Rintik hujan begitu setia membasahi langit Jakarta pagi ini. Chika yang hari ini kembali masuk sekolah langsung menutupi kepalanya dengan hoodie yang ia kenakan, sebelum ia berpamitan pada Boby yang memang setiap hari selalu mengantarnya. Hujan yang turun di pagi hari memang selalu membuat orang-orang malas untuk beraktifitas. Menarik selimut dan tertidur kembali jelas lebih menyenangkan dibandingkan beraktifitas di pagi hari yang sendu seperti ini.
"Kok ga semangat gitu Kak?"
"Hujan Pi, ngantuk aku jadinya"
"Hahahaha dasar, semangat dong. Nih Papi kasih ini deh biar semangat" Boby langsung mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan dan memberikannya pada Chika.
"Eh seriusan Pi? Ya ampuuuuun makasih Papi!" Chika langsung bersemangat dan cepat-cepat memasukan uang tersebut ke saku kemejanya. Ia juga langsung mencium pipi Papinya dan seketika semangatnya langsung bangkit.
"Giliran dikasih uang aja baru semangat Kak haha"
"Hahaha jelas dong Pi, Papi jangan bilang Mami tapi ya ngasih uang ke aku. Nanti disuruh titip Mami pasti"
"Haha iya iya engga, yaudah gih masuk dulu Kak"
"Ok Papi, dah Papi" Chika langsung mencium tangan Boby sebelum akhirnya ia turun dari mobilnya dan langsung berjalan menuju gerbang sekolahnya.
Belum sempat Chika menginjakan kaki di kelasnya, tiba-tiba saja ia dirangkul oleh Jesslyn dan juga Ariel. Mendapat 'sapaan' mendadak dari senior jelas membuat Chika terkejut setengah mati. Jelas seniornya gak mungkin tiba-tiba bersikap akrab seperti ini jika tidak ada masalah.
"Kenapa Kak?" Tanya Chika yang benar-benar terlihat panik setengah mati.
"Ikut kita dulu bentar" ucap Jesslyn yang kini langsung membawa Chika menuju area belakang sekolahnya.
"Emangnya ada masalah ya Kak?" Chika masih tak mengerti kenapa ia tiba-tiba diajak seperti ini.
Ternyata tak hanya Jesslyn dan Ariel yang menyeret Chika saat itu, di area belakang sekolah juga sudah ada Flora, Dey dan juga Fioni yang sudah menunggu dengan wajah yang sangat tak bersahabat. Hanya Dey sesungguhnya yang cukup terlihat santai dan sekilas tersenyum pada Chika. Sisanya terlihat menatap Chika dengan begitu tajam.
"Duduk lu" ucap Ariel yang langsung meminta Chika duduk di bangku taman.
"Ada apa Kak?"
"Duduk dulu, lu ngerti duduk ga sih?" Jesslyn langsung menaikan nada bicaranya.
"Iya Kak" ucap Chika yang akhirnya menuruti perintah seniornya itu. Ia duduk di bangku taman sementara seniornya berdiri dan menatapnya dengan tajam.
"Kemarin lo jalan sama si Badrun?" Tanya Jesslyn tanpa basa-basi
"Engga Kak, kemarin gue aja ga masuk sekolah karena sakit"
"Gue katanya haha" Ariel langsung mengompori seraya tertawa.
"Terus si Badrun ke rumah lu?" Flora akhirnya bersuara, ia melipat tangannya di dada dan masih menatap Chika dengan penuh kekesalan.
"Iya Kak, tapi gue juga ga tau sumpah dia tiba-tiba ke rumah. Kenapa ga tanya dianya aja ngapain dia ke rumah gue coba" Chika mulai terlihat kesal, menurutnya ini gila. Bagaimana bisa seniornya itu marah padanya untuk hal yang tak masuk akal, seharusnya Vio lah yang ditegur karena Chika sendiri tak pernah meminta Vio untuk datang ke rumahnya.
"Loh kok ngegas? Biasa aja sis ngomongnya" timpal Fiony yang akhirnya bersuara, hanya Dey yang sedari tadi diam dan lebih memilih memainkan ponselnya.
"Kak, mau ngomong apa? Sumpah ini udah mau masuk nih gue pelajaran Matematika, Bu Dayu galak banget" ia sepertinya benar-benar sudah kesal menghadapi drama tak jelas seperti ini.
YOU ARE READING
After Rain
Romance"Akan ada pelangi setelah hujan, akan ada bahagia setelah tangis yang Panjang" Begitulah yang disampaikan oleh orang-orang, katanya akan selalu ada pelangi setelah hujan dan akan selalu ada kebahagiaan setelah tangis yang panjang. Setiap kehidupan m...