New York
Shani terlihat panik setelah mendapatkan kabar dari Cindy, ia bahkan kini langsung membereskan baju-bajunya ke dalam koper. Ia tak ingin membuang lebih banyak waktu dan membiarkan Mirza sendirian di sana. Rasa khawatirnya saat ini sudah benar-benar tak bisa ia kendalikan lagi, bahkan air matanya terus mengalir saat ia membereskan baju-bajunya ke dalam koper. Zee yang menemaninya juga kini terlihat bingung melihat Shani seperti ini, ia sedari tadi terus menghubungi Ayahnya untuk segera pulang ke rumah.
"Ayah lagi di jalan ke sini Bun" ucap Zee agar Shani bisa lebih tenang.
"Zee tolong cariin tiket ke Indonesia yang jadwalnya paling cepet Zee, sekarang ya"
"Bunda beneran mau ke Indonesia Bun? Masa sendirian Bun"
"Zee, please"
"Ok" Zee mengangguk dan langsung menuruti perintah Bundanya.
"Bisa bayar langsung pake credit card Bunda, udah ada di situ"
"Iya Bun"
Konsentrasi Shani sudah sangat buyar hari ini, ia bahkan memasukan baju-bajunya secara asal tanpa memilih sama sekali. Bayangkan saja bagaimana rasanya seorang Ibu yang khawatir setelah mengetahui kondisi anaknya yang sangat tidak baik. Shani juga mulai menyelahkan diri sendiri karena membiarkan Mirza melakukan semua ini sendirian, padahal ia tahu ini pasti berat untuk Mirza.
"Zeee, Sayaaang" Vino yang baru saja tiba juga kini terlihat begitu khawatir. Setelah ia mendapat kabar dari Zee, ia langsung meninggalkan semua pekerjaannya.
"Ayah, di kamar" Jawab Zee dan Vino langsung berlari menuju kamarnya.
"Sayang"
"Mas" melihat Vino datang, Shani langsung memeluk suaminya itu dengan erat.
"Iya kamu tenang dulu ya, tenang"
"Gimana bisa tenang, kondisi Mirza parah di sana Mas"
"Iya ok aku tau, tapi kalau kamu panik gini kita ga akan dapet solusi nanti"
"Harusnya aku ikut nemenin Mirza kemarin, ga ngelepasin dia gini" Shani melepaskan pelukannya dan kembali membereskan baju-baju ke dalam kopernya.
"Terus kamu ini mau berangkat ke Indonesia?"
"Iya, Zee lagi cariin tiketnya. Zee udah dapet belum Zee?"
"Iya ini udah Bunda, pake Qatar ya Bun jam 21.30 durasi terbangnya paling singkat"
"Ok, makasih Zee"
"Biar aku temenin ya, kamu tenang aku biar beresin baju dulu"
"Mas, kamu ga usah ikut. Zee ada pertandingan dua hari lagi, kamu harus temenin Zee di sini"
"Zee, sini Nak" Shani langsung memeluk Zee dengan erat. Ia juga harus memberikan pengertian pada Zee agar Zee tak merasa dikesampingkan olehnya.
"Sayang, Bunda harus ke Indonesia ya Adek tau kan kondisinya gimana. Bunda ga seharusnya maksa Adek buat ngertiin kondisi ini, Adek boleh kecewa karena Bunda ga bisa nemenin Adek pas tanding, adek boleh marah dan Bunda minta maaf ya karena Bunda kecewain Adek" parenting Shani memang luar biasa, ia tidak pernah menuntut anak-anaknya untuk selalu memahami kondisinya. Tapi dengan seperti itu, justru kedua anaknya sangat memahami dirinya.
"Iya gapapa Bunda, kasian Mas Mirza sendirian di sana Bun. Tapi Bunda juga harus jaga diri ya Bun" Zee memeluk Bundanya dengan erat. Shani benar-benar bersyukur karena ia memiliki anak-anak yang sangat pengertian sedari dulu. Meskipun tingkah Zee kadang membuat Shani sakit kepala, tapi ia sangat mencintai keluarganya.
YOU ARE READING
After Rain
Romance"Akan ada pelangi setelah hujan, akan ada bahagia setelah tangis yang Panjang" Begitulah yang disampaikan oleh orang-orang, katanya akan selalu ada pelangi setelah hujan dan akan selalu ada kebahagiaan setelah tangis yang panjang. Setiap kehidupan m...