London
Kathrin tersenyum ketika melihat sosok Mirza berjalan dari pintu kedatangan Heathrow Airport, raut lelah terlihat di wajahnya setelah melewati penerbangan tujuh jam dari New York menuju London. Tapi meskipun wajahnya terlihat lelah, senyuman manisnya tetap ia perlihatkan ketika ia sadar bahwa Kathrin sudah menunggunya. Ada rasa gugup yang terlihat di antara keduanya, meskipun ini bukan pertemuan pertama mereka, tapi kali ini mereka terlihat kikuk karena ada perasaan lain yang mereka rasakan saat ini. Kathrin yang biasanya terlihat tenang dan santai juga kali ini terlihat cukup gugup saat Mirza mendekat ke arahnya.
"Hai, apa kabar?" Pertanyaan yang benar-benar terlalu formal dan penuh basa-basi itu menjadi kalimat pertama yang diucapkan Kathrin pada Mirza.
"Baik, kamu apa kabar?" lalu dibalas dengan pertanyaan basi-basi lanjutan dari Mirza.
"Baik juga, gimana flightnya? Malem tidur ga di pesawat?"
"Tidur kok, kamu sendirian jemput akunya?"
"Iya, aku rental biar gampang kesana sininya haha"
"Ya ampun, makasih ya Atin"
"Sama-sama, ada yang mau aku bawain ga?"
"Ga usah, yuk" Mirza langsung merangkul Kathrin hingga membuat Kathrin menoleh, ia benar-benar gugup saat tangan Mirza menyentuh bahunya.
"Kamu sebelum turun pesawat pake parfum dulu ya?"
"Iya haha kok tau?"
"Wangi banget, enak"
"Oh ya?"
"He'em, yuk masukin kopernya"
"Mau aku yang nyetir aja Tin?"
"Ga usah, kamu istirahat aja kasian capek. Udah yuk masuk"
Setelah memasukan seluruh barang Mirza ke bagasi mobil, Kathrin dan Mirza langsung masuk ke dalam mobil. Memang Kathrin sudah tak asing untuk menyetir di London, toh letak setir di London juga berada di sebelah kanan yang artinya tidak berbeda dengan letak setir mobil di Indonesia.
"Itu di samping udah ada minuman, ada snack juga kalau kamu lapar, sebelum kita ke tempat makan"
Mirza menoleh ke arah perempuan itu, Kathrin tak berubah, ia selalu memperhatikan Mirza secara detail. Tanpa harus diminta atau diberi arahan apapun, Kathrin sudah mempersiapkan berbagai hal yang dibutuhkan oleh Mirza. Minuman dan snack sudah tersedia di mobil untuk bisa dinikmati oleh Mirza, bahkan tak hanya itu, Kathrin sudah mengatur posisi tempat duduk agar bisa nyaman bagi Mirza.
"Oh iya bentar aku lupa" Kathrin langsung membuka sebuah carry bag berisi hot towel yang sengaja ia bawa dan siapkan untuk Mirza.
"Kenapa?"
"Aku bawa ini tadi, biar agak seger kamunya, maaf ya" Kathrin langsung menempelkan handuk hangat tersebut ke wajah Mirza dan menyeka wajah tersebut dengan sangat lembut.
"Kamu sengaja bawa ini?"
"Iya, aku mikir tadi kan kamu sampai pagi tuh terus ini kan kita pasti ga langsung ke Apart kamu. Jadi biar agak segeran pake ini dulu, enak kan?"
"Iya enak kok, makasih ya Tin" Mirza tersenyum seraya mengelus kepala Kathrin, ia tahu Kathrin memang sangat perhatian, tapi ia tak menyangka jika Kathrin bisa memperhatikan segala hal hingga sedetail ini.
"Sama-sama, kita cari makan dulu ya, biar nanti ke Apart udah kenyang"
"Ok aku ikut kamu aja sih haha"
"Ok sekarang kamu nurut aja ya haha"
Setelah memastikan Mirza nyaman, Kathrin langsung melajukan mobilnya meninggalkan Bandara. Mungkin pertemuan mereka tak seheboh pasangan LDR yang sangat ekspresif dalam meluapkan rasa rindu mereka. Mirza dan Kathrin sama-sama terlihat kikuk dan gugup, maklum saja mereka bahkan sampai saat ini masih bingung status hubungan mereka saat ini apa. Mirza memang pernah mengungkapkan perasaannya pada Kathrin dan menawarkan diri untuk menjadi kekasihnya, lalu Kathrin tak memberikan jawaban sekian lama, hingga akhirnya Kathrin memberikan voucher untuk menjadi kekasihnya tepat saat Mirza lulus. Tapi syarat untuk mempergunakan voucher tersebut adalah dapat digunakan saat Mirza sudah sampai di London. Sepertinya baik Kathrin maupun Mirza, sama-sama tak percaya bahwa hubungan jarak jauh bisa berjalan dengan baik.
YOU ARE READING
After Rain
Romance"Akan ada pelangi setelah hujan, akan ada bahagia setelah tangis yang Panjang" Begitulah yang disampaikan oleh orang-orang, katanya akan selalu ada pelangi setelah hujan dan akan selalu ada kebahagiaan setelah tangis yang panjang. Setiap kehidupan m...