EMPAT PULUH

1K 103 271
                                    

Bandung

Chika terduduk lemas di kursinya setelah sambungan telponnya dengan Mirza terputus. Permintaan maaf berulang kali Chika sampaikan pada Mirza seraya terisak. Chika tau jika Mirza memang sudah memaafkannya, tapi rasanya ia masih belum benar-benar tenang. Menyakiti Mirza seperti kemarin ternyat mengundang banyak rasa sakit masuk ke dalam kehidupan Chika. Ia kini paham apa itu hukum tabur tuai, ia sudah menabur rasa sakit pada Mirza dan akhirnya menuai sendiri rasa sakit itu.

Chika kini terlalu sedih untuk kembali mengingat tentang jarak yang ia bangun sendiri. Membuat hari-harinya menjadi penuh kepura-puraan belaka. Membuat tawa yang ia buat seolah menandakan dirinya baik-baik saja. Padahal, sebetulnya ia hampa. Sementara, jauh dalam perasaannya ia ingin kembali bersama Mirza seperti sedia kala.

"Loh? Kathrin di New York sekarang?" Chika tertegun ketika melihat postingan Kathrin di instagramnya dimana ia berfoto di depan Time Square dengan caption 'Hallo New York!'. Tanpa perlu berpikir panjang, Chika sudah mengerti siapa yang makan bersama Mirza tadi.

Mata Chika kini semakin terasa panas, rasanya benar-benar menyakitkan saat ia sadar bahwa sudah ada sosok perempuan lain yang mengisi kehidupan Mirza saat ini. Rasa cemburu, insecure dan kehilangan kini memenuhi perasaan Chika. Jika harus jujur tentu saja ia sangat cemburu melihat semua ini, lalu disusul oleh rasa insecure karena sosok perempuan itu adalah Kathrin, perempuan hebat yang memiliki privilege bisa menemui Mirza ke New York.

Manusia terkadang memang suka sekali mencari tahu sesuatu yang akan menyakiti perasaannya sendiri. Barangkali tidak mencari tahu tentang sesuatu adalah cara terbaik untuk menjauhi gundah. Membiarkan semuanya berjalan begitu saja, tanpa ekspektasi, tanpa andai-andai, dan menganggap semua biasa saja. Mengakui apapun yang kita hadapi adalah jawaban atas rasa salah yang kita lakukan atau sebagai ujian untuk menghadapi masa depan. Atau mungkin kita bisa belajar memaklumi bahwa yang begini, (hampir) pasti begitu. Bukan menyerah. Kita hanya membuka ruang-ruang itu kelak jika suatu hari tidak sesuai dengan kenyataan. Semacam menyiapkan kegagalan supaya kita tidak terlalu tenggelam dalam kepedihan.

Tapi Chika sepertinya tak kapok dengan melihat postingan Kathrin. Ia segera membuka instagram Shani dan ternyata di sana ia melihat postingan story instagram Shani yang sebentar lagi akan menghilang. Di sana Shani menunjukan jika dirinya sedang menjemput Kathrin dan keluarganya. Meskipun Mirza tak terlihat saat itu, tapi hal itu cukup membuat Chika meresa hancur. Apa yang ia dapatkan dulu, keluarga yang menyambutnya dengan begitu hangat saat di New York, kini sudah beralih menyambut perempuan lain.

"Telat kamu Chik, bodoh emang kamu Chika, bodoh!" Chika mulai mengutuk dirinya sendiri, ia merasa dirinya adalah perempuan paling tolol karena melepaskan lelaki sebaik Mirza hanya untuk lelaki brengsek seperti Vio.

Setelah melewati malam yang sangat melelahkan dan berkali-kali terbangun hingga akhirnya ia menelpon Mirza. Siang ini Chika sudah dijemput oleh Marsha dan Indah untuk melaksanakan rencana mereka semalam. Hari ini mereka akan menemui lelaki paling brengsek yang pernah mereka kenal. Berawal dari Indah yang menemukan Vio sedang jalan bersama seorang perempuan, ditambah informasi dari Marsha yang juga melihat Vio sedang bersama seorang perempuan di salah satu club malam yang ada di Bandung, mereka akhirnya sepakat untuk menemui Vio hari ini.

"Emang gila itu cowok beneran ga ada otak tau ga" ucap Marsha yang masih saja emosi.

"Lu ketemu dia lagi mgapain sih Sha?"

"Ya lagi party lah sama cewek"

"Yang gue tanya, lu kesana sama siapa? Lu party sama siapa nih?" Tanya Indah seraya memicingkan matanya.

"Ya adalah pokoknya"

"Pasti sama mantan lu kan? Balikan lah udah heran gue deket doang ga balikan"

"Santai dong sister, balikan sama mantan tuh ga semudah itu"

After RainWhere stories live. Discover now