur Chik? Di sana kan udah malem bangetChika
Ga bisa tidur, jet lag banget nih parahKak Vio
Pasti sih, terus sekarang lagi ngapain? Mau aku temenin telponan ga?Baru saja Vio berusaha untuk mencuri kesempatan agar bisa mengobrol dengan Chika, tapi ternyata usahanya harus gagal begitu saja saat Chika mendengar ketukan di pintu kamarnya.
"Iya bentar" Chika cepat-cepat bangkit dari tempat tidurnya dan langsung berjalan menuju pintu. Ia tak bisa menahan senyumnya ketika melihat Mirza berdiri di depan pintu kamar.
"Tetep ga bisa tidur ya?" Tanya Mirza, sesungguhnya mereka sedari tadi tetap chat meskipun hanya berbeda kamar.
"Ga bisa, udah aku matiin lampunya, udah merem juga tetep ga bisa"
"Minum dulu Chik, harusnya banyak minum air putih" Mirza memberikan botol yang sudah ia isi dengan air.
"Ya ampun makasih ya Mir, padahal aku nanti ambil sendiri aja"
"Biar kamu ga bolak-balik, kalo masih belum bisa tidur dan bosen di kamar ke luar aja Chik biar saya temenin"
"Kamu ga ngantuk emang?"
"Tadi siang pas kamu tidur, saya juga tidur kok. Jaga-jaga aja takut malemnya kamu ga bisa tidur, taunya bener hehe"
Chika kembali menelan ludah, sosok lelaki seperi Mirza benar-benar unreal rasanya. Ia begitu detail memperhatikan setiap hal dan membuat antisipasi sedemikian rupa untuk menghadapi hal tersebut. Siapa juga perempuan yang tidak meleleh diperhatikan seperti ini oleh lelaki yang ia kagumi.
"Yaudah kalo gitu, aku bosen juga di kamar. Mau sambil diskusi deh"
"Yaudah yuk di luar aja, sambil nonton TV"
"Ok" Chika mengangguk dan langsung menutup pintu kamarnya, sementara Mirza sudah terlebih dahulu berjalan ke ruang keluarga dan menyalakan televisi.
"Di sini tuh Bunda sama Ayah ga ngizinin ada TV di kamar, jadi TV cuma ada satu di sini aja"
"Biar di kamar ga nonton terus ya?"
"Iya, jadi kalo mau main game console juga di sini, suka main game ga?"
"Ga terlalu sih, tapi Adek aku suka. Dia punya Nintendo di rumah"
"Yaudah kita main nintendo aja ya, sambil nunggu kamu ngantuk"
YOU ARE READING
After Rain
Romance"Akan ada pelangi setelah hujan, akan ada bahagia setelah tangis yang Panjang" Begitulah yang disampaikan oleh orang-orang, katanya akan selalu ada pelangi setelah hujan dan akan selalu ada kebahagiaan setelah tangis yang panjang. Setiap kehidupan m...