DUA PULUH DUA

633 98 156
                                    

Bandung

Aku selalu tidak habis pikir bagaimana cara takdir dan waktu saling bekerja. Dulu, nasib pernah sengaja mempertemukan aku denganmu. Lalu, sang waktu  memberi jeda antara kita lewat orang lain yang diharap harap bisa jadi terakhirmu. Dan, kali ini, sepertinya sang waktu dan takdir bekerjasama mengujiku  dengan mempertemukan kita kembali.

Bandung sore ini masih basah diguyur hujan sejak pagi hari. Langit memang kelabu tapi di hati seorang lelaki yang sedang duduk di mobilnya itu seperti ada pelangi setiap kali ia menatap perempuan yang sedari dulu dikaguminya. Lelaki itu sengaja menghentikan mobilnya di Jalan Cihampelas, tepat di depan salah satu SMA yang tak asing lagi baginya. Entah berapa kali dalam seminggu ia selalu datang ke tempat ini dan sepertinya sepanjang jalan Cihampelas ini menyimpan jutaan kenangan yang akan membuatnya tersenyum manis atau meringis menahan pahit.

"Masih aja benci hujan dia" ucap lelaki yang masih setia memperhatikan seorang perempuan yang sedang berteduh di dekat pohon. Sesekali perempuan itu terlihat menutupi kepala dengan tangannya.

Lelaki itu tersenyum kembali, hingga detik ini perempuan itu memang selalu bisa menarik perhatiannya. Hingga saat ini lelaki itu juga paham jika perempuan itu selalu kesal saat hujan turun tiba-tiba, ia tahu bawa perempuan tersebut selalu malas membawa payung dan lebih memilih mencari tempat berteduh. Lelaki itu akhirnya melepaskan seatbeltnya dan meraih payung yang selalu ia simpan di dalam mobilnya, kini ia memilih untuk turun dari mobil dan berjalan mendekat pada perempuan yang masih menutupi kepala dengan tangannya padahal semuanya sia-sia.

"Bawa payung makanya lu kalo musim hujan tuh" ucap lelaki itu seraya memayungi perempuan yang langsung menoleh ke arahnya.

"Eh ya ampun, dari tadi kek Kak lu payungin gue haha"

"Hahaha dikira gue ojek payung apa"

"Ya lumayan lah cari sampingan kan"

"Bener juga sih, nanti lah dicoba. Belum dijemput Chik?"

"Ini lagi nunggu dijemput, tadi udah deket sih katanya. Jemput Chirsty dulu tadi soalnya"

"Oh gitu, Christy tuh dimana sekarang Sekolahnya?"

"SMP 5, tau ga?"

"Dimana sih itu?"

"Jalan Sumatera"

"Oh iya iya tau daerah situ, berarti dijemput Mami nih?"

"He'em, dijemput siapa lagi selain Mami coba haha"

"Hahahaha cowok lu mungkin"

Chika tertawa sekedarnya seraya melirik Vio yang berdiri di sampingnya dan masih setia memayunginya. Jika saja ia bisa meminta, ia juga ingin kekasihnya bisa menjemputnya seperti halnya yang lain. Tapi apa boleh bikin, semua itu hanya akan jadi khayalan Chika saja mengingat jarak 16.244 km yang menghalangi mereka. Tak mungkin juga Mirza menjemput Chika dimana satu kali penerbangan Mirza dari New York ke Jakarta ditambah perjalanan ke Bandung saja memerlukan waktu lebih dari 24 jam.

"Tuh Indahnya udah dateng"

"Oh iya bener" Vio yang sedari tadi memperhatikan wajah samping Chika langsung sadar ketika Chika mengatakan bahwa Indah sudah datang.

"Pacar Anda sudah menunggu dari tadi loh sister, darimana aja?" tanya Chika pada Indah yang langsung tertawa seraya melingkarkan tangannya di lengan Vio.

"Maaf maaf tadi habis nyamperin dulu latihan anak-anak dance"

"Ampun deh senior, abis marah-marah ya kamu pasti?"

"Dih yang suka marah-marah kan situ ya Chik haha"

"Dih emang aku galak apa?"

"Galak" Vio refleks menjawab, karena memang ia tahu betul betapa galaknya Chika setiap kali ia mendekatinya dulu.

After RainWhere stories live. Discover now